Mpok Alpa Beri ASI Eksklusif Saat Kanker, Bagaimana Dampaknya Pada Anak?

Mpok Alpa saat hamil
Sumber :
  • Instagram Mpok Alpa

Lifestyle –Dunia hiburan Indonesia kembali berduka dengan kepergian komedian dan presenter Nina Carolina, yang lebih dikenal sebagai Mpok Alpa, pada Jumat, 15 Agustus 2025. Mpok Alpa, yang dikenal dengan keceriaan dan dedikasinya, meninggalkan kenangan indah, termasuk perjuangannya memberikan ASI eksklusif kepada anak kembarnya, Raffa Ahmad Darmadina dan Raffi Ahmad Darmadina, yang lahir pada akhir 2024. 

Meski tengah berjuang melawan kanker, Mpok Alpa menunjukkan tekad luar biasa untuk menyusui kedua buah hatinya, sebuah keputusan yang memunculkan pertanyaan penting: bagaimana dampak menyusui selama perawatan kanker terhadap kesehatan bayi? 

“Sulit banget (menyusui dua anak kembar), (tapi) gue punya trik,” kata Mpok Alpa. 

“Kanan buat abang, yang kiri buat adeknya, di selang seling gitu,” ucapnya. 

Meski menghadapi kesulitan fisik dan emosional akibat penyakitnya, Mpok Alpa tetap memprioritaskan pemberian ASI eksklusif, yang dikenal memiliki manfaat besar bagi perkembangan bayi, seperti meningkatkan imunitas dan mendukung pertumbuhan optimal. Namun, kondisi kankernya menimbulkan pertanyaan kritis mengenai keamanan menyusui selama menjalani pengobatan.

Artikel ini mengulas informasi ilmiah dari American Cancer Society, untuk memberikan gambaran yang akurat dan informatif.

Risiko Menyusui Selama Perawatan Kanker

Bagi ibu hamil yang didiagnosis kanker, keputusan untuk menyusui setelah melahirkan sering kali menjadi pertimbangan penting. Menurut American Cancer Society, menyusui tidak dianjurkan selama perawatan kanker, terutama jika ibu menjalani kemoterapi, terapi hormon, atau terapi target. 

Obat-obatan ini dapat masuk ke dalam ASI dan berpotensi membahayakan bayi. Dalam beberapa kasus, menyusui baru aman dilakukan beberapa bulan setelah perawatan selesai, tergantung pada jenis obat yang digunakan. 

Konsultasi dengan tim medis dan ahli laktasi sangat dianjurkan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk memulai atau melanjutkan menyusui.

Obat kemoterapi, misalnya, dapat diserap ke dalam aliran darah ibu dan masuk ke ASI dalam jumlah yang bervariasi, tergantung pada jenis dan dosis obat. Beberapa obat, seperti methotrexate atau doxorubicin, memiliki potensi toksisitas tinggi bagi bayi, yang dapat memengaruhi perkembangan organ atau sistem imun mereka. 

Terapi hormon, seperti tamoxifen, juga dapat mengubah komposisi ASI dan berisiko mengganggu pertumbuhan bayi. Selain itu, terapi target, seperti trastuzumab untuk kanker payudara, juga tidak dianggap aman selama menyusui karena potensi transfer obat melalui ASI.

Pentingnya Konsultasi dengan Tim Medis

Dalam kasus Mpok Alpa, belum ada informasi spesifik mengenai jenis kanker atau pengobatan yang dijalaninya selama menyusui. Namun, jika ia menjalani pengobatan aktif seperti kemoterapi, keputusan untuk menyusui perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. 

Menurut National Cancer Institute, beberapa jenis pengobatan kanker, seperti pembedahan untuk mengangkat tumor stadium awal, tidak memengaruhi keamanan ASI, selama ibu tidak menerima obat-obatan sistemik. 

Namun, untuk perawatan yang melibatkan obat-obatan, konsultasi dengan onkolog, dokter kandungan, dan ahli laktasi sangat penting untuk menentukan apakah menyusui aman atau harus ditunda.

Ahli laktasi dapat membantu ibu merencanakan strategi menyusui, seperti memompa dan membuang ASI selama periode pengobatan untuk menjaga produksi ASI, sehingga menyusui dapat dilanjutkan setelah obat dianggap aman oleh tim medis. Dalam beberapa kasus, ibu mungkin perlu menunggu beberapa minggu hingga bulan setelah pengobatan selesai, tergantung pada waktu paruh obat dalam tubuh.

Manfaat dan Tantangan ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif, seperti yang dilakukan Mpok Alpa, memiliki manfaat signifikan bagi bayi, termasuk perlindungan terhadap infeksi, peningkatan perkembangan kognitif, dan ikatan emosional antara ibu dan anak. 

Namun, bagi ibu dengan kanker, menyusui dapat menambah beban fisik dan emosional, terutama jika mereka mengalami kelelahan atau efek samping pengobatan. Dalam kasus anak kembar, seperti Raffa dan Raffi, tantangan ini menjadi dua kali lipat, namun Mpok Alpa berhasil menemukan cara untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan strateginya yang unik.

Pertimbangan Keamanan untuk Bayi

Untuk memastikan keamanan bayi, pemeriksaan rutin oleh dokter anak sangat dianjurkan jika ibu menyusui selama atau setelah perawatan kanker. Tes darah atau pemantauan perkembangan dapat membantu mendeteksi potensi efek samping dari paparan obat melalui ASI. 

Selain itu, pemeriksaan plasenta pasca-persalinan, seperti yang direkomendasikan oleh Journal of Clinical Oncology, dapat memastikan bahwa tidak ada sel kanker yang menyebar ke janin selama kehamilan, meskipun risiko ini sangat jarang (kurang dari 0,1% kasus).