Jarang Scaling? Hati-Hati Bakteri Jigong Bisa Naik ke Otak!

Ilustrasi scaling gigi
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Selama ini kita menganggap karang gigi alias jigong hanya sebagai masalah kecil yang mengganggu penampilan dan bikin bau mulut. Tapi tahukah kamu, tumpukan bakteri di gigi ini ternyata bisa menyebar ke organ paling vital dalam tubuh yakni otak?

 

Mungkin terdengar seperti kisah film horor medis, tapi kenyataannya infeksi dari mulut memang bisa menyebar ke otak dan menyebabkan brain abscess, yakni penumpukan nanah di jaringan otak yang bisa berujung kematian jika tidak ditangani. Salah satu pemicu yang sering luput dari perhatian? Karang gigi yang dibiarkan bertahun-tahun tanpa perawatan.

 

Karang gigi atau tartar terbentuk dari plak yang mengeras karena tercampur air liur, sisa makanan, dan bakteri. Ini biasanya terjadi ketika seseorang jarang menyikat gigi dengan benar dan tidak pernah melakukan scaling di dokter gigi.

 

Hal yang membuat bahaya adalah, karang gigi tidak hanya menempel di permukaan gigi. Ia bisa berkembang menyusup ke bawah gusi (subgingival), menciptakan kantong bakteri yang dalam. Di situlah koloni bakteri hidup dan berkembang, hingga siap menembus pembuluh darah kecil di sekitar gusi dan menyebar ke seluruh tubuh.

 

Bagaimana Bisa Bakteri dari Mulut Sampai ke Otak?

 

Menurut dokter spesialis kegawatdaruratan dan mantan Presiden American Medical Association (AMA), Dr. Steven J. Stack infeksi dari rongga mulut, terutama bila melibatkan abses atau peradangan parah, dapat menyebar melalui pembuluh darah ke organ vital, termasuk otak.

 

Ketika bakteri dari infeksi gusi atau gigi masuk ke pembuluh darah, mereka dapat mencapai sistem vena wajah, lalu menjalar ke otak. Dalam beberapa kasus, kondisi ini menyebabkan infeksi menembus blood-brain barrier, yakni dinding pelindung otak yang biasanya menyaring bakteri dan racun.

 

Setelah masuk, bakteri bisa membentuk abses atau kantong nanah di otak. Ini bukan cuma kondisi darurat, tapi bisa sangat mematikan jika tidak segera ditangani.

Kedengarannya memang ekstrem. Tapi ini bukan fiksi medis. Dalam jurnal Clinical Microbiology and Infection tahun 2017, disebutkan bahwa 8–10% kasus brain abscess berasal dari infeksi mulut. Walaupun tidak umum, risikonya nyata dan mengancam nyawa.

 

Contoh kasus seorang pria 36 tahun di Inggris dilarikan ke rumah sakit karena kejang mendadak dan kehilangan kesadaran. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan abses otak yang ternyata berasal dari infeksi gigi geraham bawah yang tak pernah diobati.

 

"Kondisi ini memang jarang, tapi sangat berbahaya. Terutama pada pasien yang mengabaikan kesehatan giginya selama bertahun-tahun," Stack menambahkan.

 

Siapa yang Paling Rentan?

 

Walau bisa menyerang siapa saja, risiko penyebaran infeksi mulut ke otak lebih tinggi pada:

 

  • Orang yang tidak pernah scaling, bahkan bertahun-tahun.

  • Penderita abses gigi atau gusi bernanah.

  • Pasien dengan daya tahan tubuh lemah (pengidap HIV, kanker, atau pengguna imunosupresan).

  • Penderita diabetes, karena sistem imunnya cenderung lebih lemah terhadap infeksi.

  • Anak-anak dan lansia, yang secara alami punya sistem imun lebih rapuh.

 

Sayangnya, kelompok-kelompok ini sering tidak menyadari gejala awal atau menganggap enteng keluhan pada mulut.

 

Tanda-Tanda Bahaya yang Sering Diabaikan

 

Infeksi yang dimulai di gigi atau gusi biasanya memberikan peringatan awal, tapi sering diabaikan karena tidak langsung terasa berat. Berikut beberapa gejala yang perlu kamu perhatikan:

 

Gejala Infeksi di Mulut:

 

  • Gusi bengkak, merah, atau mudah berdarah.

  • Nyeri saat mengunyah atau saat menyentuh bagian tertentu di gigi.

  • Bau mulut tak kunjung hilang.

  • Rasa nyeri menjalar ke rahang atau telinga.

  • Muncul nanah di gusi atau gigi.

 

Gejala Infeksi Otak (jika menyebar):

 

  • Sakit kepala berat dan terus-menerus.

  • Demam tinggi dan menggigil.

  • Mual dan muntah tanpa sebab jelas.

  • Kejang atau kehilangan kesadaran.

  • Leher kaku, sulit menggerakkan kepala.

  • Perubahan perilaku atau kesadaran menurun.

 

Jika kamu atau orang terdekat mengalami kombinasi gejala-gejala ini dan memiliki riwayat infeksi gigi yang tidak diobati, segera cari pertolongan medis.

 

Scaling: Langkah Sederhana Tapi Menyelamatkan

 

Pencegahan komplikasi seperti brain abscess bisa dimulai dari kebiasaan sederhana yakni dengan scaling rutin di dokter gigi.

"Scaling setiap enam bulan bukan hanya untuk penampilan. Ini adalah langkah perlindungan sistemik yang mencegah penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, termasuk otak," saran dari Stack.

 

Selain scaling, kamu juga bisa menjaga kebersihan gigi dengan:

 

  • Menyikat gigi minimal dua kali sehari selama 2 menit.

  • Menggunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela yang sulit dijangkau.

  • Menghindari rokok dan makanan tinggi gula yang mempercepat pembentukan plak.

  • Segera periksa jika merasakan nyeri atau bengkak di gigi/gusi.

 

Ingat, biaya scaling jauh lebih murah daripada biaya rawat inap ICU untuk menangani infeksi otak.

 

 

Karang gigi bukan cuma ganggu estetika atau bikin bau mulut. Dalam beberapa kasus ekstrem, bakteri dari plak yang menumpuk di gigi bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan infeksi otak yang fatal.

"Kesehatan mulut yang buruk bukan hanya masalah estetika. Ini bisa berkembang menjadi darurat medis. Jangan tunggu sampai terlambat," pesan dari Dr. Steven J. Stack.

 

Mulut adalah pintu masuk utama tubuh. Kalau pintu ini kotor dan penuh bakteri, maka seluruh sistem tubuh bisa terpengaruh. Jadi, daripada menyesal belakangan, mulailah dari langkah kecil yakni dengan periksa gigi dan lakukan scaling secara rutin. Kamu bukan hanya menyelamatkan senyum tapi juga nyawamu.