Benarkah Luka Bisa Menjadi Jalan Masuk Penularan HIV? Ini Penjelasan Medisnya

Ilustrasi HIV
Sumber :
  • Freepik

Namun, perlu diingat bahwa HIV adalah virus yang cukup lemah di luar tubuh. Ia tidak bisa bertahan lama di udara bebas. Oleh karena itu, penularan hanya bisa terjadi jika kontak antara cairan tubuh dan luka terjadi dalam waktu yang cukup singkat dan dalam kondisi yang mendukung.

Faktor yang Memengaruhi Risiko Penularan Lewat Luka

Risiko penularan HIV lewat luka tidak sama untuk setiap kasus. Ada beberapa faktor yang sangat memengaruhi, antara lain:

  • Tingkat virus dalam cairan tubuh: Semakin tinggi viral load seseorang, semakin tinggi kemungkinan menularkan HIV.
  • Ukuran dan kedalaman luka: Luka yang lebih dalam dan luas memberikan akses yang lebih besar bagi virus untuk masuk ke aliran darah.
  • Durasi kontak: Semakin lama cairan tubuh kontak dengan luka, semakin besar kemungkinan terjadinya penularan.
  • Kondisi luka saat itu: Apakah luka masih terbuka, basah, atau sudah mulai sembuh.
  • Respons tubuh: Sistem kekebalan tubuh yang kuat bisa memberikan perlindungan lebih baik.

Ahli penyakit menular dari University of California, mengatakan, Dr. Debra Gust  mengungkap, risiko penularan lewat luka memang nyata, tetapi jauh lebih kecil dibandingkan penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman atau penggunaan jarum suntik bersama.

Di sisi lain, banyak penelitian dilakukan untuk memahami sejauh mana luka berperan dalam penularan HIV. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa risiko tertular HIV akibat tertusuk jarum suntik bekas pasien HIV sekitar 0,3 persen. Ini berarti dari 1.000 kasus, hanya 3 yang berpotensi tertular.

Sementara itu, studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet menyatakan bahwa sebagian besar kasus penularan HIV lewat luka terjadi di lingkungan medis, dan sangat jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.