Kesemutan yang Sering Terjadi, Gejala Ringan atau Tanda Penyakit Stroke?

Ilustrasi kesemutan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Hampir semua orang pernah mengalami kesemutan. Biasanya terjadi saat duduk bersila terlalu lama, tertidur di atas tangan, atau berdiri terlalu lama dengan sepatu sempit. Rasanya? Seperti ditusuk-tusuk jarum kecil, geli tapi agak menyakitkan. Untungnya, sebagian besar kesemutan seperti ini akan hilang dalam hitungan menit.

Namun, bagaimana jika kesemutan terjadi setiap hari? Atau datang tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas? Apalagi kalau disertai dengan gejala lain seperti lemas, nyeri, atau gangguan penglihatan. Dalam kondisi seperti ini, kesemutan bisa jadi bukan hal biasa.

Menurut ahli saraf dari AS, Dr. Aaron Boster, kesemutan adalah sinyal tubuh yang penting. Jika kesemutan datang terus-menerus atau tanpa pemicu, bisa jadi tubuh sedang memberi peringatan tentang sesuatu yang lebih serius.

Apa Itu Kesemutan Secara Medis?

Secara medis, kesemutan dikenal dengan istilah parestesia. Ini adalah sensasi abnormal di kulit, bisa berupa rasa geli, tertusuk, terbakar, atau mati rasa. Biasanya, parestesia terjadi karena adanya gangguan aliran darah atau gangguan pada sistem saraf.

“Kesemutan bukan hanya soal saraf terjepit karena posisi tubuh.Ketika saraf mengalami iritasi atau kerusakan, tubuh memberi sinyal lewat sensasi abnormal, termasuk kesemutan," kata Dr. Boster.

Ada dua jenis utama kesemutan:

  • Kesemutan sementara: biasanya tidak berbahaya dan akan hilang setelah tekanan atau posisi tubuh diperbaiki.
  • Kesemutan kronis: muncul berulang, menetap, atau semakin parah, bisa menjadi tanda gangguan kesehatan yang serius.

Kesemutan Biasa vs. Kesemutan Karena Penyakit

Kesemutan Biasa

Kesemutan yang terjadi akibat tekanan sementara pada saraf, seperti duduk terlalu lama, tidur menindih lengan hingga posisi kaki menyilang dalam waktu lama. Biasnaya kesemutan jenis ini hilang dalam beberapa menit, tidak muncul terus-menerus serta tidak disertai gejala lain. Menurut Dr. Boster, jika kesemutan cepat hilang setelah kamu mengubah posisi, kemungkinan besar itu bukan masalah serius.

Kesemutan yang Perlu Diwaspadai

Namun, jika kesemutan muncul berulang kali tanpa alasan jelas, terjadi di tempat yang sama. Kesemutan tersebut juga disertai nyeri, lemas, atau gangguan penglihatan hingga berlangsung lama, bahkan saat tidak ada tekanan pada saraf maka bisa jadi itu pertanda gangguan saraf atau kondisi medis yang lebih serius. 

Kesemutan Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

Berikut ini beberapa kondisi medis yang ditandai dengan kesemutan, lengkap dengan penjelasan Dr. Aaron Boster.

1. Diabetes dan Neuropati Diabetik

Kesemutan kronis bisa menjadi tanda awal neuropati diabetik, yaitu kerusakan saraf akibat kadar gula darah tinggi.

“Pasien diabetes tipe 2 sering mengalami kesemutan di kaki atau tangan sebagai gejala awal kerusakan saraf. Rasa kesemutan biasanya diikuti dengan rasa terbakar, mati rasa, bahkan nyeri tajam," jelas Dr. Boster.

Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi luka yang tidak sembuh hingga risiko amputasi.

2. Stroke Ringan (TIA – Transient Ischemic Attack)

Kesemutan yang tiba-tiba di wajah, lengan, atau kaki bisa jadi pertanda stroke ringan. Dr. Boster menyebut, TIA adalah sinyal peringatan stroke besar. Kesemutan yang muncul mendadak, apalagi jika disertai pusing, kesulitan bicara, atau pandangan kabur, harus segera ditangani.

