Cara Berhemat di Awal Bulan, Panduan Praktis Membentuk Kebiasaan Keuangan Sehat
- Freepik
Lifestyle –Di tengah biaya hidup yang terus naik, kemampuan mengatur keuangan jadi keterampilan penting. Banyak orang ingin berhemat, tapi bingung harus mulai dari mana. Akhirnya, niat berhemat sering gagal karena tidak punya strategi yang jelas. Padahal, langkah sederhana bisa membawa perubahan besar bila dilakukan konsisten.
Artikel ini membahas cara berhemat di tahap awal bagaimana membedakan kebutuhan dan keinginan, cara membuat anggaran, pentingnya tabungan, hingga membangun dana darurat. Agar lebih lengkap, kita juga akan melihat saran dari ahli keuangan internasional yang menekankan pentingnya strategi berhemat yang realistis.
Berhemat sering disalahartikan sebagai “tidak boleh menikmati hidup sama sekali.” Padahal, menurut banyak pakar keuangan, berhemat yang sehat berarti mengatur alokasi uang dengan seimbang yang mana kebutuhan terpenuhi, keinginan tetap ada porsinya, dan tabungan/investasi tetap berjalan. Dengan kata lain, berhemat bukan sekadar mengurangi pengeluaran, tapi membentuk kebiasaan keuangan yang lebih bijak.
Langkah-Langkah Praktis Memulai Berhemat
1. Catat Pengeluaran Harian
Banyak orang tidak sadar berapa besar uang yang keluar setiap hari. Coba catat semua pengeluaran, sekecil apa pun, misalnya beli kopi Rp15 ribu atau parkir Rp5 ribu. Dari catatan itu, kamu akan tahu di mana “kebocoran” terbesar terjadi. Bisa jadi uang yang seharusnya bisa masuk tabungan malah habis di jajan harian.
2. Bedakan Kebutuhan vs Keinginan
Prinsip utama berhemat adalah prioritas. Kebutuhan meliputi biaya makan, tempat tinggal, transportasi, listrik, dan kesehatan. Sementara itu, keinginan biasanya berupa hiburan, barang mewah, atau jajan tambahan. Untuk mengendalikan keinginan, terapkan aturan 24 jam: tunda pembelian barang yang tidak penting selama sehari. Biasanya, rasa “ingin” itu hilang besoknya.
3. Buat Anggaran dengan Aturan 50-30-20
Salah satu cara sederhana adalah membagi penghasilan ke dalam tiga pos:
- 50% untuk kebutuhan pokok (makan, sewa rumah, transportasi).
- 30% untuk keinginan (hiburan, belanja, nongkrong).
- 20% untuk tabungan atau investasi.
Dengan aturan ini, kamu bisa tetap menikmati hidup tanpa mengorbankan masa depan.
4. Bayar Diri Sendiri Dulu
Konsep ini dikenal dengan istilah pay yourself first. Artinya, begitu menerima gaji, langsung sisihkan sebagian untuk tabungan atau investasi sebelum membelanjakan hal lain. Dengan cara ini, menabung menjadi prioritas, bukan sisa dari pengeluaran.
5. Kurangi Pengeluaran yang Tidak Perlu
Coba evaluasi kebiasaan: apakah kamu punya langganan aplikasi streaming atau gym yang jarang dipakai? Apakah lebih sering makan di luar padahal bisa masak sendiri? Dengan sedikit penyesuaian, kamu bisa menghemat ratusan ribu setiap bulan.
6. Bangun Dana Darurat
Dana darurat adalah penyelamat ketika hal tak terduga terjadi: sakit, kehilangan pekerjaan, atau perbaikan kendaraan. Idealnya, dana darurat mencakup biaya hidup 3–6 bulan. Simpan di rekening terpisah agar tidak tercampur dengan uang belanja.
7. Evaluasi dan Sesuaikan Rutin
Setiap akhir bulan, cek kembali catatan pengeluaran. Apa ada pengeluaran yang bisa ditekan? Apakah porsi tabungan sudah sesuai target? Evaluasi rutin membuatmu lebih sadar dan disiplin.
Contoh Rencana Berhemat 1 Bulan
Misalkan penghasilan bulanan Rp5 juta:
- Rp2,5 juta (50%) untuk kebutuhan pokok: sewa rumah, listrik, makan, transportasi.
- Rp1,5 juta (30%) untuk keinginan: hiburan, nongkrong, belanja.
- Rp1 juta (20%) langsung ditabung untuk dana darurat atau investasi.
Jika biasanya kamu menghabiskan Rp800 ribu untuk makan di luar, cobalah kurangi jadi Rp400 ribu dan sisanya digunakan untuk belanja bahan makanan di rumah. Hemat tapi tetap sehat.
Ronit Rogoszinski, CFP dari Women+Wealth Solutions, menekankan bahwa langkah paling penting dalam membangun keuangan sehat adalah menyisihkan tabungan lebih dulu.
“Pay yourself first. Saat menerima penghasilan, sisihkan sebagian untuk tabungan atau investasi sebelum memikirkan pengeluaran lain,” kata dia.
Rogoszinski juga mengingatkan bahwa dana darurat adalah fondasi utama rencana keuangan. Jumlah idealnya adalah biaya hidup selama 3–6 bulan, sehingga ketika ada krisis, kamu tidak perlu berutang. Ia juga menyarankan otomatisasi transfer tabungan setiap bulan agar disiplin lebih mudah dijalankan tanpa harus bergantung pada niat semata.