Cuma Angkat Galon Langsung Patah Tulang? Waspadai Tulang Rapuh Akibat Osteoporosis
- Freepik
Lifestyle –Mengangkat galon air mineral merupakan hal yang umum dilakukan kita. Namun apa jadinya ketika ingin mengganti air galon di dispenser tapi tiba-tiba, terdengar suara patahan dan Anda pun terjatuh. Saat dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan tulangnya retak. Bukan karena kecelakaan berat. Bukan karena terjatuh dari ketinggian. Tapi karena tulangnya rapuh—dan itu bisa jadi osteoporosis.
Kasus seperti ini bukan hal langka. Bahkan, semakin sering terjadi di usia yang lebih muda dari yang kita bayangkan. Banyak yang mengira tulang hanya bisa patah karena trauma besar. Padahal, ketika massa tulang sudah menurun drastis, bahkan aktivitas ringan seperti membungkuk, batuk keras, atau mengangkat barang sehari-hari bisa memicu patah tulang serius.
Menurut data dari International Osteoporosis Foundation (IOF), 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di atas usia 50 akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Lebih buruk lagi, banyak dari mereka tidak menyadarinya sampai terlambat. Osteoporosis disebut sebagai silent disease karena gejalanya nyaris tak terlihat hingga tulang benar-benar patah. Inilah pentingnya mengenali kondisi ini lebih awal—agar kita bisa mencegah sebelum harus menanggung rasa sakit yang seharusnya bisa dihindari.
Sebelum lebih membahas lebih jauh, kita perlu mengetahui apa itu osteoporosis. Osteoporosis adalah kondisi ketika tulang menjadi keropos dan kehilangan kepadatan. Seiring waktu, tulang menjadi begitu rapuh hingga mudah patah, bahkan karena tekanan ringan sekalipun.
Menurut profesor klinis di Columbia University dan mantan Editor-in-Chief Osteoporosis International, Dr. Felicia Cosman tulang bukan struktur padat seperti batu. Tulang adalah jaringan hidup yang terus menerus mengalami regenerasi. Tapi pada penderita osteoporosis, proses penghancuran tulang lebih cepat daripada pembentukan kembali. Akibatnya, tulang menjadi rapuh.
Beberapa faktor risiko osteoporosis antara lain:
- Usia (risiko meningkat seiring bertambahnya usia)
- Perempuan, khususnya pasca-menopause
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis
- Kekurangan kalsium dan vitamin D
- Gaya hidup sedentari (kurang gerak)
- Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
- Penggunaan obat tertentu (seperti kortikosteroid jangka panjang)
Sering kali, osteoporosis tidak menunjukkan gejala sampai seseorang mengalami patah tulang. Namun, ada beberapa tanda awal yang patut diwaspadai:
- Nyeri punggung atau pinggang kronis
- Postur tubuh membungkuk
- Tinggi badan menyusut beberapa sentimeter
- Patah tulang yang terjadi akibat cedera ringan
Menurut kepala Divisi Endokrinologi di Indiana University School of Medicine dan penasihat di National Osteoporosis Foundation AS, Dr. Michael Econs seseorang bisa kehilangan hingga 20 persen massa tulangnya tanpa merasakan gejala apa pun. Inilah yang membuat deteksi dini menjadi sangat penting.
Bagian Tubuh yang Paling Rentan Patah Akibat Osteoporosis
Osteoporosis tidak hanya menyerang satu bagian tubuh. Namun, ada area tertentu yang lebih sering menjadi korban, yakni:
- Pergelangan tangan – Cedera ringan saat menahan jatuh bisa menyebabkan fraktur.
- Punggung (vertebrae) – Retak pada tulang belakang bisa menyebabkan nyeri kronis dan perubahan postur.
- Pinggul (hip) – Ini adalah jenis patah tulang yang paling serius dan berisiko komplikasi hingga kematian, terutama pada lansia.
Meskipun identik dengan usia tua, osteoporosis bisa mengintai siapa saja. Bahkan wanita usia 30-an sudah bisa mengalami penurunan massa tulang, terutama bila mengalami:
- Menstruasi tidak teratur atau menopause dini
- Gangguan makan seperti anoreksia
- Riwayat penggunaan steroid
- Kurang paparan sinar matahari
Spesialis ortopedi dari University of California, Los Angeles (UCLA), Dr. Susan V. Bukata menyebutkan bahwa, generasi muda yang hidup di ruangan ber-AC, jarang olahraga, dan tidak cukup makan kalsium—mereka sudah menabung risiko osteoporosis sejak dini.
Jika kamu termasuk orang dengan faktor risiko, tak perlu menunggu sampai patah tulang untuk bertindak. Pemeriksaan yang umum dilakukan:
- DXA scan (Dual-energy X-ray Absorptiometry): Tes ini mengukur kepadatan tulang dan bisa menunjukkan apakah kamu mengalami osteopenia (tahapan awal osteoporosis).
- Tes darah dan urin: Untuk mengevaluasi kadar kalsium, vitamin D, dan hormon yang memengaruhi tulang.
Meski terdengar menakutkan, namun osteoporosis sendiri dapat dicegah. Berikut ini sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoporosis.
1. Perbaiki Pola Makan
- Perbanyak konsumsi kalsium (susu, yogurt, keju, brokoli, almond)
- Tambahkan vitamin D melalui ikan berlemak, kuning telur, dan sinar matahari
- Hindari kafein dan soda berlebih yang bisa mengganggu penyerapan kalsium
2. Rutin Berolahraga
- Latihan angkat beban ringan
- Jalan kaki 30 menit setiap hari
- Latihan keseimbangan untuk mencegah jatuh
3. Hentikan Kebiasaan Merokok dan Alkohol
Zat-zat ini bisa mempercepat kerusakan tulang dan menurunkan hormon penting untuk tulang.
4. Minum Obat Sesuai Anjuran Dokter
Beberapa pengobatan seperti bisphosphonate, hormon estrogen, dan suplemen kalsium-vitamin D bisa diresepkan oleh dokter.
Jangan Tunggu Sampai Patah Baru Sadar
Tulang yang kuat adalah fondasi tubuh yang sehat. Tapi sering kali, kita baru sadar saat fondasi itu mulai retak—secara harfiah.
Osteoporosis bukan sekadar masalah lansia. Ini adalah ancaman nyata bagi siapa saja yang abai terhadap kesehatan tulangnya. Mengangkat galon, duduk terlalu lama, atau jatuh ringan bisa berujung fatal jika tulang sudah rapuh.
Ingatlah, mencegah selalu lebih mudah dan murah daripada mengobati. Cek kesehatan tulangmu, ubah gaya hidup, dan beri tubuhmu nutrisi yang dibutuhkan.
Karena hidup aktif dan bebas nyeri di usia berapa pun bukan sekadar impian—itu hak setiap orang.
Apakah kamu pernah merasa nyeri punggung, atau sering pegal tanpa sebab? Bisa jadi itu sinyal dari tubuhmu. Yuk, mulai jaga tulang dari sekarang.