Mengapa Bayi Sering Bangun Tengah Malam? Ternyata Ini 9 Penyebabnya

Ilustrasi bayi tidur
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle –Bayi yang terbangun berkali-kali di tengah malam adalah pengalaman umum bagi hampir semua orang tua baru. Fenomena ini seringkali memunculkan kekhawatiran, kelelahan, dan bahkan stres dalam proses pola asuh. Tidak jarang, orang tua bertanya-tanya apakah kondisi tersebut menandakan adanya gangguan kesehatan atau hanya bagian dari perkembangan bayi yang normal.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami berbagai penyebab di balik perilaku bangun malam pada bayi, baik dari sisi biologis, psikologis, hingga lingkungan.

Dalam dunia parenting, memahami pola tidur bayi menjadi langkah krusial dalam membangun pola asuh yang efektif. Dengan pengetahuan yang tepat, orang tua dapat merespons kebutuhan bayi secara bijak dan penuh empati.

Faktor Fisiologis: Sistem Tubuh yang Belum Matang

1. Perut bayi cepat kosong

Salah satu penyebab utama bayi sering bangun di malam hari adalah faktor fisiologis yang sangat wajar terjadi pada masa awal kehidupan. Bayi baru lahir memiliki ukuran lambung yang sangat kecil, sehingga mereka perlu menyusu setiap 2 hingga 3 jam. 

Ketika perutnya kosong, bayi akan menangis sebagai respons alami untuk meminta makan. Inilah alasan mengapa bayi di bawah usia 6 bulan sering terbangun untuk menyusu, baik ASI maupun susu formula.

2. Siklus tidur belum matang

Selain itu, sistem pengaturan siklus tidur (ritme sirkadian) pada bayi belum terbentuk sempurna. Ritme ini, yang mengatur kapan seseorang merasa mengantuk atau terjaga, biasanya baru berkembang optimal setelah usia 3 hingga 6 bulan. Sebelum sistem ini matang, bayi tidur dalam siklus pendek yang terdiri dari tidur ringan dan tidur dalam, dengan durasi total 14–17 jam per hari, namun tidak beraturan.

Faktor Psikologis dan Emosional: Kebutuhan Akan Kenyamanan

3. Kecemasan berpisah

Seiring bertambahnya usia, faktor emosional mulai memengaruhi pola tidur bayi. Salah satunya adalah kecemasan akan perpisahan (separation anxiety), yang biasanya muncul pada usia 6 hingga 9 bulan. Pada fase ini, bayi mulai menyadari bahwa orang tua bisa pergi dan tidak selalu berada di dekatnya. Akibatnya, bayi yang terbangun di malam hari mungkin menangis bukan karena lapar, melainkan karena merasa cemas atau kehilangan kehadiran orang tua.

4. Butuh kenyamanan atau rasa aman

Selain itu, banyak bayi membutuhkan bantuan eksternal untuk kembali tidur, seperti digendong, dipeluk, atau diberi dot. Ketergantungan ini bisa membuat mereka lebih sering terbangun ketika tidak merasakan “rasa aman” tersebut. Dalam konteks parenting, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa tangisan bayi bukan sekadar gangguan tidur, tetapi bentuk komunikasi emosional.

Pengaruh Lingkungan: Faktor Eksternal yang Sering Terabaikan

5. Suara bising

Lingkungan tidur juga memainkan peran besar dalam kualitas tidur bayi. Suara bising dari luar kamar, pencahayaan yang terlalu terang, atau suhu kamar yang terlalu dingin atau panas bisa menjadi pemicu bayi terbangun di malam hari. 

6. Perubahan rutinitas

Perubahan rutinitas harian, seperti bepergian atau pindah tempat tidur, juga dapat mengganggu pola tidur bayi.

Dalam pola asuh yang sehat, orang tua dianjurkan untuk menciptakan suasana kamar tidur yang tenang, redup, dan nyaman. Hal ini bertujuan membantu bayi belajar membedakan antara waktu siang dan malam, serta membangun kebiasaan tidur yang lebih konsisten.

Gangguan Fisik atau Kondisi Medis

7. Tumbuh gigi

Selain faktor normal, ada pula kondisi fisik yang menyebabkan bayi terbangun di malam hari. Salah satunya adalah tumbuh gigi, yang umumnya terjadi mulai usia 4–7 bulan. Proses ini sering kali menimbulkan rasa nyeri atau tidak nyaman di gusi, sehingga mengganggu tidur malam bayi.

8. Kolik atau perut kembung

Keluhan lain yang umum ditemukan adalah kolik atau perut kembung, terutama pada bayi baru lahir. Kolik bisa menyebabkan tangisan berkepanjangan, terutama pada malam hari. 

9. Infeksi ringan

Infeksi ringan, seperti pilek, demam, atau infeksi telinga, juga dapat membuat bayi sulit tidur karena rasa tidak nyaman.

Dalam konteks parenting yang responsif, orang tua perlu jeli mengenali tanda-tanda fisik ini dan berkonsultasi ke tenaga medis jika bayi terlihat tidak nyaman secara terus-menerus.

Apakah Ini Normal?

Bangun malam pada bayi, selama tidak disertai dengan gejala gangguan kesehatan yang serius, adalah hal yang normal dalam proses tumbuh kembang anak. Organisasi kesehatan anak terkemuka seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa tidur bayi akan semakin stabil seiring perkembangan usianya, khususnya setelah usia 6 bulan.

Dalam pola asuh yang suportif, pemahaman orang tua terhadap perkembangan tidur bayi merupakan bagian penting dari membangun rutinitas keluarga yang sehat. Daripada menilai fenomena ini sebagai masalah, lebih bijak untuk melihatnya sebagai fase perkembangan yang harus dilalui dengan kesabaran dan strategi yang tepat.