Apa Itu HENRY? Fenomena Hidup Mewah tapi Tabungan Tipis

ilustrasi Penghasilan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Fenomena Fear Of Missing Out (FOMO), Joy Of Missing Out (JOMO), hingga You Only Live Once (YOLO) merupakan istilah populer yang sempat viral di media sosial, terutama di kalangan generasi Z (Gen Z). Kini muncul istilah dalam dunia keuangan, yaitu HENRY

HENRY merupakan singkatan dari High Earners, Not Rich Yet. Istilah ini merujuk pada kalangan yang memiliki penghasilan tinggi tetapi masih belum mencapai status kaya raya.

Dikutip dari The Detroit News, kelompok ini memiliki pendapatan berkisar antara US$100.000 hingga US$500.000 atau Rp1,6-8,1 miliar per tahun. Meskipun nominal ini terdengar fantastis tetapi sekelompok ini kerap menghadapi tantangan keuangan dan kesulitan mengelola kekayaan mereka. 

Mereka berada di persimpangan jalan antara kemapanan finansial (financial freedom) dan akumulasi kekayaan yang sebenarnya. Mereka bisa saja terjebak dalam gaya hidup yang setara dengan penghasilan tinggi mereka sehingga sulit menabung untuk tujuan jangka panjang.

Padahal, penghasilan mereka memungkinkan gaya hidup yang nyaman, seperti tinggal di lingkungan yang bagus, memiliki mobil terbaru sampai liburan mewah ke tempat eksotis. Namun, kalangan ini belum memiliki aset bersih yang cukup besar untuk dianggap kaya dalam artian kebebasan finansial yang mutlak, di mana aset bisa menghasilkan pendapatan yang mencukupi tanpa perlu bekerja.

"Jika Anda berpenghasilan besar tetapi masih merasa pas-pasan secara finansial, Anda mungkin seorang HENRY," ujar Ahli Perencana Keuangan Flavio Landivar.

Ahli Perencana Keuangan, Trevor Ausen, membeberkan penyebab seseorang mengalami HENRY karena pinjaman pendidikan atau biaya hidup yang menyebabkan sulit membangun kekayaan. Kondisi ini memaksa kelompok HENRY mengalokasikan sebagian besar pendapatan untuk melunasi utang di masa lalu. 

Ausen menambahkan, kalangan ini juga telalu memiliki banyak uang tunai, baik di tabungan atau giro, dibandingkan disimpan dalam instrumen investasi yang menghasilkan keuntungan. Alhasil, kekayaan akan tergerus inflasi seiring berjalannya waktu.

Secara demografis, HENRY umumnya adalah para profesional muda hingga paruh baya yang berprofesi sebagai dokter, insinyur, pengacara, insinyur di bidang teknologi, hingga pengusaha. Mereka cenderung berpendidikan tinggi dan berusia sekitar 20-40an.

Dalam beberapa kasus, kalangan HENRY merupakan orang pertama dalam keluarganya yang memperoleh gaji tinggi. Namun, banyak dari mereka juga termasuk sandwich generation yang menghadapi tekanan karena harus memberikan dukungan finansial bagi keluarga maupun kerabat.

Selain itu, ciri-ciri lain dari kalangan HENRY sebagai berikut.

  • Memiliki penghasilan di atas rata-rata
  • Tinggal di kawasan elit
  • Menghabiskan sebagian besar pendapatan untuk biaya seperti perumahan, pinjaman mahasiswa, perawatan anak, dan pengeluaran yang tidak wajib.
  • Tidak merasa aman secara finansial