25% Pria Mengalami Pembesaran Prostat di Usia 50 Tahun
- Freepik
Lifestyle –Seiring bertambahnya usia, banyak pria mengalami Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal sebagai pembesaran prostat jinak. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini memengaruhi sekitar 25% pria berusia 50-an, dan angka ini akan terus meningkat seiring pertambahan usia.
Prostat yang membesar dapat menimbulkan berbagai masalah berkemih, seperti sering buang air kecil, aliran urine yang lambat, hingga kandung kemih yang tidak bisa benar-benar kosong. Karena itulah, pria yang ingin mencegah pembesaran prostat sebaiknya mulai mengambil langkah pencegahan sejak dini. Mari kita pelajari lebih lanjut.
Seberapa Umum Prostat Terjadi?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 4 pria berusia 50 tahun mengalami pembesaran prostat. Asosiasi Urologi Eropa bersama survei kesehatan di India menemukan prevalensi BPH meningkat drastis seiring usia, lebih dari 50% pria di usia 60-an mengalaminya. Data dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases juga melaporkan bahwa 5–6% pria di usia 40-an terkena BPH, dan angka ini melonjak hingga 29–33% pada pria berusia 65 tahun ke atas. Tingginya prevalensi membuat deteksi dini dan pencegahan menjadi hal yang sangat penting.
Gejala dan Penyebab
Prostat adalah organ kecil seukuran kenari pada pria muda, tetapi ukurannya bisa bertambah saat memasuki usia paruh baya dan seterusnya. Prostat yang membesar menekan uretra sehingga mengganggu fungsi normal kandung kemih. Gejala utama BPH antara lain sering buang air kecil di malam hari, rasa kandung kemih tidak tuntas, aliran urine lemah, dan dorongan mendadak untuk buang air kecil.
Gejala bisa berbeda pada tiap orang, tetapi umumnya sangat mengganggu rutinitas sehari-hari dan kualitas tidur. Mengenali tanda-tanda awal ini penting, karena pemeriksaan medis dapat membantu menghentikan komplikasi seperti retensi urine atau infeksi saluran kemih.
Faktor Risiko
Faktor risiko utama BPH adalah usia dan faktor genetik. Pria dengan riwayat keluarga masalah prostat lebih rentan mengalaminya.
Selain itu, obesitas, diabetes, penyakit jantung, serta gaya hidup pasif dan pola makan tidak sehat juga meningkatkan risiko. Proses penuaan alami menyebabkan perubahan hormon, yang turut memicu pembesaran prostat. Mengenali faktor risiko ini memungkinkan pria melakukan perubahan gaya hidup untuk menurunkan kemungkinan terkena BPH.
Cara Mencegah
Menjalani gaya hidup sehat sejak muda adalah kunci. Meskipun pembesaran prostat tidak bisa sepenuhnya dibalik, langkah pencegahan bisa memperlambat perkembangannya. Olahraga teratur menjaga sirkulasi darah dan keseimbangan hormon, sementara menjaga berat badan ideal mengurangi resistensi insulin dan peradangan yang terkait dengan BPH.
Mengurangi kafein, alkohol, dan makanan pedas dapat mengurangi gejala berkemih. Minum cukup air di siang hari juga baik, tetapi sebaiknya hindari minum terlalu banyak menjelang tidur malam. Selain itu, manajemen stres dan tidur cukup juga berperan besar menjaga kesehatan prostat.
Pola Makan
Pola makan yang sehat membantu mencegah masalah prostat di kemudian hari. Konsumsi buah, sayur, biji-bijian utuh, dan lemak sehat tidak hanya baik untuk kesehatan umum, tetapi juga untuk prostat. Antioksidan dari tomat, beri, dan sayuran hijau dapat menurunkan peradangan. Asam lemak omega-3 dari ikan dan kacang-kacangan juga bermanfaat.
Sebaliknya, batasi lemak jenuh dan makanan olahan. Penelitian menunjukkan diet seimbang membantu mengontrol kadar hormon dan menurunkan risiko pembesaran prostat. Fitokimia dari tumbuhan juga diyakini memberi manfaat tambahan. Kombinasi pola makan sehat dan olahraga adalah strategi pencegahan terbaik.
Pemeriksaan Sejak Dini
Deteksi dini BPH membantu mencegah komplikasi serius. Pria usia 50 tahun ke atas sebaiknya berkonsultasi rutin dengan dokter mengenai kesehatan prostat. Pemeriksaan biasanya meliputi tes darah prostate-specific antigen (PSA) dan pemeriksaan colok dubur (digital rectal exam) untuk menilai ukuran prostat serta mendeteksi kemungkinan kanker prostat atau kondisi lain.
Dengan pemeriksaan medis, dokter dapat memantau gejala dan menentukan perawatan terbaik. Sebagian besar kasus BPH bisa ditangani dengan obat dan perubahan gaya hidup. Konsultasi medis yang tepat waktu dapat menghentikan perkembangan penyakit sekaligus meningkatkan kualitas hidup.