5 Kesalahan Parenting yang Paling Sering Dilakukan Orang Tua
- pexels
Lifestyle –Mendidik anak adalah salah satu tanggung jawab terbesar dalam kehidupan seorang orang tua, namun tidak jarang kesalahan kecil dalam pola asuh dapat berdampak besar pada perkembangan anak. Banyak orang tua, meski dengan niat baik, tanpa sadar melakukan praktik parenting yang dapat menghambat pertumbuhan emosional, mental, dan sosial anak.
Artikel ini bertujuan untuk menguraikan lima kesalahan parenting yang paling umum dilakukan, dampaknya terhadap anak, serta solusi praktis untuk memperbaiki pola asuh. Dengan memahami dan menghindari kesalahan-kesalahan ini, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Kesalahan 1: Terlalu Otoriter atau Mengontrol
Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah menerapkan pola asuh yang terlalu otoriter, di mana orang tua memaksakan aturan tanpa memberikan ruang untuk dialog. Pendekatan ini sering kali didasarkan pada anggapan bahwa ketaatan mutlak adalah tanda pendidikan yang berhasil. Namun, kontrol berlebihan dapat membuat anak merasa terkekang, sehingga menimbulkan rasa takut, kurang percaya diri, atau bahkan pemberontakan di kemudian hari.
Studi dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry (2019) menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi.
Untuk mengatasi masalah ini, orang tua disarankan untuk menerapkan disiplin yang seimbang dengan komunikasi terbuka. Misalnya, jelaskan alasan di balik aturan tertentu dan berikan anak kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka. Pendekatan ini tidak hanya membantu anak memahami batasan, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan keterampilan berpikir kritis.
Kesalahan 2: Kurang Memberikan Perhatian Penuh
Di era digital, banyak orang tua terjebak dalam kesibukan pekerjaan atau distraksi dari perangkat elektronik, sehingga mengabaikan kebutuhan anak akan perhatian penuh. Ketika anak merasa diabaikan, mereka mungkin mencari perhatian dengan cara yang tidak diinginkan, seperti berperilaku buruk atau menarik diri dari lingkungan sosial.
Menurut penelitian dari American Psychological Association (2021), kurangnya interaksi berkualitas antara orang tua dan anak dapat menghambat perkembangan emosional dan kemampuan sosial anak.
Solusi untuk kesalahan ini adalah meluangkan waktu berkualitas secara konsisten. Orang tua dapat menetapkan waktu khusus setiap hari, seperti bermain bersama, membaca cerita, atau sekadar mengobrol tanpa gangguan gadget. Interaksi ini membantu anak merasa dihargai dan memperkuat ikatan emosional dengan orang tua.
Kesalahan 3: Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Membandingkan anak dengan saudara, teman sebaya, atau anak lain sering dilakukan dengan niat memotivasi, namun praktik ini justru dapat merusak harga diri anak. Frasa seperti “Kenapa kamu tidak bisa seperti temanmu?” dapat membuat anak merasa tidak cukup baik, memicu rasa iri, atau menurunkan kepercayaan diri.
Penelitian dalam Child Development (2020) menunjukkan bahwa perbandingan sosial yang berulang dapat menyebabkan masalah harga diri jangka panjang.
Sebagai gantinya, orang tua sebaiknya fokus pada kekuatan dan usaha unik anak. Berikan pujian spesifik, seperti “Ibu bangga kamu berusaha keras mengerjakan tugas ini,” untuk membangun motivasi intrinsik dan rasa percaya diri anak.
Kesalahan 4: Tidak Konsisten dalam Aturan dan Konsekuensi
Ketidakkonsistenan dalam menerapkan aturan atau konsekuensi adalah kesalahan umum lainnya. Misalnya, orang tua mungkin melarang anak menggunakan gadget di hari tertentu, tetapi mengizinkannya di hari lain tanpa alasan jelas. Ketidakkonsistenan ini dapat membuat anak bingung, sulit memahami batasan, atau bahkan belajar memanipulasi situasi.
Menurut Parenting Science (2022), konsistensi dalam pola as Autonomy Supportive Parentinguh membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Untuk memperbaiki hal ini, orang tua perlu menetapkan aturan yang jelas dan konsekuensi yang konsisten. Misalnya, jika anak melanggar aturan, terapkan konsekuensi yang telah disepakati sebelumnya, seperti mengurangi waktu bermain. Jelaskan pula alasan di balik aturan tersebut agar anak memahami pentingnya disiplin.
Kesalahan 5: Mengabaikan Kebutuhan Emosional Anak
Banyak orang tua fokus pada kebutuhan fisik anak, seperti makanan, pakaian, dan pendidikan, namun mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Tidak mendengarkan perasaan anak atau menganggap emosi negatif sebagai “lemah” dapat membuat anak merasa tidak dipahami. Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, sebagaimana ditunjukkan dalam studi Journal of Family Psychology (2020).
Orang tua dapat mengatasi kesalabadan Emosionaln ini dengan melatih empati dan membuka komunikasi emosional. Misalnya, ketika anak sedang kesal, dengarkan tanpa menghakimi dan bantu mereka mengenali serta mengelola emosi dengan kalimat seperti, “Ibu tahu kamu sedih, mau ceritakan apa yang terjadi?” Pendekatan ini membantu anak merasa didukung dan belajar mengelola emosi dengan sehat.