Rahasia di Ujung Interview, Tips Kalimat Terakhir yang Bikin HRD Terpukau, dan Langsung Diterima
- Freepik
Lifestyle –Saat sesi wawancara kerja hampir selesai, banyak pelamar menghela napas lega. Tapi tahukah kamu bahwa kalimat terakhir justru bisa jadi penentu kamu lolos atau tidak? Di momen penutup itulah kamu punya satu kesempatan terakhir untuk meninggalkan kesan yang kuat, menunjukkan antusiasme, dan mempertegas nilai tambahmu dibanding kandidat lain.
Menurut penulis buku You Majored in What? dan Executive Director of the Career Center di Vanderbilt University, Dr. Katharine Brooks, kata-kata penutup bisa memengaruhi memori pewawancara tentangmu.
"Pewawancara mungkin bertemu banyak orang dalam sehari. Kalimat terakhir yang bijak, tulus, dan percaya diri bisa membuatmu menonjol dalam benak mereka," ujar Brooks dalam wawancaranya bersama The Muse.
Lalu, seperti apa kalimat pamungkas yang ideal? Apa saja yang perlu dihindari? Simak penjelasan berikut agar kamu tahu cara menutup interview dengan kesan positif dan profesional.
Kenapa Kata Penutup Itu Penting?
Di akhir interview, biasanya pewawancara akan berkata, “Apakah ada yang ingin Anda tambahkan?” atau “Itu saja dari kami.” Banyak pelamar yang menjawab dengan “Tidak, sudah cukup,” atau hanya mengangguk sambil tersenyum. Padahal, ini adalah momen emas.
Dr. Brooks menjelaskan, penutup yang kuat adalah kesempatan untuk menunjukkan rasa terima kasih, merangkum kekuatan utama kamu, serta mengingatkan mereka mengapa kamu cocok untuk posisi tersebut. Ini seperti closing statement dalam debat bisa menguatkan semua argumen sebelumnya.
Prinsip Kalimat Penutup yang Efektif
Sebelum kita masuk ke contoh konkret, pahami dulu prinsip kalimat penutup yang efektif:
- Sopan dan ringkas. Jangan terlalu panjang atau terkesan memohon.
- Optimistis tapi realistis. Tunjukkan harapan tanpa tekanan.
- Fokus pada kontribusi. Alih-alih hanya menyebut “saya ingin belajar”, lebih baik soroti apa yang bisa kamu bawa untuk tim/perusahaan.
- Tutup dengan rasa terima kasih.
Contoh Kalimat Penutup yang Bisa Digunakan
Berikut 5 contoh kalimat pamungkas yang bisa kamu sesuaikan dengan gaya bicaramu:
1. “Terima kasih atas kesempatan hari ini. Setelah mengenal lebih dalam tentang peran ini dan budaya perusahaan, saya semakin yakin bisa memberi kontribusi nyata di sini.”
Kesan yang ditinggalkan: antusiasme dan kepercayaan diri tanpa berlebihan.
2. “Saya sangat menikmati percakapan ini. Posisi ini sangat selaras dengan pengalaman saya dan tujuan karier jangka panjang saya.”
Kesan yang ditinggalkan: kamu berpikir jangka panjang dan punya arah jelas.
3. “Setelah berdiskusi hari ini, saya semakin antusias untuk bisa menjadi bagian dari tim ini. Saya siap berkontribusi sejak hari pertama.”
Kesan yang ditinggalkan: siap kerja, bukan hanya “siap belajar”.
4. “Terima kasih atas waktunya. Jika ada pertanyaan lanjutan atau dokumen tambahan yang dibutuhkan, saya akan dengan senang hati mengirimkannya segera.”
Kesan yang ditinggalkan: kooperatif dan profesional.
5. “Saya percaya ini akan menjadi tempat yang tepat bagi saya untuk berkembang sekaligus memberikan dampak nyata. Terima kasih atas wawancaranya.”
Kesan yang ditinggalkan itu artinya kamu punya semangat kontribusi dan pertumbuhan.
Kalimat yang Sebaiknya Dihindari
Tidak semua kalimat penutup terdengar baik, meski maksudnya bagus. Berikut contoh yang sebaiknya dihindari:
- “Saya benar-benar butuh pekerjaan ini.”
Terlalu emosional dan terkesan putus asa. - “Saya harap Anda mempertimbangkan saya karena saya tidak punya pilihan lain.”
Membuat kamu tampak tidak punya kendali atas hidupmu sendiri. - “Apa saya diterima?”
Terlalu mendesak dan tidak sopan. - “Saya akan tunggu kabar secepatnya.”
Menekan pewawancara, padahal mereka punya proses internal.
Satu Langkah Tambahan: Follow-up Email
Setelah interview, kamu bisa mengirim thank you email dalam 24 jam. Gunakan versi tertulis dari kalimat pamungkas tadi, dan tambahkan sedikit ringkasan mengapa kamu cocok.
Contoh:
Subjek: Thank You for Today’s Interview – [Nama Lengkap]
Isi:
Terima kasih atas kesempatan wawancara hari ini. Saya sangat senang mendalami lebih lanjut tentang posisi ini dan saya yakin pengalaman saya dalam [bidang] akan membawa dampak positif. Saya menantikan kabar selanjutnya dan sangat terbuka untuk diskusi lebih lanjut.
Salam hangat,
[Nama kamu]
Menurut Dr. Brooks, pelamar yang mengirim follow-up email yang tulus dan personal cenderung lebih diingat. Ini menunjukkan kesopanan, inisiatif, dan ketulusan.