Sejarah Gedung Grahadi Surabaya, Dulu Rumah Kebun Belanda, Kini Habis Dibakar Massa

Gedung Grahadi
Sumber :
  • Cagarbudayajatim.com

Pada tahun 1802, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels mengubah orientasi gedung menghadap selatan, membelakangi Kalimas, untuk menyesuaikan dengan perkembangan Jalan Raya Daendels (kini Jalan Gubernur Suryo). 

Renovasi besar dilakukan pada tahun 1810, mengubah gaya arsitektur menjadi Empire Style atau Dutch Colonial Villa, yang memadukan elemen neoklasik Perancis dengan karakter kolonial Hindia Belanda. Gedung ini menjadi tempat tinggal dan peristirahatan pejabat Belanda, bahkan sering digunakan untuk pertemuan dan pesta mewah.

Peran Gedung Grahadi dalam Sejarah

Selama masa penjajahan Jepang (1942–1945), Gedung Grahadi beralih fungsi sebagai rumah singgah Gubernur Jepang (Syuuchockan Kakka) dan tempat sidang Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi). Gedung ini juga menjadi lokasi resepsi dan pesta dansa, mencerminkan kemewahan era kolonial. 

Pasca-kemerdekaan Indonesia, Gedung Grahadi menjadi saksi bisu perjuangan bangsa. Pada Oktober 1945, gedung ini menjadi tempat perundingan penting antara Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn untuk mendamaikan pertempuran antara pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu. 

Tragisnya, pada 9 November 1945, Gubernur Suryo, gubernur keenam Jawa Timur, menolak ultimatum menyerah tanpa syarat dari Inggris di gedung ini, dan keesokan harinya beliau gugur.

Sejak tahun 1870, gedung ini resmi menjadi rumah Residen Surabaya, dan kini berfungsi sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Gedung ini juga menjadi tempat pelantikan pejabat, upacara kenegaraan seperti peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, dan menyambut tamu penting, termasuk presiden Republik Indonesia saat kunjungan kerja.