Survei Sebut 56 Persen Anak Muda Hidup dari Gaji ke Gaji, Ini 7 Biang Keroknya

Ilustrasi mengelola gaji
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Apakah Anda merasa gaji selalu habis sebelum akhir bulan? Ternyata, Anda tidak sendiri. Survei Deloitte Global 2024 mengungkap bahwa 56% Milenial dan Gen Z hidup dari paycheck to paycheck alias gaji langsung habis hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar bulanan. Fenomena ini menjadi cerminan nyata bagaimana tekanan ekonomi dan sosial membentuk pola finansial generasi muda.

Cara Daftar Kartu Prakerja dan Tips Lolos Seleksi Terbaru, Jangan Sampai Terlewat!

 

Kondisi ini bukan sekadar soal boros, tetapi juga terkait dengan kompleksitas ekonomi global, akses terhadap pekerjaan layak, dan kebiasaan finansial yang terbentuk sejak dini. 

Cara Dapat Uang dari Program JKP dan JHT, Simak Dulu Syaratnya di Sini

 

Untuk memahami lebih dalam, berikut ini adalah tujuh alasan utama mengapa generasi Milenial dan Gen Z sulit lepas dari siklus hidup dari gaji ke gaji.

Rahasia Keuangan Warren Buffett yang Tak Lekang oleh Waktu

 

1. Biaya Hidup yang Terus Meningkat

 

Harga kebutuhan pokok, transportasi, tempat tinggal, dan layanan kesehatan mengalami kenaikan hampir setiap tahun. Di sisi lain, kenaikan gaji tidak selalu sejalan. 

 

Banyak anak muda, terutama di kota besar, harus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya hanya untuk bertahan hidup.

 

2. Gaji Tidak Cukup untuk Gaya Hidup Urban

 

Gaya hidup perkotaan yang dinamis sering kali menuntut pengeluaran ekstra: nongkrong, langganan streaming, traveling, dan gaya hidup digital lainnya. Tanpa kontrol, pengeluaran ini bisa menyerap gaji bulanan Anda tanpa disadari.

 

3. Minimnya Literasi Keuangan

 

Banyak anak muda belum mendapatkan edukasi keuangan sejak dini. Akibatnya, mereka tidak terbiasa membuat anggaran, menabung, atau memahami konsep investasi. Tanpa dasar literasi keuangan yang kuat, sangat mudah untuk terjebak dalam siklus pengeluaran impulsif.

 

4. Kecanduan Gaya Hidup Konsumtif dan FOMO

 

Fear of Missing Out (FOMO) mendorong banyak generasi muda untuk mengikuti tren terbaru—baik itu gadget, fashion, kuliner, hingga liburan. Sayangnya, semua itu datang dengan biaya. Kebutuhan sosial ini bisa mengalahkan kebutuhan finansial yang lebih penting.

 

5. Tidak Punya Dana Darurat

 

Saat terjadi hal tak terduga seperti jatuh sakit, kehilangan pekerjaan, atau barang rusak, mereka yang tidak memiliki dana darurat akan langsung menggunakan gaji bulan berjalan atau bahkan berutang. Akibatnya, gaji berikutnya sudah habis sejak awal bulan.

 

6. Banyak Bekerja di Sektor dengan Pendapatan Tidak Tetap

 

Banyak Milenial dan Gen Z bekerja sebagai freelancer, pekerja kontrak, atau content creator, yang pendapatannya tidak menentu. Kondisi ini membuat mereka sulit membuat perencanaan jangka panjang, termasuk tabungan atau investasi.

 

7. Terjebak Cicilan dan Utang Konsumtif

 

Mudahnya akses pinjaman online dan paylater bisa jadi pedang bermata dua. Banyak anak muda yang tergoda mengambil cicilan tanpa memperhitungkan kemampuan membayar. Lama-kelamaan, penghasilan habis hanya untuk membayar kewajiban yang terus menumpuk.

 

Angka 56% dari survei Deloitte bukan sekadar statistik, tetapi cerminan keresahan nyata di lapangan. Hidup dari gaji ke gaji bukan hanya soal penghasilan yang kecil, tapi juga tentang kurangnya kontrol dan perencanaan.

 

Jika Anda termasuk di antara mereka yang merasakannya, penting untuk segera mengevaluasi pola pengeluaran, mulai belajar mengelola keuangan, dan merancang strategi keuangan yang realistis. 

 

Edukasi, konsistensi, dan kesadaran finansial adalah kunci utama untuk keluar dari jeratan ini dan membangun masa depan yang lebih stabil.