Fenomena Window Shopping di Tengah Virus Rojali dan Rohana, Gaya Hidup Baru atau Strategi Bertahan?

Ilustrasi Window Shopping
Sumber :
  • Freepik

Hubungan dengan Fenomena Rojali dan Rohana

Bukan Cuma AI, 10 Pekerjaan yang Diproyeksi Bergaji Tinggi yang Tren di 2025

Fenomena rojali dan rohana memperlihatkan bahwa window shopping menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat yang ingin tetap terkoneksi dengan suasana mal, tren, dan hiburan tanpa menguras dompet. Ini mencerminkan bentuk adaptasi sosial dan ekonomi, terutama di tengah situasi finansial yang membuat masyarakat lebih selektif dalam berbelanja.

Singkatnya, window shopping adalah bentuk belanja tanpa membeli yang kini semakin umum terjadi di era konsumsi sadar (mindful consumption). Masyarakat datang, melihat-lihat produk, memegang barang, bahkan mencoba tester namun akhirnya pulang dengan tangan kosong. Fenomena window shopping ini pun menjadi wajah baru dari perubahan perilaku konsumen modern.

Faktor Pendorong Meningkatnya Window Shopping

3 Tren AI yang Diprediksi Mengubah Lanskap Bisnis pada 2025, Ini Kata Bos Perusahaan Teknologi Informasi

Beberapa hal turut mendorong maraknya kembali window shopping. Pertama, tekanan ekonomi yang menyebabkan masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang. Kebutuhan pokok kini menjadi prioritas, sementara belanja barang sekunder atau tersier lebih sering ditunda. 

Kedua, persepsi bahwa belanja impulsif sudah tidak relevan dengan prinsip hidup minimalis dan hemat yang kini mulai banyak dianut. Ketiga, media sosial turut mendorong window shopping menjadi kegiatan yang “layak ditampilkan”. 

Mengenal Fenomena Rojali alias Rombongan Jarang Beli yang Marak di Mal dan Kafe, Pertanda Apa?

Konten seperti “healing tipis-tipis ke mal” atau “ngopi tanpa belanja” menjadi bentuk ekspresi digital yang relatable. Bahkan, banyak konten kreator menjadikan window shopping sebagai bagian dari narasi gaya hidup yang menyenangkan, bebas tekanan, dan tetap bergengsi.

Halaman Selanjutnya
img_title