Gaji Naik, Tapi Duit Cepat Habis? Hati-Hati dengan Lifestyle Inflation dan Cara Mengendalikannya

Ilustrasi uang pinjam duit gue
Sumber :
  • Freepik

LifestylePernah merasa gaji naik, tapi dompet tetap saja cepat kempes? Banyak orang mengalaminya. Begitu pendapatan meningkat, bukannya tenang secara finansial, justru muncul rasa “kok uang habis terus ya?”.

10 Pekerjaan Underrated Ini Gajinya Bisa Bikin Tercengang, Ada yang Tembus Rp2 M!

Fenomena ini dikenal dengan istilah lifestyle inflation, yaitu ketika gaya hidup ikut naik seiring kenaikan gaji. Masalahnya, tanpa disadari, lifestyle inflation bisa menggerogoti keuangan dan membuat kita merasa “selalu kurang” meski sebenarnya penghasilan sudah bertambah.

Apa Itu Lifestyle Inflation?

Lifestyle inflation adalah kecenderungan seseorang untuk meningkatkan pengeluaran begitu pendapatannya bertambah. Misalnya, ketika gaji naik, kita tergoda untuk upgrade ponsel, makan di restoran lebih sering, liburan mewah, berlangganan layanan hiburan, atau membeli pakaian bermerek.

Kenapa Semakin Dikejar, Duit Malah Hilang dan Bikin Nggak Tenang?

Awalnya terasa wajar sebagai bentuk “self-reward”, tetapi lama-kelamaan kebiasaan ini membuat tabungan tidak bertambah dan bahkan utang bisa meningkat.

Perbedaan utama terletak pada kebutuhan vs keinginan. Kebutuhan seperti makan, transportasi, dan tempat tinggal memang harus dipenuhi. Namun, lifestyle inflation lebih banyak terjadi pada keinginan tambahan yang sebenarnya tidak mendesak.

Mengenal Green Freelancers yang Lagi Naik Daun, Peluang Karier Menjanjikan di Masa Depan

Fenomena lifestyle inflation erat kaitannya dengan konsep money illusion. Dalam artikel ilmiah berjudul “On Money Illusion” oleh Eldar Shafir, Peter A. Diamond, dan Amos Tversky, dijelaskan bahwa banyak orang menilai uang hanya dari sisi nominal, bukan daya belinya.

“Money illusion adalah kecenderungan untuk berpikir dalam nilai nominal, bukan nilai riil,” demikian kutipan artikel tersebut.

Artinya, meskipun gaji naik, jika harga kebutuhan juga naik, maka kesejahteraan riil kita bisa jadi tidak berubah.

Penelitian lain oleh Elisa Darriet, Marianne Guille, dan Jean-Christophe Vergnaud juga menemukan bahwa orang dengan literasi keuangan rendah lebih mudah terjebak money illusion. Sebaliknya, mereka yang paham tentang inflasi dan daya beli lebih mampu mengendalikan pengeluaran meski pendapatannya meningkat.

Penyebab Lifestyle Inflation

  1. Tekanan Sosial dan Perbandingan
    Media sosial sering menjadi pemicu utama. Melihat teman liburan, beli barang baru, atau nongkrong di tempat hits membuat kita ingin melakukan hal yang sama agar tidak ketinggalan.
  2. Money Illusion (Ilusi Nominal Uang)
    Kita merasa lebih kaya hanya karena angka gaji bertambah, padahal harga barang juga naik.
    Akibatnya, kita mengabaikan nilai riil uang.
  3. Kurangnya Perencanaan Keuangan
    Tanpa anggaran atau batasan jelas, kita cenderung menghabiskan uang lebih banyak daripada yang seharusnya.
  4. Budaya Konsumerisme
    Diskon, iklan, dan promo cicilan membuat orang semakin mudah belanja impulsif.
  5. Kepuasan Instan
    Alih-alih menabung, banyak orang memilih memuaskan keinginan seketika karena merasa “hidup cuma sekali”.

Dampak Lifestyle Inflation Jika Dibiarkan

Lifestyle inflation tampak sepele, tapi dampaknya serius:

  • Tabungan tipis atau tidak ada sama sekali.
    Akhirnya tidak punya dana darurat saat ada kebutuhan mendesak.
  • Utang meningkat.
    Gaya hidup “lebih tinggi” sering dibayar dengan kartu kredit atau cicilan.
  • Tidak siap pensiun.
    Tanpa tabungan jangka panjang, masa tua bisa jadi sulit secara finansial.
  • Stres finansial.
    Perasaan selalu kekurangan meski gaji naik membuat banyak orang frustasi.

Cara Mengenali & Mengendalikan Lifestyle Inflation

  1. Audit Keuangan Pribadi
    Catat semua pengeluaran selama 1-2 bulan.
    Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.
  2. Tetapkan Anggaran
    Gunakan metode seperti 50/30/20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan/investasi).
  3. Pay Yourself First
    Segera sisihkan tabungan atau investasi setelah menerima gaji, sebelum membelanjakan sisanya.
  4. Perkuat Literasi Keuangan
    Pelajari inflasi, investasi, dan perencanaan keuangan agar lebih bijak mengelola pendapatan.
  5. Kendalikan Gaya Hidup di Media Sosial
    Kurangi tekanan sosial dengan membatasi konsumsi konten yang memicu perbandingan berlebihan.
  6. Evaluasi Setiap Kenaikan Gaji
    Setiap kali pendapatan naik, jangan langsung tingkatkan gaya hidup.
    Pertahankan pengeluaran dan arahkan tambahan uang ke tabungan.