7 Mitos yang Wajib Diketahui Pendaki Sebelum Mendaki Gunung Rinjani

Gunung Rinjani
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

LifestyleGunung Rinjani, sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian sekitar 3.726 meter di atas permukaan laut, bukan hanya menjadi destinasi favorit para pendaki domestik maupun mancanegara. Keindahan alamnya yang memukau, mulai dari Danau Segara Anak yang eksotis hingga panorama puncak yang menantang, membuat Rinjani selalu menjadi magnet wisata alam.

Namun, selain keindahan tersebut, Gunung Rinjani juga dikenal memiliki berbagai cerita dan kepercayaan yang melekat erat pada tradisi masyarakat setempat. Dalam konteks ini, pendakian ke Rinjani tidak hanya membutuhkan persiapan fisik dan teknis, tetapi juga pemahaman tentang wisata mistis dan mitos yang berkembang di sekitar gunung.

Berikut adalah 7 mitos yang wajib diketahui oleh setiap pendaki sebelum memulai perjalanan menakjubkan ini.

1. Penunggu Gunung Rinjani

Masyarakat lokal Sasak dan para pendaki percaya bahwa Gunung Rinjani dijaga oleh makhluk gaib atau roh penjaga yang dikenal sebagai "Ratu Rinjani". Kepercayaan ini mengisahkan bahwa roh tersebut menjaga kelestarian gunung dan lingkungan sekitarnya.

Beberapa pendaki bahkan melaporkan pengalaman bertemu atau merasakan kehadiran sosok misterius selama pendakian. Keberadaan mitos ini menjadikan pendaki lebih menghormati alam dan budaya setempat.

2. Larangan Mendaki Pada Waktu Tertentu

Ada kepercayaan bahwa ada waktu-waktu tertentu yang kurang baik atau bahkan dilarang untuk mendaki Gunung Rinjani, seperti saat musim tertentu atau hari-hari tertentu menurut kalender adat Sasak. Hal ini diyakini agar menghindari gangguan spiritual serta menjaga keselamatan pendaki. Meski secara ilmiah tidak ada larangan, menghormati tradisi ini penting sebagai bagian dari penghormatan budaya.

3. Barang Bawaan yang Tidak Boleh Dibawa

Mitos yang populer di kalangan pendaki adalah larangan membawa barang-barang tertentu, seperti pisau tajam, cermin, atau benda yang dianggap bisa mengganggu keseimbangan spiritual gunung. Konon, membawa barang tersebut dapat menimbulkan ketidakharmonisan dengan alam dan penunggu gunung. Oleh karena itu, pendaki dianjurkan untuk membawa perlengkapan yang sederhana dan sesuai kebutuhan.

4. Suara Mistis dan Fenomena Aneh

Selama pendakian, beberapa pendaki melaporkan mendengar suara-suara aneh seperti bisikan, langkah kaki, atau suara gamelan dari kejauhan. Fenomena ini dianggap sebagai bagian dari wisata mistis Gunung Rinjani yang memperkuat aura magis dan misteri gunung tersebut.

Penjelasan rasional menyebutkan bahwa suara ini bisa berasal dari angin, satwa liar, atau resonansi alam, namun kepercayaan lokal menambah dimensi mistis bagi pengalaman pendaki.

5. Kesakralan Danau Segara Anak

Danau Segara Anak, danau kawah di tengah Gunung Rinjani, dianggap sangat sakral oleh masyarakat Sasak. Ada mitos bahwa danau ini merupakan tempat bersemayamnya roh leluhur dan makhluk halus.

Oleh sebab itu, pendaki dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kesakralan danau, seperti membuang sampah sembarangan atau berteriak keras.

6. Keberuntungan dan Petunjuk Alam

Pendaki juga percaya bahwa alam Gunung Rinjani memberikan petunjuk atau tanda tertentu yang bisa menandakan keberuntungan atau peringatan. Contohnya, munculnya kabut tebal atau angin kencang dianggap sebagai sinyal untuk berhati-hati atau bahkan menghentikan pendakian. Mitos ini membuat pendaki lebih waspada dan sensitif terhadap lingkungan sekitar.

7. Penghormatan dan Ritual Sebelum Mendaki

Sebagian pendaki dan masyarakat lokal melakukan ritual adat sebelum mendaki sebagai bentuk penghormatan kepada Gunung Rinjani dan penunggunya. Ritual ini dipercaya dapat memberikan perlindungan dan kelancaran selama pendakian. Meski tidak wajib, menghormati dan mengikuti tradisi ini dapat memperkaya pengalaman mendaki sekaligus menjaga kelestarian budaya.