TIA biasanya terjadi karena sumbatan sementara di pembuluh darah otak, dan bisa berlangsung hanya beberapa menit hingga satu jam. Tapi jangan anggap enteng, karena ini adalah alarm tubuh terhadap stroke yang lebih serius.

3. Neuropati Perifer

Neuropati perifer terjadi ketika saraf tepi mengalami kerusakan. Bisa disebabkan oleh diabetes, konsumsi alkohol berlebihan, kekurangan vitamin B12 hingga efek samping kemoterapi. Gejala utamanya termasuk kesemutan kronis, sensasi terbakar hingga kelemahan otot.

“Neuropati bukan hanya gejala, tapi kondisi medis yang memengaruhi kualitas hidup pasien secara drastis jika tidak segera ditangani," kata Dr. Boster.

4. Penyakit Autoimun dan Gangguan Saraf

Beberapa penyakit autoimun seperti multiple sclerosis (MS) dan Guillain-Barré syndrome juga menunjukkan gejala awal berupa kesemutan. Pada MS, sistem kekebalan tubuh menyerang selubung pelindung saraf.

"Pasien MS sering mengeluhkan kesemutan progresif yang naik dari kaki ke atas. Kesemutan ini bisa datang dan pergi, tapi semakin lama bisa menyebabkan kelumpuhan," kata Boster lebih lanjut. 

Bagaimana Cara Mengetahui Penyebabnya?

Jika kamu mengalami kesemutan kronis, diagnosis dari dokter adalah langkah paling aman. Beberapa tes yang biasa dilakukan meliputi:

  • Tes darah (gula darah, kadar vitamin, fungsi ginjal)
  • Elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik otot dan saraf
  • MRI atau CT Scan untuk melihat adanya tekanan pada saraf di tulang belakang atau otak

"Jangan menunggu gejala makin parah. Diagnosis dini bisa menyelamatkan fungsi tubuh jangka panjang," kata Dr. Boster menyarankan 

Cara Mengatasi dan Mencegah Kesemutan Kronis 

Gaya Hidup Sehat

  • Kontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes
  • Konsumsi makanan tinggi vitamin neurotropik: B1, B6, B12
  • Olahraga teratur untuk melancarkan aliran darah
  • Hindari rokok, alkohol, dan makanan tinggi gula.

“Menangani penyebab utama lebih penting daripada hanya mengatasi gejalanya. Kalau penyebabnya diabetes, fokuslah mengontrol gula darah. Kalau kekurangan vitamin, perbaiki pola makan," ujar Dr. Boster. 

Terapi Pendukung

  • Akupunktur
  • Pijat refleksi
  • Yoga dan latihan peregangan saraf

Meskipun belum terbukti secara medis menyembuhkan, terapi ini bisa membantu meredakan gejala asal tetap dikombinasikan dengan pengobatan utama.

Kapan Harus ke Dokter?

Jangan menunda jika: 

  • Kesemutan berlangsung lebih dari 1 minggu
  • Muncul terus-menerus tanpa sebab
  • Disertai gejala lain seperti lemas, sakit kepala, atau kehilangan keseimbangan
  • Memburuk seiring waktu

“Tubuh punya cara bicara sendiri. Kesemutan yang terus terjadi adalah cara tubuh memintamu untuk waspada," kata Dr. Boster mengingatkan.

Kesemutan memang sering terjadi dan tak selalu berbahaya. Namun jika muncul terus-menerus, tiba-tiba, atau disertai gejala lain, itu bisa menjadi sinyal bahwa tubuh sedang mengalami gangguan serius.

Mengabaikan sinyal tubuh seperti ini bisa berujung pada konsekuensi yang lebih besar. Maka, jangan anggap sepele. Dengarkan tubuhmu, dan jangan ragu untuk konsultasi ke dokter.

“Tubuh manusia memberi tanda. Jika kesemutan menjadi kebiasaan baru, itu bisa jadi petunjuk penting untuk kondisi kesehatan yang lebih serius," terang dia.