Jalani Quarter Life Crisis dengan Tenang, 5 Cara Gen Z Keluar dari Tekanan Finansial di Usia 20an

Ilustrasi Generasi Sandwitch Mengelola Keuangan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Memasuki usia 20-an sering kali terasa seperti persimpangan besar dalam hidup. Banyak anak muda, khususnya generasi Z (gen Z) yang dihadapkan pada kenyataan sulitnya biaya hidup, cicilan pendidikan, hingga kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat. 

Kondisi tersebut dikenal dengan istilah quarter life crisis, yaitu fase ketika seseorang mulai mempertanyakan arah hidup, karier, hingga kestabilan keuangan. Tekanan finansial menjadi salah satu pemicu terbesar dari krisis ini. Media sosial kerap memperburuk keadaan dengan menampilkan kehidupan seolah sempurna, membuat banyak orang merasa tertinggal dibanding teman sebaya.

Padahal, dengan langkah yang tepat, tekanan tersebut bisa dihadapi dengan lebih tenang. Dikutip dari Investopdia, ada lima cara sederhana yang efektif membantu gen Z mengelola keuangan sehingga lebih tenang menjalani krisis seperempat abad.

1. Ambil Napas dan Fokus pada Diri Sendiri

Para ahli mengingatkan bahwa anak muda sebenarnya baru saja memulai perjalanan hidup. Situasi ekonomi saat ini tidak selamanya akan berlangsung.

Marnie Bonner, perencana keuangan generasi Z, menekankan pentingnya mengambil napas dalam-dalam ketika merasa kewalahan. Fokuslah pada diri sendiri, bukan pada pencapaian orang lain yang tampak di media sosial. Ia juga menegaskan bahwa merasa bingung itu wajar, dan selalu ada kesempatan untuk mengubah arah.

2. Kaya Tidak Harus di Usia 25 Tahun

Tekanan terbesar datang dari perbandingan sosial. Melihat teman sebaya tampil mewah bisa membuat seseorang merasa tertinggal. Ryan Greiser, perencana keuangan khusus milenial, mengingatkan bahwa tujuan hidup bukanlah terlihat kaya di usia 25 tahun.

Menurutnya, lebih baik hidup sederhana, berinvestasi pada instrumen seperti reksa dana indeks, dan membiarkan bunga majemuk bekerja. Dengan strategi ini, kebebasan finansial bahkan bisa diraih lebih cepat dibanding teman sebaya yang masih terjebak cicilan.

3. Mulai dari Menabung dan Lunasi Utang

Banyak generasi muda mengaku stres karena belum benar-benar mandiri secara finansial. Kunci untuk mengatasinya ada pada kebiasaan sederhana, yakni menabung dan melunasi utang. Bonner menyarankan penggunaan sistem tabungan otomatis dari gaji bulanan.

Dengan begitu, uang langsung masuk ke rekening tabungan sebelum sempat dipakai untuk belanja konsumtif. Prinsip sederhana ini membantu mengurangi kebocoran keuangan sehari-hari.

4. Tetapkan Anggaran dan Strateginya

David Gibson, penasihat keuangan, menekankan bahwa kejelasan adalah obat dari kecemasan finansial. Menurutnya, melacak ke mana saja uang mengalir bisa membuka mata dan memberi kendali lebih besar atas keuangan pribadi.

Aplikasi keuangan atau sekadar spreadsheet dapat membantu, asalkan jujur dan disiplin. Greiser menambahkan tiga sistem untuk mengurangi kecemasan finansial diantaranya otomatisasi tabungan, pencatatan setiap pengeluaran selama 30 hari, dan investasi pada pengembangan keterampilan yang dapat meningkatkan penghasilan.

5. Tingkatkan Keterampilan

Karier juga sering menjadi sumber kegelisahan. Banyak anak muda merasa harus segera menemukan passion agar bisa sukses. Namun, Greiser menegaskan bahwa yang lebih penting adalah menemukan keterampilan yang dimiliki, menggunakan keterampilan tersebut untuk memecahkan masalah, dan mendapatkan bayaran yang layak. Dari sinilah, rasa tujuan hidup akan terbentuk secara alami, tanpa harus dikejar secara terburu-buru.

Quarter-life crisis kerap dipicu masalah finansial yang terasa berat, diperparah dengan ilusi kesuksesan orang lain di media sosial. Dengan langkah kecil yang konsisten, generasi muda bisa mengurangi tekanan finansial dan membangun masa depan yang lebih stabil.