Sebabkan 101 Kematian di Indonesia, Kenali Leptospirosis Sebelum Terlambat!

Tikus
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Kasus leptospirosis di tanah air mendapat perhatian khusus. Bukan tanpa sebab, leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira ini bisa menyebabkan kematian. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari Januari hingga 6 Juni 2025 lalu tercatat ada 787 kasus leptospirosis. Dari kasus tersebut tercatat ada 101 orang meninggal dunia.

Kasus leptospirosis sendiri sering muncul di 14 provinsi endemis di tanah air seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Kalimantan hingga Sulawesi. Perubahan iklim yang menyebabkan hujan dan banjir diketahui turut mempercepat penyebaran kasus ini.

Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira interrogans, yang umumnya menyebar melalui urine hewan terinfeksi, terutama tikus got. Bakteri ini dapat bertahan hidup di air atau tanah lembap selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Infeksi terjadi saat manusia kontak langsung dengan air yang terkontaminasi—baik melalui luka kecil di kulit, selaput lendir (mata, hidung, mulut), atau lecet yang tidak terlihat.

Mengejutkannya, tikus rumah yang terlihat sehat dan aktif di malam hari bisa menjadi pembawa diam-diam (carrier) bakteri leptospira.

Gejala Leptospirosis: Dari Ringan Hingga Mematikan

Gejala leptospirosis muncul antara 2–14 hari setelah paparan. Pada fase awal, gejalanya sering tidak spesifik dan mirip penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah mulai dari demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, nyeri otot, terutama di punggung dan betis, mual dan muntah hingga mata memerah atau sensitif terhadap cahaya

Jika tidak diobati, penyakit bisa berkembang menjadi fase berat (dikenal sebagai Weil’s disease), yang ditandai dengan kulit dan mata menguning (tanda gagal hati), gagal ginjal akut, pendarahan di paru-paru (sesak napas, batuk darah), gangguan irama jantung dan penurunan kesadaran hingga kematian.

Kenapa Leptospirosis Sering Terlambat Diketahui?

Masalah utama leptospirosis adalah sulitnya diagnosis dini. Gejala awalnya sering disangka sebagai flu biasa, tipes, atau demam berdarah. Akibatnya, pasien baru mendapat penanganan ketika kondisinya sudah memburuk.

Menurut profesor epidemiologi dari University of California, Berkeley, Dr. Lee Riley, leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang berbahaya karena menyamar. Gejalanya menyerupai banyak penyakit tropis lainnya, sehingga sering tidak terdiagnosis sampai fase lanjut.

Di Indonesia, banyak pasien baru datang ke rumah sakit dalam kondisi berat—dengan komplikasi hati, ginjal, bahkan paru-paru berdarah. Ini memperbesar risiko kematian.

Beberapa kelompok masyarakat memiliki risiko lebih tinggi terkena leptospirosis:

  • Warga yang tinggal di kawasan padat dan dengan sanitasi buruk
  • Petugas kebersihan, relawan pasca-banjir, dan pemulung
  • Pekerja lapangan seperti petani, buruh bangunan, tukang saluran air
  • Anak-anak yang bermain di genangan air atau lumpur
  • Siapa saja yang memiliki luka terbuka dan kontak dengan air kotor

Dalam kasus tertentu, leptospirosis juga bisa menyerang keluarga di perumahan dengan populasi tikus tinggi baik di dapur, kamar mandi, atau selokan sekitar rumah.

Tikus Rumah: Kecil Tapi Mematikan

Jangan tertipu oleh ukurannya. Tikus rumah bisa menjadi pembawa aktif bakteri leptospira. Saat mereka buang air kecil di lantai dapur, kamar mandi, atau bahkan tempat makan hewan peliharaan, bakteri itu bisa menyebar dan menular ke manusia.

Bakteri leptospira bisa bertahan di genangan air dan tanah lembap selama berminggu-minggu. Cukup dengan ada luka kecil di kaki atau tangan tanpa disadari, kamu sudah bisa tertular.

Inilah sebabnya, lingkungan rumah dengan kebersihan buruk dan banyak tikus menjadi tempat rawan penyebaran leptospirosis.

Komplikasi Mematikan Jika Terlambat Ditangani

Leptospirosis bukan penyakit sepele. Dalam kasus berat, komplikasinya bisa sangat serius:

  • Gagal ginjal akut → pasien membutuhkan cuci darah (hemodialisis)
  • Kerusakan hati → menyebabkan kulit dan mata menguning
  • Pendarahan paru → batuk darah, napas pendek, saturasi oksigen drop
  • Syok septik → tekanan darah turun drastis, bisa berakibat fatal dalam hitungan hari
  • Kematian → WHO mencatat angka kematian leptospirosis berat mencapai 10–15%

Di Indonesia, kematian akibat leptospirosis sering terjadi karena pasien datang terlambat ke fasilitas kesehatan dan tidak mengenali gejala awal.

Cara Pencegahan Leptospirosis di Rumah

Berikut langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencegah leptospirosis:

1. Jaga kebersihan rumah:

  • Jangan biarkan ada genangan air di dapur, kamar mandi, atau halaman
  • Rutin bersihkan area lembap dengan disinfektan

2. Kendalikan populasi tikus:

  • Tutup rapat tempat sampah
  • Buang sisa makanan dengan benar
  • Gunakan perangkap atau layanan pengendalian hama

3. Lindungi diri saat bersih-bersih:

  • Gunakan sepatu tertutup dan sarung tangan saat membersihkan rumah
  • Cuci tangan setelah kontak dengan area basah atau mencurigakan

4. Lindungi anak-anak dan hewan peliharaan:

  • Jangan biarkan mereka bermain di air genangan
  • Bersihkan tempat makan dan minum hewan secara rutin

Jika kamu atau anggota keluarga pernah kontak dengan air banjir atau lingkungan kotor, dan muncul gejala seperti demam, nyeri otot, atau mata merah dalam waktu 2 minggu, segera periksakan ke dokter.

Pemeriksaan darah akan membantu memastikan diagnosis leptospirosis. Jika diketahui lebih awal, penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik seperti doxycycline, penicillin, hingga amoxicillin (untuk anak-anak atau ibu hamil). Penanganan dini bisa mencegah komplikasi berat dan menyelamatkan nyawa.