Urin Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Demensia, Hati-Hati!
- Freepik
Lifestyle –Urin bisa menjadi salah satu indikator penilaian tentang kesehatan seseorang. Salah satunya adalah risiko demensia (penurunan fungsi kognitif otak). Kok bisa?
Dalam sebuah penelitian dari Karolinska Institutet, kadar tinggi protein albumin dalam urin dapat menunjukkan risiko lebih besar terkena demensia di kemudian hari. Kondisi ini disebut albuminuria, yaitu ketika ginjal yang rusak “bocor” sehingga albumin ikut keluar melalui penyaringannya.
Menurut National Kidney Foundation, tidak semua penderita albuminuria akan merasakan gejala. Namun, kondisi ini bisa membuat urin tampak berbusa dan memicu buang air kecil lebih sering dari biasanya.
Hubungan Ginjal dan Otak
Demensia adalah penyakit neurodegeneratif yang menyerang otak, sehingga banyak orang mungkin mengira tidak ada kaitannya dengan ginjal. Namun, penelitian menunjukkan bahwa penyakit di organ lain, termasuk ginjal, dapat memengaruhi otak dan menjadi faktor risiko demensia.
Ssisten profesor di Departemen Neurobiologi, Ilmu Perawatan, dan Masyarakat di Karolinska Institutet, Hong Xu menjelaskan ginjal dan otak mungkin terlihat seperti organ yang sangat berbeda, tetapi keduanya memiliki kesamaan penting, sama-sama bergantung pada jaringan pembuluh darah kecil yang rapuh.
”Ketika pembuluh darah di ginjal rusak, biasanya proses yang sama juga terjadi di otak,” kata dia dikutip dari laman The Sun, Jumat 26 September 2025.
Penelitian baru yang dipublikasikan di Journal of Internal Medicine menemukan bahwa kaitan antara albuminuria dan demensia paling kuat pada demensia vaskular, jenis demensia paling umum kedua setelah Alzheimer. Demensia vaskular sering disebabkan oleh stroke, tekanan darah tinggi, atau diabetes. Kaitan ini juga terlihat pada demensia campuran, yaitu gabungan gejala demensia vaskular dan Alzheimer.
Hasil Penelitian
Studi ini melibatkan 130.000 orang lanjut usia di Stockholm berusia di atas 65 tahun yang pada awalnya tidak menderita demensia. Dalam 4 tahun berikutnya, sekitar 7 persen peserta mengalami demensia.
Setelah mempertimbangkan fungsi ginjal dan faktor lain, peneliti menemukan orang dengan kadar albumin sedang dalam urin (30–299 mg/g) memiliki risiko 25% lebih tinggi terkena demensia. Orang dengan kadar albumin tinggi (lebih dari 300 mg/g) memiliki risiko 37% lebih tinggi dibanding mereka dengan kadar normal (hingga 30 mg/g).
Peneliti menyimpulkan bahwa kadar albumin tinggi dalam urin tidak hanya menandakan kerusakan ginjal, tetapi juga bisa menjadi sinyal risiko lebih tinggi terkena demensia.
Prof. Hong Xu menegaskan bahwa penting deteksi dini albuminuria lantaran berpotensi menunda atau bahkan mencegah munculnya demensia.
Apa Itu Albuminuria?
Albumin adalah protein yang biasanya ada dalam darah dan berfungsi membantu pembentukan otot, memperbaiki jaringan, serta melawan infeksi.
Ginjal yang sehat akan menyaring protein ini agar tidak masuk ke urin. Namun jika ginjal rusak, albumin bisa ’bocor’ ke dalam urin.
Gejalanya bila muncul dapat berupa:
- Urin berbusa
- Sering buang air kecil
- Mata bengkak
- Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, perut, atau wajah
Albuminuria disebabkan oleh kerusakan ginjal, khususnya di bagian penyaring (glomerulus). Kerusakan ini bisa bersifat sementara atau permanen, tergantung penyebabnya.
Penyebab albuminuria sementara:
- Dehidrasi (kurang minum air)
- Olahraga intensitas tinggi
- Demam dan/atau infeksi
- Perburukan gagal jantung
Penyebab albuminuria kronis:
- Diabetes (terutama bila gula darah tidak terkontrol)
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Penyakit jantung dan/atau gagal jantung
- Penyakit glomerulus
Albuminuria tidak selalu berarti ada kerusakan ginjal permanen. Namun, cara terbaik untuk memastikan adalah melalui tes urin, sehingga penting melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.
Ginjal, Otak, dan Demensia
Peneliti Karolinska Institutet juga menemukan kesamaan mekanisme antara kerusakan ginjal dan otak. Otak memiliki blood-brain barrier (penghalang otak-darah) yang melindungi dari zat berbahaya dalam aliran darah.
Sama seperti ginjal yang rusak bisa ’bocor’ protein ke urin, blood-brain barrier yang rusak bisa membiarkan racun dan molekul peradangan masuk ke jaringan otak. Lama-kelamaan, ini meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah, peradangan, dan penumpukan protein berbahaya yang terkait dengan demensia.
“Hasil ini menegaskan pentingnya pemeriksaan rutin albuminuria sebagai bagian dari penilaian risiko dini demensia, terutama pada pasien dengan tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, atau penyakit ginjal,” kata Prof Xu
Gejala Demensia
Demensia bisa berkembang perlahan dengan gejala awal yang samar. Seiring waktu, gejalanya bisa makin parah.
Gejala awal yang umum:
- Masalah ingatan (mudah lupa kejadian baru, sering salah menaruh barang)
- Kebingungan atau mudah tersesat saat mengemudi
- Sulit berkomunikasi (kesulitan menemukan kata atau memahami percakapan)
- Konsentrasi berkurang, penilaian buruk, atau perubahan kepribadian
Gejala lanjutan:
- Masalah perilaku (agresif, menarik diri dari lingkungan, sulit mengendalikan emosi)
- Masalah mobilitas (sulit bergerak, tubuh terasa kaku)
- Masalah lain (gangguan tidur, halusinasi, salah persepsi)
Jika kamu khawatir terhadap dirimu sendiri atau orang terdekat, daftar gejala dari Alzheimer’s Society bisa menjadi langkah awal sebelum berkonsultasi dengan dokter umum (GP).