7 Label Negatif yang Bikin Gen Z Susah Masuk Dunia Kerja

Ilustrasi Gen Z kerja
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Generasi Z kini mulai mendominasi angkatan kerja, namun tidak sedikit perusahaan yang masih ragu ketika harus merekrut mereka. Meskipun banyak Gen Z yang punya keahlian digital, kreatif, sejumlah stereotip negatif kerap melekat pada mereka. 

 

Stereotip inilah yang membuat sebagian perusahaan mempertanyakan loyalitas, profesionalitas, hingga kesiapan Gen Z menghadapi dunia kerja nyata.

 

Menurut laporan dari Glassdoor, Staffing Hub, hingga Recruiting Daily, persepsi negatif terhadap Gen Z tidak hanya memengaruhi keputusan rekrutmen, tetapi juga peluang mereka dalam promosi dan kenaikan gaji. Meski demikian, penting diingat bahwa banyak stereotip ini lebih mencerminkan bias daripada kenyataan.

 

1. Sering Pindah Kerja atau Job-Hopping

 

Banyak perusahaan menganggap Gen Z sebagai generasi yang tidak loyal. Mereka dinilai mudah berpindah kerja dalam waktu singkat, sehingga dianggap tidak sepadan untuk dilatih atau diinvestasikan dalam jangka panjang.

 

2. Terlalu Banyak Ekspektasi

 

Gen Z sering disebut punya rasa entitlement tinggi, dengan ekspektasi besar sejak awal karir seperti fleksibilitas kerja, benefit lengkap, hingga budaya perusahaan yang ideal. Bagi sebagian perusahaan, hal ini dipandang tidak realistis.

 

3. Etos Kerja Dipertanyakan

 

Sebagian besar stereotip menyebutkan bahwa Gen Z kurang disiplin, tidak mau bekerja lembur, atau enggan menghadapi tekanan kerja. Hal ini membuat perusahaan meragukan keseriusan mereka.

 

4. Kurang Pengalaman Praktis

 

Walau terdidik dengan baik, Gen Z kerap dianggap kurang pengalaman nyata di tempat kerja. Keterampilan praktis, kemampuan menghadapi tantangan kompleks, hingga kemandirian dalam menyelesaikan tugas sering dipandang masih lemah.

 

5. Lemah dalam Soft Skills

 

Selain hard skills, banyak perusahaan mengeluhkan Gen Z kurang dalam komunikasi, etiket profesional, maupun sikap di lingkungan kerja. Hal-hal kecil seperti berpakaian rapi atau berinteraksi dalam wawancara sering jadi sorotan.

 

6. Terlalu Fokus pada Work-Life Balance

 

Fleksibilitas dan keseimbangan hidup adalah nilai penting bagi Gen Z. Namun, sebagian perusahaan justru melihatnya sebagai kelemahan karena dianggap enggan berkorban waktu demi pekerjaan.

 

7. Lebih Mudah Stres dan Sensitif

 

Ada anggapan bahwa Gen Z lebih mudah merasa stres, cepat burnout, atau terlalu sensitif terhadap lingkungan kerja yang keras. Hal ini membuat perusahaan khawatir akan tingginya tingkat absensi atau turnover

 

Dampak Stereotip terhadap Gen Z

 

Stereotip ini tidak hanya memengaruhi proses rekrutmen, tetapi juga jalannya karier. Sebuah studi menunjukkan bahwa 4 dari 5 karyawan Gen Z merasa stereotip generasi membuat mereka kehilangan kesempatan promosi maupun pekerjaan. 

 

Perbedaan pandangan antara bagaimana Gen Z menilai diri sendiri dengan bagaimana perusahaan melihat mereka sering kali memperdalam kesenjangan ini.

 

Gen Z memang membawa nilai-nilai baru ke dunia kerja, mulai dari fleksibilitas hingga fokus pada kesehatan mental. Namun, stereotip negatif yang melekat pada mereka kerap membuat perusahaan ragu. 

 

Penting bagi Gen Z untuk menunjukkan kompetensi dan profesionalitas agar dapat mematahkan persepsi tersebut. Sebaliknya, perusahaan juga perlu memahami bahwa generasi ini menawarkan potensi besar jika diberi ruang untuk berkembang.