Awas, Kelas Menengah Rentan Miskin! Ini Cara Bertahan di Tengah Kenaikan Biaya Hidup

Ilustrasi kelas menengah
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Selama beberapa dekade terakhir, kelas menengah kerap disebut sebagai tulang punggung perekonomian. Namun kini, mereka justru menjadi kelompok yang paling terdampak oleh naiknya biaya hidup.

5 Tanaman Hias Ini Harganya Jutaan, Cocok Buat Ladang Cuan Sampingan

 

Dari harga pangan, biaya pendidikan, sewa rumah, hingga layanan kesehatan, semuanya mengalami kenaikan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan.

Takut Tersingkir AI? Ini Cara Memilih Karier yang Aman di Era Kecerdasan Buatan

 

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain. Menurut OECD dan Pew Research Center, banyak keluarga kelas menengah global kini berada dalam posisi "fragile" atau penghasilannya tidak cukup untuk hidup nyaman, tetapi juga tidak memenuhi syarat untuk bantuan sosial. 

Lowongan Kerja Menyusut? Awas! Ini 5 Pekerjaan yang Rawan Digantikan AI

 

Dalam situasi seperti ini, penting bagi Anda yang berada di kelompok kelas menengah untuk menerapkan strategi bertahan yang cerdas dan adaptif.

 

Tips Agar Kelas Menengah Bertahan di Tengah Tekanan Ekonomi

 

1. Susun Anggaran Bulanan secara Ketat

 

Langkah pertama untuk tetap bertahan adalah memiliki perencanaan keuangan yang disiplin. Buat anggaran yang membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta alokasikan dana untuk tabungan darurat minimal 10% dari penghasilan. Gunakan aplikasi keuangan pribadi untuk membantu Anda memantau arus kas setiap bulan.

 

2. Tingkatkan Literasi Finansial Keluarga

 

Kelas menengah harus mulai membekali diri dengan pengetahuan keuangan dasar, seperti investasi, asuransi, hingga manajemen utang. Banyak informasi bisa diakses gratis melalui buku, podcast, atau webinar. Semakin tinggi literasi finansial, semakin kecil kemungkinan Anda terjebak dalam keputusan ekonomi yang keliru.

 

3. Cari Sumber Penghasilan Tambahan

 

Mengandalkan satu sumber penghasilan semakin berisiko. Manfaatkan keterampilan yang Anda miliki untuk mencari penghasilan tambahan, seperti freelance, bisnis kecil-kecilan, atau monetisasi hobi. Kelas menengah yang adaptif terhadap peluang digital cenderung lebih tahan terhadap gejolak ekonomi.

 

4. Hindari Gaya Hidup Inflasi

 

Kenaikan pendapatan, jika ada, sering kali diiringi dengan peningkatan gaya hidup. Hal ini yang membuat kelas menengah tetap merasa "pas-pasan" meski gajinya naik. Fokuslah pada efisiensi dan kesederhanaan—hemat bukan berarti pelit, tetapi mengelola prioritas dengan cerdas.

 

5. Pilih Pendidikan dan Asuransi secara Strategis

 

Pendidikan dan kesehatan adalah dua pengeluaran terbesar kelas menengah. Pertimbangkan alternatif pendidikan berkualitas dengan biaya lebih terjangkau seperti sekolah vokasi atau beasiswa daring. Untuk kesehatan, pastikan Anda memiliki asuransi dasar yang memadai agar tak terpuruk saat terjadi risiko medis.

 

6. Manfaatkan Teknologi dan Platform Finansial Digital

 

Gunakan platform digital untuk mendapatkan cashback, promo kebutuhan harian, atau membandingkan harga. Selain itu, teknologi juga membantu Anda melakukan investasi mikro, menabung otomatis, hingga membayar tagihan secara efisien. Kelas menengah harus gesit dalam memanfaatkan teknologi untuk mengurangi beban biaya hidup.

 

7. Jaga Kesehatan Mental dan Sosial

 

Tekanan ekonomi bisa berdampak pada kondisi emosional dan relasi keluarga. Luangkan waktu untuk beristirahat, bersosialisasi, dan mencari dukungan emosional. Keseimbangan hidup menjadi kunci agar kelas menengah tidak hanya bertahan secara finansial, tetapi juga secara psikologis.

 

Kenapa Kelas Menengah Rentan Terjepit?

 

1. Pendapatan Stagnan, Beban Meningkat

 

Banyak keluarga kelas menengah mengalami stagnasi pendapatan selama bertahun-tahun, sementara biaya hidup naik signifikan, terutama di kota besar.

 

2. Tidak Tercover Bantuan Sosial

 

Kelas menengah sering dianggap “terlalu kaya” untuk bantuan, namun “terlalu miskin” untuk hidup nyaman tanpa utang atau tekanan finansial.

 

3. Tingkat Konsumsi yang Tinggi

 

Gaya hidup konsumtif dan tekanan sosial membuat banyak keluarga kelas menengah merasa harus “tampil”, bahkan jika itu berarti mengorbankan tabungan.

 

4. Minimnya Perencanaan Keuangan Jangka Panjang

 

Banyak kelas menengah belum menjadikan investasi atau pensiun sebagai prioritas, sehingga cenderung tidak siap menghadapi situasi krisis.

 

Kelas menengah berada di posisi yang unik: cukup mapan untuk mandiri, tetapi cukup rentan jika salah langkah. Di tengah naiknya biaya hidup dan tidak stabilnya kondisi ekonomi, kemampuan untuk mengelola keuangan dengan cerdas dan fleksibel menjadi kunci utama untuk bertahan.

 

Anda mungkin tidak bisa mengontrol harga pasar, tapi Anda bisa mengontrol bagaimana cara meresponsnya. Dengan strategi yang tepat, kelas menengah tetap bisa bertahan—dan bahkan berkembang—meski dalam tekanan.