5 Fakta Gunung Osore, Gerbang Neraka yang Bikin Merinding di Jepang!
- Pixabay/yamabon
Lifestyle –Gunung Osore, yang terletak di Prefektur Aomori, Jepang, merupakan salah satu destinasi wisata mistis paling menarik sekaligus menyeramkan di Negeri Sakura. Dikenal sebagai "Gerbang Neraka versi Timur," Gunung Osore menarik perhatian para wisatawan yang penasaran dengan dunia supranatural dan pengalaman wisata horor. Kawah vulkanik aktif, danau dengan warna air yang menyeramkan, serta suasana sunyi dan penuh misteri, membuat tempat ini menjadi simbol kuat mitos dan kepercayaan lokal tentang alam roh dan kehidupan setelah kematian.
Wisatawan yang berkunjung ke Gunung Osore tidak hanya disuguhkan pemandangan alam yang unik, tetapi juga dapat menyaksikan tradisi spiritual kuno yang kental dan kisah-kisah penampakan gaib yang menggetarkan.
Lokasi dan Keunikan Geografis Gunung Osore
Gunung Osore terletak di Semenanjung Shimokita, Prefektur Aomori, Jepang bagian utara. Area ini memiliki karakteristik geografis yang sangat unik dengan kawah vulkanik aktif yang membentuk lanskap yang nyaris tidak menyerupai daerah lain di Jepang. Danau Suwa yang berada di tengah kawah memiliki warna air kehijauan dengan uap belerang yang terus mengepul, menciptakan suasana yang seolah membawa pengunjung ke dunia lain.
Suasana di sekitar Gunung Osore penuh dengan kesunyian dan keheningan yang mendalam, semakin menambah aura mistis yang sudah ada sejak berabad-abad lalu. Kondisi alam yang ekstrem ini menjadi latar sempurna untuk berbagai cerita mistis dan mitos yang berkembang di masyarakat setempat.
Asal-usul Sebutan “Gerbang Neraka”
Sebutan "Gerbang Neraka" yang melekat pada Gunung Osore berasal dari kepercayaan tradisional Jepang serta mitologi Buddhis yang menyatakan bahwa gunung ini merupakan pintu gerbang menuju alam roh atau neraka. Menurut cerita rakyat dan kepercayaan lokal, Gunung Osore adalah tempat di mana roh-roh orang meninggal berkumpul sebelum menuju alam akhirat. Kepercayaan ini diperkuat dengan keberadaan Kuil Bodai-ji yang dibangun pada abad ke-8 sebagai pusat ritual untuk menghubungkan dunia orang hidup dengan dunia roh.