12 Alasan Kenapa Wariskan Rumah ke Anak Bisa Jadi Beban, Bukan Berkah

Ilustrasi Rumah (Properti)
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Banyak orang tua menganggap menjadikan rumah sebagai warisan kepada anak adalah bentuk kasih sayang terakhir. Namun, keputusan ini ternyata tidak selalu membawa manfaat karena jika tidak tepat justru menjadi bumerang yang berpotensi merusak keuangan Anda hingga jangka panjang.

7 Kebiasaan Orang Kaya Mengelola Keuangan yang Jarang Diketahui, Pantas Hartanya Selalu Bertambah!

Dalam beberapa kasus, justru bisa menimbulkan beban baru, baik secara finansial maupun emosional. Dari pajak hingga potensi konflik antar saudara, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan rumah sebagai warisan utama.

Dikutip dari FinanceBuzz Money, berikut 12 alasan menjadi rumah sebagai warisan kepada anak bukan menjadi pilihan terbaik.

1. Risiko Pajak Berat

Rekomendasi Furnitur Lokal yang Bikin Rumah jadi Spot Ngonten Paling Estetik

Salah satu masalah terbesar adalah potensi beban pajak. Nilai rumah yang terus meningkat dapat menimbulkan kewajiban pajak kapital gain yang besar bagi anak. Tanpa perencanaan matang, warisan yang dimaksudkan sebagai hadiah bisa berubah menjadi beban finansial.

2. Potensi Konflik Antar Saudara

Jika rumah diwariskan kepada beberapa anak, sering kali muncul perbedaan pandangan. Ada yang ingin menjual, sementara yang lain ingin mempertahankannya. Situasi ini bisa menimbulkan pertengkaran dan merusak hubungan keluarga.

3. Bukan Aset Likuid

Tren Hunian 2025: Warna Cerah-Soft Jadi Juara, Begini Tips Hidupkan Suasana Rumah

Rumah biasanya menjadi aset terbesar seseorang. Namun, aset ini tidak likuid, sehingga dana di dalamnya tidak bisa langsung digunakan untuk kebutuhan penting seperti biaya kesehatan atau hidup di masa pensiun. Menjual rumah sebelum meninggal bisa jadi opsi untuk membuka nilai tersebut.

4. Menimbulkan Masalah Finansial Baru

Jika rumah masih memiliki cicilan, anak harus melanjutkan kewajiban tersebut. Tanpa kemampuan finansial memadai, warisan rumah justru menjadi masalah baru.

5. Tidak Semua Anak Menginginkannya

Tidak semua anak ingin tinggal di rumah warisan. Bisa jadi lokasinya jauh dari tempat kerja atau gaya hidup mereka berbeda. Jika anak menolak, rumah malah menjadi beban tambahan yang harus dijual kembali.

6. Lebih 'Untung' Dijual Sekarang

Di tengah harga properti yang tinggi, menjual rumah kepada anak saat masih hidup bisa lebih menguntungkan. Orang tua tetap bisa tinggal di sana dengan membayar sewa, sementara anak mendapat kesempatan masuk pasar properti lebih cepat.

7. Memperberat Masalah Finansial yang Ada

Jika anak sedang terlilit utang, rumah warisan berpotensi disita oleh kreditur. Alih-alih menjadi perlindungan, rumah justru bisa memperburuk keadaan.

8. Tunggakan Pajak Properti

Tidak seperti utang kartu kredit yang bisa hilang setelah pewaris meninggal, pajak properti justru beralih ke ahli waris. Artinya, anak harus siap menanggung beban pajak yang belum dilunasi.

9. Timbul Kesan Pilih Kasih

Memberikan rumah hanya kepada salah satu anak bisa dianggap pilih kasih. Hal ini berisiko memunculkan rasa iri dan perpecahan keluarga. Solusinya, pembagian aset lain secara adil perlu dipertimbangkan agar tidak ada yang merasa dirugikan.

10. Biaya Perawatan Mahal

Rumah bukan sekadar bangunan, tetapi juga tanggung jawab. Dari listrik, air, hingga perawatan rutin, semua membutuhkan biaya. Jika anak tidak siap secara finansial, rumah tersebut bisa cepat rusak dan nilainya menurun.

11. Terlalu Banyak Kenangan

Bagi sebagian anak, rumah orang tua penuh kenangan emosional. Hal ini membuat mereka sulit mengambil keputusan, apakah akan menjual atau mempertahankan rumah. Situasi ini kerap menjadi sumber kebingungan.

12. Risiko Disita Negara

Bagi yang menggunakan Medicaid, negara berhak melakukan estate recovery untuk menutupi biaya perawatan yang telah dikeluarkan. Artinya, rumah yang diwariskan bisa diambil alih oleh negara, sehingga anak tidak mendapatkan apa-apa.

Meninggalkan rumah untuk anak memang terlihat sebagai warisan berharga. Namun, tanpa perencanaan matang, niat baik ini bisa berubah menjadi masalah besar. Pajak, cicilan, biaya perawatan, hingga potensi konflik keluarga adalah risiko nyata yang harus dipertimbangkan.

Sebelum memutuskan, penting untuk memahami kondisi finansial anak dan berdiskusi terbuka mengenai warisan. Dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa memastikan rumah atau aset lain benar-benar menjadi berkah, bukan beban, bagi generasi berikutnya.