Kebiasaan Orang Baduy Gak Pakai Sandal, Kenapa?
- Wonderful Indonesia
Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki menjadi salah satu ciri khas Baduy Dalam. Aturan ini bukan hanya berlaku di wilayah adat mereka, tetapi juga saat mereka bepergian jauh, bahkan hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Tradisi ini merupakan bagian dari pikukuh karuhun, yaitu aturan adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianggap sakral.
Filosofi di Balik Tradisi Tanpa Alas Kaki
Menurut tokoh adat Baduy, seperti yang diungkapkan oleh Karmain kepada Inibaru.id, kebiasaan berjalan tanpa alas kaki tidak hanya merupakan wujud ketaatan pada adat, tetapi juga memiliki makna filosofis dan spiritual.
Baduy Dalam mempercayai bahwa berjalan tanpa alas kaki memperkuat hubungan manusia dengan bumi. Dalam pandangan mereka, bumi adalah titipan dari Yang Maha Kuasa yang harus dihormati. Dengan tidak menggunakan alas kaki, mereka merasakan langsung sentuhan tanah, yang dianggap sebagai simbol kesederhanaan dan kerendahan hati.
Filosofi ini selaras dengan prinsip hidup mereka yang tercermin dalam pepatah: “Gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak, yang pendek tidak boleh disambung, dan yang panjang tidak boleh dipotong.”
Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan hidup sesuai dengan kodratnya. Dengan berjalan tanpa alas kaki, Baduy Dalam menunjukkan komitmen mereka untuk hidup selaras dengan alam, menghindari hal-hal yang dianggap berlebihan, seperti penggunaan alas kaki yang dianggap tidak esensial.