Kenapa Sulit Menjadi Wanita di Indonesia dengan Segala Stigma yang Terus Melekat

Ilustrasi kebebasan perempuan
Sumber :
  • Freepik

Menurut mantan COO Facebook dan penulis Lean In, Sheryl Sandberg dalam wawancaranya dengan Harvard Business Review menyebut bahwa masyarakat masih sering menganggap kesuksesan perempuan sebagai sesuatu yang ‘tidak normal’, sementara kesuksesan laki-laki dianggap wajar.

Jadi jelas, masalahnya bukan di perempuannya, tapi di standar ganda yang masih kuat banget di sekitar kita.

Tak sampai di situ, wanita juga rentan mendapat nyinyiran dari masyarakat ketika dirinya gagal membina rumah tangga. Ya, ketika pernikahan nggak berjalan mulus, perceraian buat perempuan sering jadi beban berlapis. Belum cukup dengan luka emosional, status 'janda' malah sering dicap negatif, dianggap gagal, dikasihani, atau bahkan jadi bahan gosip.

Padahal, banyak perceraian terjadi karena alasan yang sah mulai dari kekerasan, ketidaksetaraan, sampai ketidakcocokan.

“Perceraian perempuan sering kali dilihat sebagai kegagalan pribadi, sementara perceraian laki-laki jarang dipertanyakan dengan cara yang sama,” kata sejarawan keluarga, Dr. Kristin Celello dari University of Alabama,dalam wawancaranya dengan The Atlantic.

Kenyataannya, perempuan pasca-cerai sering harus berjuang dua kali lipat yakni untuk membangun hidup baru sekaligus menghadapi stigma sosial.

Standar Ganda yang Melelahkan