Tangisan Wanita di Curug Cibeureum Malam Hari, Mitos atau Fakta Pendaki Gunung Gede?

Ilustrasi wanita misterius
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleCurug Cibeureum, salah satu destinasi wisata alam yang memukau di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat, menawarkan keindahan air terjun setinggi sekitar 50 meter yang dikelilingi hutan tropis lebat. Terletak di ketinggian 1.675 mdpl, curug ini menjadi daya tarik bagi pendaki Gunung Gede maupun wisatawan yang ingin menikmati panorama alam. 

Jalur trekking sepanjang 2,8 kilometer dari pintu masuk TNGGP via Cibodas menantang namun memanjakan mata dengan pemandangan Telaga Biru dan vegetasi khas pegunungan. Namun, di balik keindahan alamnya, Curug Cibeureum menyimpan cerita misterius tentang suara tangisan wanita di malam hari yang kerap didengar pendaki, memicu pertanyaan: apakah ini hanya mitos atau fakta yang dapat dijelaskan?

Cerita Misterius Tangisan Wanita di Curug Cibeureum

Banyak pendaki yang melaporkan pengalaman mendengar suara tangisan wanita di sekitar Curug Cibeureum, terutama saat malam menjelang. Cerita ini telah menjadi bagian dari folklor pendakian Gunung Gede. Menurut beberapa sumber, suara tersebut terdengar jelas, seolah-olah berasal dari seseorang yang sedang menderita atau membutuhkan pertolongan.

Sebuah kisah serupa juga dilaporkan di Gunung Kerenceng, Sumedang, di mana pendaki mendengar tangisan keras namun tidak menemukan sumbernya meski telah mencari hingga dini hari. Di Curug Cibeureum, beberapa pendaki mengaitkan suara ini dengan makhluk gaib atau petilasan Eyang Haji Mintarsa, seorang pertapa sakti yang konon berubah menjadi batu di dekat air terjun.

Mitos dan Sejarah Spiritual Gunung Gede

Gunung Gede, dengan ketinggian 2.958 mdpl, bukan hanya destinasi pendakian populer tetapi juga memiliki nilai sejarah dan spiritual yang kental. Dalam naskah kuno Sunda, Bujangga Manik, gunung ini disebut sebagai Hulu Wano Na Pakuan, tempat tertinggi di wilayah Pakuan Pajajaran. Konon, Prabu Siliwangi, tokoh legendaris Kerajaan Pajajaran, bersemayam di Alun-Alun Suryakancana bersama pasukannya, dan suara derap kaki kuda sering terdengar di malam hari. 

Di Curug Cibeureum, petilasan Eyang Haji Mintarsa dianggap sebagai situs sakral, dan beberapa pendaki percaya bahwa suara tangisan adalah manifestasi spiritual dari entitas penjaga gunung. Mitos lain menyebutkan bahwa perempuan yang sedang menstruasi dilarang mendaki karena dianggap “kotor” dan dapat mengundang gangguan gaib, meskipun ini lebih merupakan kepercayaan budaya lokal daripada fakta ilmiah.

Fakta Ilmiah di Balik Fenomena Suara Tangisan

Meski cerita mistis menarik perhatian, ada penjelasan ilmiah yang mungkin menjadi dasar fenomena ini. Suara tangisan bisa disebabkan oleh efek akustik alami di lingkungan pegunungan. Aliran air Curug Cibeureum yang deras, dipadukan dengan hembusan angin melalui celah-celah batu atau pohon, dapat menghasilkan suara yang menyerupai tangisan manusia. 

Fenomena ini dikenal sebagai pareidolia audio, di mana otak manusia cenderung mengenali pola suara familiar, seperti tangisan, dari suara alam yang sebenarnya acak. Selain itu, kondisi psikologis pendaki, seperti kelelahan atau ketegangan saat mendaki di malam hari, dapat memperkuat persepsi terhadap suara-suara aneh. Cuaca ekstrem di Gunung Gede, seperti hujan deras atau angin kencang, juga dapat menciptakan efek suara yang membingungkan.

Pengalaman Pendaki dan Imbauan Keselamatan

Pengalaman pendaki di Curug Cibereum bervariasi, dari yang hanya mendengar suara hingga yang mengaku melihat sosok berpakaian putih, seperti yang dilaporkan seorang pendaki pada 2016. Namun, pihak TNGGP menegaskan pentingnya persiapan fisik dan mental sebelum mendaki untuk menghindari halusinasi atau kecelakaan.

Dalam beberapa kasus, pendaki yang mengalami hipotermia atau keseleo, seperti kejadian viral pada Juni 2025, sering dikira meninggal karena diselimuti kain untuk menjaga suhu tubuh, memicu rumor yang tidak benar. TNGGP juga mengimbau pendaki untuk menghindari pendakian malam hari saat cuaca buruk dan memastikan izin resmi melalui Hiking Organizer terdaftar, seperti Basecamp GEPANGKU atau KOBEL ADVENTURE, untuk menjaga keselamatan.

Aktivitas Wisata di Curug Cibeureum

Selain mengejar misteri, Curug Cibeureum menawarkan beragam aktivitas wisata. Pendaki dapat menikmati trekking menantang, berfoto dengan latar air terjun, atau berkemah di Mandalawangi Campground untuk merasakan suasana malam khas TNGGP. 

Tiket masuk curug ini terjangkau, yakni Rp16.000 pada hari biasa dan Rp18.500 pada hari libur, dengan biaya parkir mulai dari Rp5.000 hingga Rp15.000 tergantung jenis kendaraan. Wisatawan juga dapat mengunjungi Curug Cidendeng dan Curug Cikundul yang berdekatan untuk melengkapi petualangan. Namun, pengunjung diimbau untuk berhati-hati saat mendekati air terjun karena debit air yang deras dan medan yang licin.