Sulit Lepas dari Botol Susu? Begini Cara Lembut Menghentikan Dot pada Anak 3 Tahun

Ilustrasi anak masih ngedot
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Banyak orang tua menghadapi dilema saat anak mereka yang sudah menginjak usia 3 tahun masih enggan berpisah dari botol susu. Padahal, kebiasaan ini sebaiknya dihentikan karena bisa berdampak pada kesehatan gigi, kebiasaan makan, dan perkembangan psikologis anak.

Namun menghentikannya secara tiba-tiba bisa memicu drama dan tantrum hebat. Lalu, bagaimana cara terbaik agar anak bisa lepas dari dot tanpa luka batin? Menurut psikolog anak dan pendiri Good Inside, Dr. Becky Kennedy, cara yang paling efektif untuk membantu anak menghentikan penggunaan botol susu adalah melalui pendekatan lembut, empatik, dan bertahap.

“Perubahan besar tidak harus disertai dengan perlawanan besar jika kita membuat anak merasa aman dan dilihat selama proses itu,” ujar Dr. Kennedy dalam wawancaranya dengan The New York Times Parenting (2023).

Kenapa Anak Usia 3 Tahun Masih Suka Botol Susu?

Anak usia 3 tahun biasanya sudah cukup besar untuk menggunakan cangkir atau gelas hisap (sippy cup). Tapi banyak anak masih menolak meninggalkan dot karena:

  • Rasa nyaman dan aman: Botol susu bukan hanya soal minuman, tapi juga benda transisi yang memberi rasa tenang seperti empeng.
  • Rutinitas menjelang tidur: Banyak anak terbiasa minum susu dari botol sebelum tidur sebagai bagian dari rutinitas.
  • Kebutuhan emosional: Dot menjadi semacam comfort object yang membantu mereka mengatur emosi, terutama saat lelah atau cemas.

Menurut Dr. Kennedy, ini bukan semata-mata tentang keras kepala, tetapi kebutuhan akan keterhubungan dan ketenangan.

Risiko Jika Terlalu Lama Menggunakan Dot

Beberapa risiko jika anak terus menggunakan dot setelah usia 2 tahun:

  • Kerusakan gigi: Botol susu bisa menyebabkan karies gigi jika anak tertidur sambil minum susu, karena sisa gula menempel di gigi.
  • Keterlambatan bicara: Terlalu sering menggunakan dot dapat memengaruhi otot mulut dan keterampilan bicara anak.
  • Ketergantungan psikologis: Anak bisa sulit mengatur emosi tanpa bantuan botol, yang akhirnya menghambat kemandirian emosional.

Karena itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penghentian botol susu maksimal usia 18 bulan.

Strategi Lembut Menghentikan Botol Susu

Berikut adalah langkah-langkah lembut dan psikologis yang direkomendasikan Dr. Becky Kennedy untuk membantu anak usia 3 tahun berhenti dari dot:

1. Validasi Perasaan Anak

Alih-alih langsung melarang, mulai dengan memahami dan menerima perasaan anak.

Contoh:

“Kamu suka banget ya botol susunya. Rasanya nyaman dan enak, ya?”

Dengan memvalidasi, anak merasa didengar. Ini memperkuat rasa aman mereka sebelum melepas sesuatu yang penting baginya.

2. Gunakan Cerita atau Boneka Favorit

Gunakan cerita tokoh favorit atau boneka kesayangannya untuk menggambarkan tokoh yang berani berhenti pakai botol. Ini membantu anak memahami melalui narasi, bukan perintah.

Tips: Buat cerita mini seperti:

“Si Kelinci dulu suka banget botol susu. Tapi sekarang dia punya gelas besar keren. Dia bangga banget!”

3. Jadikan Anak Bagian dari Proses

Libatkan anak untuk memilih gelas baru atau gelas hisap warna favorit. Saat ia merasa punya kendali, transisi jadi lebih mulus.

“Yuk, kita pilih gelas susu kamu yang baru di toko! Kamu mau yang gambar dinosaurus atau unicorn?”

4. Terapkan Sistem Pengurangan Bertahap

Dr. Kennedy menyarankan agar tidak langsung menyita botol, melainkan:

  • Kurangi frekuensi: dari 3x sehari jadi 1x (misalnya hanya malam).
  • Ganti isinya: dari susu jadi air.
  • Batasi waktunya: hanya 5 menit, lalu disimpan.
  • Akhirnya: diganti total dengan gelas.

5. Ritual “Perpisahan” yang Seru

Buat momen melepaskan botol jadi seru, bukan menakutkan. Misalnya, botol dikirim ke “bayi-bayi kecil” atau “peri dot” lewat kotak pos imajinasi.

“Kita kirim botolnya ke bayi yang butuh, yuk. Kamu sekarang sudah besar dan bisa minum pakai gelas kerenmu!”

6. Siapkan Pengganti untuk Ketenangan

Jika anak biasa menenangkan diri dengan dot, beri pengganti lain seperti:

  • Pelukan ekstra
  • Boneka tidur
  • Rutinitas cerita sebelum tidur

Kunci dari proses ini, menurut Dr. Kennedy, adalah anak-anak tidak bisa melepas sesuatu yang memberi mereka rasa aman kecuali mereka menemukan rasa aman di tempat lain yaitu pada kita sebagai orang tua.

Jika Anak Tetap Menolak?

Jangan panik atau marah. Kadang perlu waktu lebih lama dari yang diharapkan. Jika anak menangis, tetap tenang dan validasi perasaannya:

“Kamu kangen sama botolnya, ya. Iya, itu memang susah. Tapi Ibu di sini nemenin.”

Ini bukan soal siapa yang menang, tapi bagaimana anak belajar mengelola kehilangan kecil dalam hidupnya  dengan bimbingan orang tua.