Fenomena PHK dan Pengangguran Tinggi di Era AI, Benarkah Skill Lebih Penting daripada Gelar Sarjana?

Ilustrasi menganggur
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Di masa lalu, gelar sarjana dianggap sebagai tiket emas menuju kesuksesan karier. Namun kini, dunia kerja telah bergeser. Di era digital dan kecerdasan buatan (AI) seperti sekarang, kemampuan atau skill justru menjadi faktor utama yang menentukan daya saing seseorang di dunia profesional.

Gaji Gede Tapi Rela Hidup Seperti Tahanan, Pria Ini Berhasil Nabung Rp14 M demi Pensiun Dini

 

Banyak perusahaan besar mulai menghapus syarat gelar dari proses rekrutmen mereka. Bahkan laporan dari Microsoft dan LinkedIn menyebut bahwa kandidat dengan skill AI kini lebih diincar, meski tak memiliki pengalaman panjang. 

Miris! Lulusan 20 Jurusan Kuliah Ini Banyak yang Jadi Pengangguran

 

Data World Economic Forum juga menunjukkan bahwa keterampilan yang bersifat manusiawi—seperti kreativitas, kerja sama, dan komunikasi—tetap tak tergantikan oleh mesin. Lalu, bagaimana cara Anda bertahan dan berkembang di era kerja berbasis AI? Berikut ini tujuh strategi yang bisa diterapkan:

7 Pekerjaan Freelance yang Tidak Tergantikan AI, Cocok untuk Gen Z yang Ingin Fleksibilitas

 

1. Gabungkan Hard Skill dan Soft Skill Sekaligus

 

Di tengah perkembangan AI, perusahaan mencari talenta yang mampu melakukan "skill bundling", menggabungkan keahlian teknis dengan keterampilan interpersonal. Misalnya, seseorang yang bisa menggunakan alat AI sekaligus mampu memimpin tim dengan empati akan memiliki nilai lebih dibanding hanya unggul di salah satu aspek.

 

Menurut profesor dari Wharton Business School, skill bundling akan menjadi benteng kuat dari otomatisasi di masa depan.

 

2. Kuasai Literasi Teknologi dan AI

 

Memahami dasar-dasar penggunaan teknologi berbasis AI kini menjadi keterampilan wajib. Anda tak perlu jadi programmer, tapi mengerti bagaimana memanfaatkan ChatGPT, analitik data, atau tools otomasi seperti Notion AI, akan mempercepat pekerjaan dan menunjukkan bahwa Anda adaptif.

 

Data LinkedIn menunjukkan bahwa pengguna AI di kalangan profesional meningkat 160% sejak 2018.

 

3. Pelajari Skill yang Tak Bisa Digantikan AI

 

AI memang pintar, tapi tetap terbatas pada logika dan data. Kemampuan seperti empati, negosiasi, kreativitas tingkat tinggi, hingga pemecahan masalah kompleks tetap menjadi ranah manusia.

 

Jika Anda ingin karier yang tahan lama, kuasai keterampilan yang sulit direplikasi oleh mesin.

 

4. Manfaatkan Sertifikasi dan Micro-Credentials

 

Di era sekarang, Anda bisa membangun kredibilitas tanpa harus kuliah bertahun-tahun. Banyak perusahaan teknologi global menerima sertifikasi resmi, seperti Microsoft AI-900, Google Data Analytics, atau kursus online di Coursera dan Udemy sebagai bukti kompetensi.

 

Menurut laporan dari Arxiv dan World Economic Forum, micro-credentials menjadi jalur alternatif yang efisien dan relevan untuk menunjang karier.

 

5. Jadi AI Power User di Lingkungan Kerja

 

Survei LinkedIn dan Microsoft menunjukkan bahwa karyawan yang aktif bereksperimen dengan AI dan berani mengubah cara kerja mereka disebut sebagai AI Power User. Mereka ini biasanya mengalami pertumbuhan karier yang lebih cepat dan berpeluang mendapat promosi lebih tinggi.

 

Jangan hanya menjadi pengguna pasif, pelajari dan inovasikan proses kerja Anda dengan bantuan AI.

 

6. Terapkan Prinsip Lifelong Learning

 

Menurut World Economic Forum, sebanyak 61% pekerja global harus melakukan reskilling sebelum 2027. Artinya, proses belajar tak boleh berhenti hanya karena Anda sudah bekerja atau punya gelar.

 

Kembangkan kebiasaan belajar berkelanjutan—ikuti pelatihan, baca tren industri, dan jangan takut keluar dari zona nyaman.

 

7. Bangun Portofolio dan Relasi, Bukan Sekadar Gelar

 

Sekarang, yang dinilai bukan hanya apa yang Anda pelajari, tetapi bagaimana Anda mengaplikasikannya. Buat portofolio nyata, ikut proyek, terlibat di komunitas profesional, atau bangun kehadiran digital lewat LinkedIn dan blog.

 

Pendekatan ini dikenal sebagai STAR (Skilled Through Alternative Routes), cara yang makin banyak dipakai perusahaan untuk menemukan kandidat berbakat, bahkan tanpa latar belakang akademik formal.

 

Di tengah pesatnya kemajuan AI dan perubahan cara kerja, gelar bukan lagi jaminan utama kesuksesan karier. Skill—baik yang teknis maupun humanistik—menjadi penentu utama relevansi dan keberlanjutan karier Anda.

 

Kini saatnya Anda berinvestasi pada pengembangan keterampilan nyata, membangun portofolio berbasis proyek, dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan karier. AI boleh mengambil alih pekerjaan, tapi karier yang dibangun dengan adaptasi dan strategi tetap bisa tumbuh dan bertahan.