Dengar Suara Aneh Saat Ketindihan? Ini yang Terjadi di Otak Kamu

Ilustrasi dengar suara mistis saat ketindihan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Pernah dengar suara langkah kaki di kamar, bisikan menyeramkan, atau bahkan teriakan saat kamu sedang tidur tapi tak bisa bergerak? Banyak orang mengalaminya dan menyebutnya sebagai ketindihan. Sensasi ini sering disertai rasa takut, tekanan di dada, dan pengalaman yang seolah mistis. Tapi tahukah kamu, semua itu sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah?

Fenomena ini dikenal secara medis sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur, dan suara-suara aneh yang terdengar bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam otak kita sendiri. Yuk, kita bahas tuntas bareng penjelasan dari seorang ahli neuropsikologi dari Harvard University yang meneliti sleep paralysis secara mendalam, Dr. Baland Jalal.

Apa Itu Sleep Paralysis dan Mengapa Bisa Ada Suara Aneh?

Sleep paralysis adalah kondisi ketika kamu terbangun tapi tidak bisa bergerak, berbicara, atau bahkan membuka mata dengan leluasa. Ini biasanya terjadi saat tubuh berada di peralihan antara tidur dan bangun, tepatnya saat fase REM (Rapid Eye Movement),  fase tidur di mana otak sangat aktif dan mimpi paling sering terjadi.

Menurut Dr. Baland Jalal, sleep paralysis adalah kondisi di mana kesadaran kita sudah bangun, tapi tubuh masih dalam keadaan lumpuh seperti saat bermimpi.

"Halusinasi auditorik saat sleep paralysis terjadi karena otak masih berada dalam kondisi bermimpi, tapi sebagian sadar. Ini memicu persepsi palsu seperti suara-suara yang terasa nyata," kata Dr. Baland Jalal, PhD.

Bagaimana Otak Kita Bisa Menciptakan Suara yang Tidak Ada?

Saat tidur dalam fase REM, beberapa bagian otak seperti korteks pendengaran (auditory cortex) dan amigdala masih aktif. Korteks pendengaran biasanya bekerja untuk memproses suara dari luar, tapi saat ketindihan, otak ‘bingung’ dan bisa menciptakan suara sendiri meskipun tidak ada stimulus nyata dari luar. Halusinasi ini disebut hypnopompic hallucination, yaitu halusinasi yang muncul saat kita terbangun dari tidur. Dalam kondisi ini, suara yang muncul bisa sangat meyakinkan dari bisikan, suara langkah kaki, sampai jeritan atau dentuman keras.

Di waktu ini, otak mencoba 'mengisi' kekosongan antara realita dan mimpi. Lantaran tubuh tidak bisa bergerak dan ada rasa takut, otak memproyeksikan kecemasan menjadi suara atau bayangan. Jadi meskipun tidak ada yang benar-benar berbicara, kita merasa mendengarnya secara nyata.

Jenis-Jenis Halusinasi Selama Sleep Paralysis

Sleep paralysis tidak hanya melibatkan suara. Banyak orang juga mengalami halusinasi visual, seperti melihat bayangan hitam, sosok tinggi besar di dekat ranjang, atau “makhluk” duduk di dada. Menurut penelitian Dr. Jalal, halusinasi selama ketindihan bisa diklasifikasikan menjadi tiga:

  1. Visual: Melihat sosok, bayangan, mata menyala, atau wajah samar.
  2. Auditorik: Mendengar bisikan, langkah kaki, suara menyeramkan, atau bahkan suara yang memanggil nama.
  3. Sensorik (Somatik): Merasa seperti disentuh, ditekan, atau bahkan dilayang-layangkan.

Kombinasi halusinasi paling umum adalah visual + auditorik, karena otak mengaktifkan area penglihatan dan pendengaran secara bersamaan dalam fase REM yang belum selesai.

Kenapa Halusinasinya Selalu Seram?

Rasa takut saat ketindihan bukan kebetulan. Salah satu bagian otak bernama amigdala,  pusat pemrosesan emosi, terutama rasa takut aktif secara berlebihan selama sleep paralysis.

Dr. Jalal menjelaskan, ketika tubuh tak bisa bergerak tapi otak mulai sadar, kita merasa tak berdaya. Perasaan terjebak ini memicu amigdala untuk menyiapkan ‘ancaman’, meski tidak nyata. Akibatnya, otak ‘menciptakan’ sesuatu yang menakutkan untuk menjelaskan kondisi itu: suara misterius, bayangan menyeramkan, atau tekanan di dada.

“Otak tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan saat sleep paralysis. Lantaran kita takut dan lumpuh, otak memproyeksikan ketakutan itu menjadi sosok atau suara,” ungkap Dr. Baland Jalal.

Bagaimana Cara Menghindari Halusinasi Saat Ketindihan?

Menurut Dr. Jalal, cara utama untuk mencegah sleep paralysis dan halusinasi menyeramkan adalah dengan menjaga kualitas tidur dan mengelola stres. Berikut rekomendasi lengkapnya:

1. Tidur cukup dan konsisten

Usahakan tidur 7–8 jam setiap malam dan bangun di jam yang sama setiap hari. Pola tidur yang berantakan memicu gangguan transisi REM.

2. Kelola stres dengan baik

Meditasi, yoga, atau journaling bisa membantu menurunkan level kecemasan yang berperan besar dalam ketindihan.

3. Hindari tidur telentang

Posisi telentang memperbesar kemungkinan sleep paralysis karena saluran napas dan refleks otot bisa terganggu.

4. Kurangi stimulan sebelum tidur

Batasi konsumsi kafein dan penggunaan layar gadget menjelang tidur.

5. Sadari bahwa ini hanya sementara

Ketika sleep paralysis terjadi, usahakan tetap tenang. Fokus pada napas dan coba gerakkan jari tangan atau kaki untuk “membangunkan” tubuh.

6. Terapkan CBT-SP (Cognitive Behavioral Therapy for Sleep Paralysis)

Dr. Jalal juga sedang mengembangkan pendekatan terapi khusus untuk sleep paralysis yang bertujuan melatih otak untuk mengurangi reaksi ketakutan dan memutus siklus halusinasi.