Gaya Parenting Orang Belanda, Bisa Hasilkan Anak Mandiri dan Bahagia

Ilustrasi ibu dan anak
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Gaya parenting masyarakat Belanda sering menjadi sorotan dunia karena dianggap mampu mencetak anak-anak yang mandiri, percaya diri, dan bahagia. Laporan UNICEF pada tahun 2020 menyebutkan bahwa anak-anak di Belanda termasuk yang paling bahagia di dunia, berkat pola asuh yang mengutamakan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab. 

Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada perkembangan emosional dan sosial anak. Artikel parenting ini akan menguraikan prinsip-prinsip utama gaya parenting ala Belanda yang dapat menjadi inspirasi bagi orang tua di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Memberikan Kebebasan dengan Batasan yang Jelas

Salah satu ciri khas gaya parenting Belanda adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Orang tua di Belanda sering kali membiarkan anak-anak mereka bersepeda ke sekolah atau bermain di taman tanpa pengawasan ketat, bahkan sejak usia dini. Namun, kebebasan ini tidak berarti tanpa aturan. 

Orang tua menetapkan batasan yang jelas dan konsisten, sehingga anak memahami tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut. Misalnya, anak diizinkan bermain di luar rumah, tetapi harus pulang tepat waktu untuk makan malam. Pendekatan ini membantu anak belajar mengelola waktu dan membuat keputusan secara mandiri.

Kebebasan yang diberikan juga mencakup hak anak untuk menyampaikan pendapat. Dalam budaya Belanda, anak diajak berdiskusi dalam pengambilan keputusan keluarga, seperti memilih destinasi liburan atau menentukan aturan di rumah. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan berpikir kritis sejak dini. Orang tua di Indonesia dapat menerapkan prinsip ini dengan mengajak anak berdialog tentang pilihan sederhana, seperti memilih menu makan malam, untuk melatih kemandirian mereka.

Mengutamakan Kejujuran dan Keterbukaan

Kejujuran menjadi pilar penting dalam gaya parenting Belanda. Orang tua di Belanda cenderung berbicara secara terbuka dengan anak, bahkan tentang topik yang dianggap sensitif, seperti kesehatan, emosi, atau kematian. Mereka menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak untuk menjelaskan berbagai hal dengan jujur, sehingga anak merasa dihargai dan percaya bahwa dirinya layak mendapatkan kepercayaan. Misalnya, jika anak bertanya mengapa mereka tidak dapat membeli mainan mahal, orang tua akan menjelaskan situasi keuangan keluarga secara sederhana dan jujur.

Keterbukaan ini juga diterapkan dalam menangani emosi anak. Orang tua Belanda mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan mereka, baik itu senang, sedih, atau marah. Alih-alih menekan emosi negatif, mereka membantu anak memahami dan mengelola emosi tersebut. Pendekatan ini terbukti efektif dalam membangun kesehatan mental anak, yang menjadi salah satu faktor utama kebahagiaan anak-anak Belanda.

Fokus pada Proses, Bukan Hasil

Berbeda dengan banyak budaya yang menekankan prestasi akademik, gaya parenting Belanda lebih berfokus pada proses pembelajaran daripada hasil akhir. Sekolah-sekolah di Belanda tidak memberikan nilai angka hingga anak mencapai usia tertentu, dan orang tua jarang membebani anak dengan ekspektasi tinggi terkait nilai ujian. 

Sebaliknya, mereka mendorong anak untuk menikmati proses belajar, bereksperimen, dan belajar dari kegagalan. Pendekatan ini mengurangi tekanan pada anak dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan rasa ingin tahu yang alami.

Orang tua Belanda juga menghargai waktu luang anak. Anak-anak tidak dijejali dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, melainkan diberi waktu untuk bermain dan bersantai. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Happiness Studies pada tahun 2021, waktu bermain yang cukup berkontribusi signifikan terhadap kesejahteraan emosional anak. Di Belanda, bermain di luar rumah, seperti bersepeda atau bermain di taman, menjadi bagian integral dari rutinitas anak, yang juga mendukung kesehatan fisik mereka.

Mendorong Gaya Hidup Sederhana

Gaya hidup sederhana menjadi salah satu kunci kebahagiaan keluarga di Belanda. Orang tua Belanda tidak cenderung memanjakan anak dengan barang-barang mahal atau hadiah berlebihan. Sebaliknya, mereka mengajarkan anak untuk menghargai hal-hal kecil, seperti makan malam bersama keluarga atau berjalan-jalan di alam. 

Tradisi makan malam bersama, yang dikenal sebagai samen eten, menjadi momen penting untuk mempererat hubungan keluarga. Selama makan malam, semua anggota keluarga berbagi cerita tentang hari mereka, yang membantu anak merasa didengar dan dihargai.

Selain itu, orang tua Belanda mengajarkan anak untuk hidup hemat dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Anak-anak diajarkan untuk menggunakan transportasi umum atau bersepeda, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga melatih kemandirian. Gaya hidup ini menciptakan anak-anak yang tidak hanya bahagia tetapi juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi.

Mengedepankan Keseimbangan antara Orang Tua dan Anak

Orang tua di Belanda memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara peran mereka sebagai orang tua dan kebutuhan pribadi mereka. Mereka tidak ragu untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti berkumpul dengan teman atau menikmati hobi, tanpa merasa bersalah. 

Keyakinan mereka adalah bahwa orang tua yang bahagia akan membesarkan anak-anak yang bahagia pula. Oleh karena itu, mereka sering kali berbagi tanggung jawab pengasuhan dengan pasangan atau anggota keluarga lain, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa terbebani.

Pendekatan ini juga tercermin dalam hubungan yang setara antara orang tua dan anak. Orang tua Belanda tidak memposisikan diri sebagai otoritas yang harus selalu ditaati, tetapi sebagai pembimbing yang mendampingi anak dalam perjalanan tumbuh kembang mereka. Hal ini menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghormati antara orang tua dan anak.