Survei: 54 Persen Gen Z Ingin Resign dari Kantor, Kenapa?

Ilustrasi Resign
Sumber :
  • Freepik

Psikolog Paula Caligiuri menyoroti bahwa keinginan untuk meninggalkan pekerjaan bukan hanya masalah jangka pendek, tetapi juga akibat dari kontrak kerja lama yang kini dianggap usang. Menurutnya, loyalitas diberikan tanpa imbalan yang sepadan, pensiun yang hilang, dan tangga karier yang tidak lagi menjanjikan kenaikan signifikan.

Faktor Ekonomi dan Ketidakpastian Masa Depan

Selain ketidakpuasan internal, faktor ekonomi juga memperkuat keinginan untuk resign. Gaji yang tidak sebanding dengan inflasi dan ancaman otomatisasi akibat kecerdasan buatan membuat pekerja gen Z merasa mudah diganti dan tidak lagi terikat secara emosional dengan perusahaan.

Menurut Anthony Klotz, profesor perilaku organisasi di UCL, ketika pasar kerja lambat, pekerja disengaged cenderung menjadi reluctant stayers, yakni tetap di posisi mereka meski tidak puas  karena tidak ada opsi pekerjaan yang menarik.

CEO HireClix, Neil Costa, menambahkan keterbatasan pekerjaan entry-level membuat generasi muda berhati-hati dalam meninggalkan posisinya. Sementara itu, banyak pekerja gen Z lebih realistis dan pragmatis di mana menilai pekerjaan sebagai sarana sementara, fokus pada side hustle, dan hanya berkomitmen jika pekerjaan tersebut memberi tujuan, ruang untuk berkembang, dan kehidupan yang seimbang.

Pesan untuk Perusahaan

Menurut HireClix, perhatian utama perusahaan harus tertuju pada isu-isu yang menjadi perhatian pekerja muda, seperti kesempatan berkembang, kesetaraan gaji, serta budaya organisasi yang mendukung. Meski begitu, keinginan untuk resign belum berujung pada eksodus massal, karena banyak karyawan yang tetap bertahan di posisi mereka, fenomena job hugging atau memeluk pekerjaan, yang mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja yang rapuh.