Anak SD Suka K-pop, Orang Tua Harus Dukung atau Khawatir?

SEVENTEEN di UNESCO Youth Forum.
Sumber :
  • Pledis Entertainment

Studi dari Universitas Korea (2020) menunjukkan bahwa penggemar K-pop di kalangan anak-anak cenderung memiliki motivasi lebih tinggi untuk mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Korea, yang dapat meningkatkan keterampilan linguistik mereka.

Selain itu, K-pop juga mengajarkan nilai-nilai positif seperti kerja keras, disiplin, dan kerja tim. Para idola K-pop dikenal menjalani pelatihan ketat selama bertahun-tahun sebelum debut, yang dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak untuk menghargai proses dan ketekunan. 

Video musik dan penampilan panggung yang penuh warna juga dapat memicu kreativitas anak, baik dalam seni tari, musik, maupun desain visual. Bagi anak-anak yang aktif menari atau menyanyi mengikuti idola mereka, ini juga menjadi cara yang menyenangkan untuk tetap aktif secara fisik.

Potensi Dampak Negatif yang Perlu Diwaspadai

Meskipun memiliki manfaat, ketertarikan anak SD terhadap K-pop juga dapat menimbulkan kekhawatiran jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu isu utama adalah risiko kecanduan konten digital. 

Menurut penelitian dari Journal of Child Psychology (2021), anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan untuk menonton video K-pop atau mengikuti aktivitas fandom di media sosial cenderung mengalami penurunan konsentrasi dalam belajar. Hal ini diperparah dengan algoritma media sosial yang dirancang untuk membuat pengguna terus terpaku pada layar.

Selain itu, budaya fandom K-pop sering kali melibatkan pengeluaran finansial yang tidak sedikit, seperti membeli album, merchandise, atau tiket konser. Bagi anak SD yang belum memiliki pemahaman finansial yang matang, ini dapat memicu kebiasaan konsumtif. Tidak jarang pula anak-anak terpapar pada standar kecantikan yang tidak realistis melalui penampilan idola K-pop, yang mungkin memengaruhi persepsi mereka terhadap citra tubuh.