Sejarah Gedung Grahadi Surabaya, Dulu Rumah Kebun Belanda, Kini Habis Dibakar Massa
- Cagarbudayajatim.com
Pada tahun 1991, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuka Gedung Grahadi untuk wisata publik, memungkinkan masyarakat menjelajahi keindahan arsitektur dan sejarahnya setiap Senin hingga Sabtu dengan jam kunjungan terbatas.
Arsitektur yang Memukau
Keindahan Gedung Grahadi terletak pada arsitektur neoklasiknya yang disesuaikan dengan iklim tropis. Bangunan dua lantai ini memiliki luas bangunan induk 2.016 m² dan bangunan penunjang 4.125,75 m². Fasad simetris dengan jendela-jendela lebar dan pintu-pintu besar memungkinkan sirkulasi udara yang baik, cocok untuk iklim Surabaya.
Balkon besar di gedung utama dulunya menghadap Kalimas, menawarkan pemandangan yang menawan. Tata letak ruang yang seimbang dan ornamen Eropa klasik menambah kemegahan gedung ini, menjadikannya salah satu cagar budaya paling berharga di Surabaya.
Tragedi Kebakaran oleh Massa Demonstrasi
Pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025, Gedung Grahadi mengalami musibah tragis. Ribuan massa demonstran, yang awalnya menuntut pembebasan rekan mereka yang ditahan oleh Polrestabes Surabaya, memicu kericuhan di depan gedung. Situasi memanas sekitar pukul 21.30 WIB ketika massa melempar benda keras, termasuk bom molotov, dan merangsek masuk melalui sisi barat gedung.
Aksi anarkis ini menyebabkan kebakaran hebat yang melalap ruang kerja Wakil Gubernur Emil Dardak, ruang biro umum, ruang biro rumah tangga, dan ruang wartawan. Barang-barang seperti komputer, meja, kursi, dan bahkan kasur dijarah massa, sementara sejumlah kendaraan, termasuk 21 motor di halaman gedung, turut dibakar.