Saldo di Rekening Bisa Raib Sekejap! Waspadai 7 Modus Penipuan yang Lagi Gencar Ini

Ilustrasi cek pinjaman online di ponsel
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, aktivitas transaksi keuangan semakin mudah dilakukan. Hanya dengan ponsel pintar, seseorang bisa mengirim uang, membayar tagihan, hingga berbelanja secara daring. 

Job Desk Unik tapi Nyata, Intip 9 Profesi 'Aneh' yang Gajinya Fantastis

 

Namun, di balik kenyamanan tersebut, ada bahaya besar yang mengintai. Penipu terus menemukan cara baru untuk menjerat korban dengan tujuan utama: menguras rekening hingga habis.

5 Profesi Jadul Bergaji Tinggi Ini Masih Eksis di Era AI, Penghasilan Bisa Tembus Rp5 Miliar

 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Kominfo, hingga kepolisian berulang kali mengingatkan bahwa penipuan digital kini semakin kompleks. Para pelaku memanfaatkan teknik rekayasa sosial, teknologi palsu, bahkan perangkat fisik di lapangan untuk mengelabui korban. 

Kenali Ciri-ciri Quiet Covering di Tempat Kerja, Begini Dampaknya ke Karier Anda

 

Mengetahui ragam modus ini dapat menjadi benteng awal agar Anda tidak terjebak. Berikut beberapa modus penipuan yang paling sering terjadi:

 

1. Phishing dan Smishing

 

Phishing terjadi ketika penipu mengirim e-mail, SMS, atau pesan WhatsApp yang seolah-olah berasal dari bank atau lembaga resmi. Pesan itu biasanya memuat tautan ke laman login palsu yang sangat mirip dengan aslinya.

 

Begitu korban memasukkan data pribadi, informasi seperti username, password, dan kode OTP akan langsung dicuri.

 

2. Quishing atau QR Code Palsu

 

Belakangan muncul tren penipuan dengan QR code palsu. Modus ini biasanya ditemui pada poster, brosur, atau kotak donasi. QR code yang tampak meyakinkan ternyata mengarahkan korban ke situs berbahaya atau bahkan langsung menyalurkan dana ke rekening penipu. Fenomena ini semakin marak seiring penggunaan QRIS yang kian populer.

 

3. Vishing dan Rekayasa Suara

 

Vishing dilakukan lewat panggilan telepon. Pelaku berpura-pura sebagai petugas bank atau otoritas resmi dan menakut-nakuti korban dengan isu transaksi mencurigakan. 

 

Yang lebih berbahaya, kini teknologi voice cloning memungkinkan suara penipu terdengar sangat mirip dengan pejabat asli atau bahkan kerabat korban. Hal ini membuat banyak orang mudah terkecoh.

 

4. SIM Swap Fraud

 

Modus ini terjadi ketika pelaku berhasil mengambil alih nomor ponsel korban dengan cara mengeluarkan kartu SIM baru. Dengan nomor tersebut, penipu bisa menerima SMS berisi kode OTP dan mengakses mobile banking. Tidak sedikit korban yang baru menyadari setelah nomor ponselnya tiba-tiba tidak bisa digunakan.

 

5. Aplikasi Palsu dan Malware

 

Seiring meningkatnya penggunaan aplikasi perbankan, muncul pula aplikasi tiruan yang berbahaya. Aplikasi palsu ini biasanya menyerupai aplikasi bank resmi dan beredar melalui tautan di luar toko aplikasi resmi. 

 

Begitu terpasang, malware di dalamnya bisa merekam data login korban dan bahkan mengambil alih kendali perangkat.

 

6. Skimming di ATM

 

Penipuan klasik ini masih sering terjadi. Pelaku memasang alat skimmer pada mesin ATM untuk menyalin data kartu. Tidak jarang pula mereka menempelkan stiker berisi nomor “layanan nasabah” palsu. Ketika korban menghubungi nomor tersebut, justru data pribadi mereka digali lebih dalam.

 

7. Impersonation atau Mengaku Sebagai Pejabat

 

Banyak korban tertipu karena pelaku menyamar sebagai pegawai bank, aparat, bahkan keluarga dekat. Dengan narasi darurat atau kedok resmi, korban diarahkan untuk melakukan transfer dana. Meski terlihat sederhana, modus ini tetap efektif karena memanfaatkan kepercayaan korban.

 

Tanda-tanda Penipuan yang Patut Diwaspadai

 

Banyak kasus penipuan memiliki pola serupa: pesan yang mendesak untuk segera melakukan tindakan, tautan yang mencurigakan, atau permintaan data pribadi. Ada juga kasus transaksi yang muncul tanpa diketahui sebelumnya, atau nama merchant yang tidak sesuai saat menggunakan QR code. Semua ini merupakan sinyal bahaya yang sebaiknya tidak diabaikan.

 

Penipuan digital terus berevolusi seiring majunya teknologi finansial. Dari phishing, SIM swap, hingga aplikasi palsu, semuanya dirancang agar korban lengah dan memberikan akses ke rekening mereka. 

 

Dengan mengenali modus-modus ini, Anda bisa lebih berhati-hati dalam setiap langkah transaksi. Ingatlah bahwa lembaga resmi tidak pernah meminta data pribadi seperti OTP atau PIN. Kehati-hatian adalah kunci agar tabungan tetap aman di era digital yang serba cepat.