Benarkah Janin dalam Kandungan Bisa 'Sembunyi' Kalau Tahu Ibunya Stres?
- Freepik
Lifestyle –Kehamilan adalah periode penuh keajaiban sekaligus tantangan, di mana kesehatan fisik dan mental ibu berperan besar dalam perkembangan janin. Salah satu mitos yang sering terdengar di kalangan masyarakat Indonesia adalah bahwa janin dalam kandungan dapat “sembunyi” atau mengurangi aktivitasnya ketika ibunya mengalami stres.
Keyakinan ini kerap dikaitkan dengan pengalaman ibu hamil yang merasa gerakan janin berkurang saat mereka sedang cemas atau tertekan. Namun, apakah anggapan ini didukung oleh fakta ilmiah?
Mitos atau Fakta: Janin “Sembunyi” Saat Ibu Stres?
Secara ilmiah, janin tidak memiliki kemampuan kognitif untuk “sembunyi” sebagai respons terhadap stres ibu. Namun, stres ibu dapat memengaruhi pola gerakan janin.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Perinatal Medicine (2020), stres kronis pada ibu hamil dapat meningkatkan kadar hormon kortisol, yang dapat melintasi plasenta dan memengaruhi janin. Peningkatan kortisol ini kadang-kadang dikaitkan dengan penurunan frekuensi gerakan janin, yang mungkin diartikan oleh ibu sebagai janin “sembunyi.”
Penurunan gerakan ini biasanya bersifat sementara dan tidak selalu berbahaya, tetapi jika berlangsung lama, ibu hamil disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter kandungan. Penting untuk memahami bahwa persepsi “sembunyi” lebih merupakan interpretasi subjektif dari perubahan pola gerakan janin, bukan tindakan sadar dari janin itu sendiri.
Dampak Stres Ibu pada Perkembangan Janin
Stres ibu yang tidak terkelola dapat berdampak pada kesehatan janin. Menurut studi dari American Journal of Obstetrics and Gynecology (2019), stres kronis selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, atau gangguan perkembangan saraf janin.
Hormon stres seperti kortisol dan adrenalin dapat mengurangi aliran darah ke plasenta, yang berpotensi membatasi asupan nutrisi dan oksigen ke janin. Selain itu, stres ibu juga dapat memengaruhi pola tidur janin, yang terdeteksi melalui ultrasonografi sebagai perubahan dalam siklus aktif dan istirahat janin.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 15% ibu hamil mengalami stres ringan hingga sedang, sering dipicu oleh faktor seperti keuangan, pekerjaan, atau kekhawatiran tentang kehamilan. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengenali tanda-tanda stres dan mengelolanya dengan baik.
Cara Mengelola Stres Selama Kehamilan
Untuk menjaga kesehatan janin dan ibu, pengelolaan stres menjadi langkah krusial. Berikut adalah beberapa cara yang direkomendasikan oleh ahli kesehatan:
1. Latihan Relaksasi: Teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga prenatal dapat menurunkan kadar kortisol. Yoga prenatal, yang tersedia di banyak komunitas ibu hamil di Indonesia, membantu meningkatkan relaksasi dan fleksibilitas tubuh. Lakukan latihan ini selama 10–15 menit setiap hari untuk hasil optimal.
2. Dukungan Sosial: Berbicara dengan pasangan, keluarga, atau komunitas ibu hamil dapat mengurangi rasa cemas. Di Indonesia, kelompok seperti Komunitas Ibu Hamil di media sosial atau posyandu setempat sering mengadakan sesi berbagi pengalaman yang mendukung kesehatan mental ibu.
3. Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan kaya asam folat, zat besi, dan omega-3, seperti bayam, ikan salmon, dan kacang-kacangan, dapat mendukung perkembangan janin dan menjaga energi ibu. Hindari kafein berlebihan, karena dapat meningkatkan kecemasan.
4. Konsultasi Profesional: Jika stres terasa berat, konsultasikan dengan psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam kesehatan ibu hamil. Beberapa rumah sakit di Indonesia, seperti RSIA Bunda Jakarta, menyediakan layanan konseling khusus untuk ibu hamil.
Pentingnya Memantau Gerakan Janin
Meskipun janin tidak benar-benar “sembunyi,” ibu hamil perlu memantau gerakan janin untuk memastikan kesehatannya. Menurut pedoman dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), ibu hamil dianjurkan untuk menghitung gerakan janin setiap hari mulai usia kehamilan 28 minggu.
Caranya, pilih waktu ketika janin biasanya aktif, seperti setelah makan, dan hitung setidaknya 10 gerakan dalam waktu 2 jam. Jika gerakan janin terasa berkurang signifikan atau tidak terdeteksi selama 2 jam, segera hubungi dokter atau bidan. Ultrasonografi dapat digunakan untuk memeriksa aktivitas janin dan aliran darah plasenta, terutama jika ibu mengalami stres berkepanjangan.
Tips Tambahan untuk Kesehatan Mental Ibu Hamil
Selain mengelola stres, ibu hamil dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk mendukung kesehatan mental dan fisik:
1. Tidur yang Cukup: Tidur 7–9 jam per malam membantu menurunkan kadar stres dan mendukung perkembangan janin. Gunakan bantal kehamilan untuk kenyamanan tidur.
2. Aktivitas Ringan: Berjalan kaki selama 20–30 menit setiap hari dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi ketegangan mental.
3. Hindari Informasi yang Memicu Kecemasan: Batasi paparan berita negatif atau diskusi yang membuat cemas, seperti di media sosial. Fokus pada sumber informasi terpercaya, seperti situs resmi Kementerian Kesehatan atau WHO.
4. Konsultasi Rutin: Lakukan pemeriksaan kehamilan rutin di puskesmas atau rumah sakit untuk memantau kesehatan ibu dan janin. Di Indonesia, program ANC (Antenatal Care) di posyandu menyediakan layanan gratis atau terjangkau untuk memantau kehamilan.