6 Alasan Cari Kerja Makin Sulit di 2025, Nomor 3 Sering Tak Disadari
- Freepik
Lifestyle – Mencari pekerjaan di era sekarang memang tidak semudah dulu. Perubahan teknologi, dinamika ekonomi global, hingga transformasi dunia kerja membuat banyak orang merasakan kesulitan lebih besar saat berburu lowongan.
Tahun 2025 menjadi titik penting, karena berbagai laporan internasional menyebut tantangan pasar tenaga kerja semakin kompleks.
Menurut laporan International Labour Organization (ILO) dan World Economic Forum (WEF), pertumbuhan pekerjaan global melambat. Pada saat yang sama, keterampilan yang dibutuhkan perusahaan berubah drastis.
Kondisi ini menuntut pekerja untuk lebih fleksibel, adaptif, dan mau terus belajar. Berikut adalah enam alasan utama mengapa mencari kerja makin sulit di 2025, seperti dirangkum dari berbagai sumber pada Jumat, 12 September 2025.
1. Pertumbuhan Pekerjaan Global Melambat
ILO melaporkan bahwa proyeksi pertumbuhan pekerjaan dunia pada 2025 diturunkan akibat perlambatan ekonomi, ketidakpastian geopolitik, serta gangguan rantai pasokan internasional.
Hal ini membuat lowongan kerja baru lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya, terutama di negara yang bergantung pada ekspor.
2. Kesenjangan Keterampilan Semakin Lebar
Laporan Future of Jobs 2025 dari WEF menyebut hampir 40 persen keterampilan yang ada saat ini akan usang dalam beberapa tahun ke depan.
Perusahaan menuntut keahlian baru di bidang kecerdasan buatan, big data, dan keamanan siber. Namun banyak pekerja belum memiliki akses pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Otomasi dan AI Menggantikan Pekerjaan Rutin
Pekerjaan yang bersifat administratif, clerical, hingga entri data kini banyak diambil alih oleh kecerdasan buatan dan sistem otomatis. Bahkan pekerjaan menengah yang dulunya dianggap aman mulai terkena dampak. Akibatnya, semakin sedikit posisi yang tersedia untuk pelamar tanpa keterampilan digital.
4. Persaingan Semakin Ketat
Data LinkedIn menunjukkan semakin banyak pekerja yang aktif mencari peluang baru di 2025. Fenomena ini membuat supply tenaga kerja melimpah, sementara lowongan tidak bertambah banyak.
Tidak jarang, pelamar berpengalaman ikut bersaing di level entry, sehingga kompetisi semakin sengit bagi fresh graduate maupun profesional muda.
5. Ketidakpastian Ekonomi Membuat Perusahaan Hati-Hati Merekrut
Kenaikan inflasi, biaya hidup yang tinggi, hingga suku bunga global membuat perusahaan menahan ekspansi dan mengurangi perekrutan. Beberapa sektor bahkan menunda pembukaan posisi baru untuk mengendalikan biaya operasional. Situasi ini menambah sulitnya peluang kerja yang tersedia.
6. Reskilling dan Upskilling Berjalan Lambat
Banyak pekerja sadar perlunya meningkatkan keterampilan, tetapi akses terhadap pelatihan belum merata. Institusi pendidikan dan perusahaan juga belum sepenuhnya cepat menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri. Akibatnya, gap keterampilan tetap menjadi penghalang besar bagi pencari kerja.
Tahun 2025 membawa tantangan baru bagi pencari kerja di seluruh dunia. Pertumbuhan kerja yang melambat, otomatisasi, hingga kesenjangan keterampilan membuat proses mencari pekerjaan terasa semakin berat.
Bagi Anda yang ingin tetap relevan, langkah terbaik adalah berinvestasi pada keterampilan baru, mengikuti tren industri, dan terus membuka diri terhadap peluang berbeda. Dengan persiapan yang tepat, Anda akan lebih siap menghadapi persaingan kerja yang kian ketat.