Suka Ngomong Mau Resign Tapi Paling Lama Bertahan di Kantor, Kenapa Banyak Orang Seperti Ini?
- Freepik
Menurut riset Gallup, salah satu tanda employee disengagement adalah saat seseorang berhenti memberi ide baru, mulai absen secara emosional dalam diskusi, dan menghindari tanggung jawab tambahan. Ironisnya, banyak perusahaan tidak menyadari ini sampai seseorang benar-benar pergi.
Profesor psikologi organisasi dari Wharton School, Dr. Adam Grant menyebut ini sebagai bentuk emotional numbing. “Mereka tahu ini bukan tempat terbaik untuk tumbuh, tapi energi untuk pindah tidak cukup karena sudah habis dipakai untuk bertahan,” ungkapnya dalam podcast WorkLife.
Ketakutan Akan Penyesalan: “Bagaimana Kalau Tempat Baru Lebih Buruk?”
Salah satu alasan mengapa orang yang paling sering bilang mau resign justru bertahan paling lama adalah rasa takut pada ketidakpastian. Dunia kerja bukan tempat yang selalu adil, dan pengalaman pahit di tempat lama bisa menanam trauma yang membuat kita ragu melangkah ke tempat baru.
Bayangan buruk seperti “nanti bosnya lebih galak”, “lingkungan lebih toksik”, atau “pekerjaan lebih berat tapi gaji sama” kerap kali menahan langkah kita. Apalagi kalau sudah pernah berpindah kerja dan ternyata tempat baru tak seindah ekspektasi—trauma itu sulit hilang.
Psikolog Dr. Melanie Greenberg menyebut bahwa banyak pekerja yang terjebak dalam fawn response—mekanisme bertahan hidup dengan cara menyenangkan orang lain demi merasa aman.
“Mereka merasa bersalah jika mengecewakan atasan, atau takut dianggap tidak setia. Ini bukan soal gaji, tapi tentang rasa takut akan kehilangan kendali,” ujarnya dalam Psychology Today.