Rayakan Hari Anak Nasional, Apa Aja yang Harus Disiapkan Menuju Generasi Emas 2045?
- Istimewa
Lifestyle –Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli menjadi momentum penting untuk mempersiapkan generasi muda sebagai pilar utama menuju visi Indonesia Emas 2045. Pada tahun 2025, HAN mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” dengan tagline “Anak Indonesia Bersaudara”.
Tema ini mencerminkan komitmen kolektif untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan berdaya saing tinggi guna menyambut satu abad kemerdekaan Indonesia. Dengan jumlah anak mencapai 79,4 juta jiwa atau sekitar 28,82% dari total penduduk Indonesia, peran strategis anak-anak dalam menentukan masa depan bangsa tidak dapat diabaikan.
Artikel ini akan mengulas langkah-langkah esensial yang perlu dipersiapkan oleh orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.
Pemenuhan Gizi Sejak Dini untuk Generasi Bebas Stunting
Pemenuhan gizi menjadi fondasi utama dalam membentuk generasi emas yang sehat secara fisik dan mental. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih menjadi tantangan serius, dengan angka 21,6% pada tahun 2022.
Program ini bertujuan meningkatkan asupan gizi anak sekolah melalui sarapan bergizi, mengingat Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat 26,1% anak usia sekolah tidak sarapan. Orang tua diharapkan memperhatikan pola makan anak dengan menyediakan makanan kaya protein, vitamin, dan mineral sejak usia dini, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), untuk mencegah stunting yang dapat menghambat perkembangan kognitif dan fisik.
Pendidikan Inklusif dan Berkualitas
Pendidikan merupakan kunci untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Menurut Kementerian PPN/Bappenas, pendidikan berkualitas harus mencakup pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pendidikan inklusif yang memastikan akses bagi anak-anak disabilitas dan kelompok rentan menjadi fokus utama.
Guru, sebagai navigator, memainkan peran strategis dalam merancang pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan era digital. Orang tua juga perlu mendukung pendidikan anak dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah, seperti menyediakan waktu untuk diskusi dan membaca bersama.
Perlindungan Digital untuk Anak Cerdas
Di era transformasi digital, anak-anak menjadi digital native yang terpapar teknologi sejak dini. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan sepertiga anak usia 0-6 tahun sudah aktif menggunakan gawai, meningkatkan risiko paparan konten negatif.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong literasi digital melalui program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital untuk mengajarkan anak menggunakan internet secara aman dan positif.
Orang tua harus bijak mengawasi penggunaan gawai, menetapkan batas waktu layar, dan mengedukasi anak tentang bahaya misinformasi serta cyberbullying. Program seperti Forum Anak Nasional dari Kementerian PPPA juga mendukung anak untuk menjadi peer-counselor, membantu teman sebaya memahami penggunaan teknologi yang bertanggung jawab.
Pembentukan Karakter yang Kuat
Pembentukan karakter menjadi pilar penting dalam mencetak generasi yang berintegritas dan bertanggung jawab. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menekankan pentingnya nilai-nilai seperti integritas, etos kerja, dan gotong royong melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Keluarga sebagai benteng pertama harus menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kemandirian, dan solidaritas.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pada HAN 2025 mengintegrasikan pendidikan karakter melalui kebiasaan berdoa sebelum makan, menjaga kebersihan, dan makan bersama untuk membangun empati sosial. Orang tua juga dapat mengadopsi praktik pengasuhan ala Jepang yang menekankan kedisiplinan dan tanggung jawab sejak dini, seperti melibatkan anak dalam tugas rumah tangga sederhana.
“Anak-anak hari ini adalah wajah Indonesia di masa depan. Namun mereka juga manusia masa kini, yang harus didengar, dirangkul, dan dibimbing. Melalui kegiatan ini, kami ingin menciptakan ruang yang aman, sehat, dan membahagiakan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang,” ujar Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus (Romo Paschal), Ketua KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang.
Untuk mendukung Generasi Emas 2045 dan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, Jaringan Safe Migrant: Peduli Perempuan dan Anak menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” di Batam. Kegiatan ini menghadirkan pemeriksaan kesehatan gratis bagi anak-anak, yang difasilitasi oleh tim medis dari Artha Graha Kesehatan (Arthakes).
Perlindungan Hak Anak dan Pencegahan Kekerasan
Pemenuhan hak anak dan perlindungan dari kekerasan merupakan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Indeks Perlindungan Anak meningkat dari 62,72 pada 2018 menjadi 66,89 pada 2020, menunjukkan kemajuan dalam upaya perlindungan. Namun, tantangan seperti perkawinan anak dan kekerasan terhadap anak masih perlu diatasi.
Peringatan HAN 2025 menyerukan “Stop Perkawinan Anak” untuk memastikan anak dapat mengejar pendidikan dan meraih cita-cita tanpa hambatan. Orang tua dan masyarakat harus aktif mencegah segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, maupun emosional, dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan anak.