Muak dengan Kerjaan? Apa yang Terjadi Pada Psikologismu?
- Freepik
Lifestyle –Pernah merasa benar-benar muak dengan kerjaan? Rasanya capek, jenuh, dan tidak semangat melakukan apa pun. Banyak orang langsung mengira ini karena malas, padahal bisa jadi kamu sedang mengalami burnout.
Kondisi ini bukan sekadar bosan atau enggan bekerja, melainkan sindrom psikologis yang bisa berdampak serius pada kesehatan mental, fisik, bahkan kariermu.
Burnout adalah kondisi kelelahan yang mendalam, baik secara fisik, mental, maupun emosional, akibat stres kerja berkepanjangan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengakui burnout sebagai fenomena terkait pekerjaan, bukan gangguan medis, tapi tetap perlu perhatian serius.
“Burnout adalah sindrom psikologis yang ditandai dengan kelelahan emosional, munculnya sikap sinis, dan berkurangnya rasa efektivitas profesional,” kata Panagoita oustimani bersama timnya dalam sebuah tinjauan ilmiah, Frontiers in Psychology, 2019.
Artinya, kalau kamu mulai kehilangan energi, merasa sinis terhadap pekerjaan, dan merasa apa pun yang dikerjakan tidak ada hasilnya, bisa jadi itu tanda-tanda burnout.
Gejala Burnout yang Perlu Diwaspadai
Burnout berbeda dengan rasa malas biasa. Berikut beberapa tanda yang perlu kamu kenali:
- Kelelahan ekstrem: tubuh terasa lesu sepanjang hari meski sudah istirahat.
- Sikap sinis terhadap pekerjaan: merasa semua hal di kantor menyebalkan, tidak ada yang menyenangkan.
- Merasa tidak efektif: seolah-olah hasil kerja tidak ada gunanya, meski sudah berusaha keras.
- Gangguan fisik: sakit kepala, susah tidur, gangguan pencernaan.
- Perubahan emosi: cepat marah, mudah tersinggung, bahkan merasa tidak percaya diri.
Kalau gejala ini dibiarkan, burnout bisa merusak motivasi kerja sekaligus kualitas hidup.
Kenapa Burnout Bisa Terjadi?
Ada beberapa faktor utama yang bisa membuat seseorang mengalami burnout:
- Beban kerja berlebihan
Tugas menumpuk, deadline ketat, dan lembur tanpa henti bisa menguras energi. - Kurangnya keseimbangan hidup
Tidak ada waktu untuk diri sendiri atau keluarga membuat hidup hanya berputar di pekerjaan. - Tidak ada kontrol
Ketika semua keputusan ditentukan orang lain dan kamu merasa tidak punya kendali, motivasi kerja perlahan hilang. - Lingkungan kerja tidak sehat
Bos yang tidak suportif, konflik dengan rekan kerja, atau minimnya apresiasi bisa memicu stres berkepanjangan. - Standar terlalu tinggi pada diri sendiri
Perfeksionisme bisa membuat kamu terus merasa kurang, meski sudah berusaha keras.
Dampak Negatif Burnout
Burnout bukan hal sepele. Efeknya bisa terasa di berbagai aspek kehidupan:
- Kesehatan mental: depresi, kecemasan, bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai.
- Kesehatan fisik: sistem imun melemah, lebih sering sakit, tubuh mudah lelah.
- Hubungan sosial: mudah marah, sulit menikmati waktu dengan orang terdekat.
- Karier: produktivitas menurun, sering absen, hingga akhirnya berpikir resign.
Cara Mengatasi dan Mencegah Burnout
Kabar baiknya, burnout bisa diatasi. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu coba:
- Kenali gejalanya sejak dini
Jangan tunggu sampai benar-benar kehabisan tenaga. Sadari ketika tubuh dan pikiran mulai lelah. - Istirahat yang cukup
Ambil cuti jika perlu. Gunakan waktu untuk benar-benar rehat dari urusan pekerjaan. - Buat batasan jelas
Jangan selalu standby untuk urusan kantor. Belajar berkata “tidak” ketika tugas sudah berlebihan. - Ciptakan keseimbangan hidup
Luangkan waktu untuk hobi, olahraga, atau sekadar hangout dengan teman. Ini penting untuk menjaga energi positif. - Cari dukungan
Bicara dengan orang terdekat atau tenaga profesional. Kadang, sekadar bercerita bisa mengurangi beban. - Diskusikan dengan atasan
Kalau beban kerja terlalu berat, coba komunikasikan. Atasan yang baik biasanya akan memberi solusi. - Rawat diri
Pola makan sehat, tidur cukup, dan aktivitas fisik teratur bisa mempercepat pemulihan.