Mitos Kapuhunan, Benarkah Tolak Makanan dari Orang Kalimantan Sebabkan Kesialan?

Bubur Samarinda
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

Kapuhunan telah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari Provinsi Kalimantan Timur, menunjukkan pentingnya dalam identitas budaya lokal. Tradisi ini juga mengajarkan wisatawan untuk menghargai adat istiadat setempat, sebagaimana pepatah “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” 

Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara penolakan makanan dan kesialan, kapuhunan tetap menjadi bagian integral dari budaya Kalimantan, terutama di kalangan masyarakat Banjar dan Dayak.

Tips untuk Wisatawan di Kalimantan

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan, memahami mitos kapuhunan dapat membantu menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal. Pertama, jika ditawari makanan atau minuman, cobalah mencicipi sedikit, meskipun hanya seujung jari, untuk menunjukkan penghormatan. 

Jika tidak ingin makan, sentuh makanan dengan jari dan ucapkan sapulun atau puse-puse sebagai tanda penerimaan. Kedua, komunikasikan dengan sopan jika Anda memiliki batasan, misalnya hanya menerima air putih, untuk menghindari kesalahpahaman. Ketiga, pelajari konteks budaya setempat, terutama saat mengunjungi daerah pedesaan atau acara adat, di mana tradisi ini lebih kuat dipegang.

Wisatawan juga dapat menikmati pengalaman budaya ini dengan mengunjungi pasar tradisional atau festival kuliner di Kalimantan, seperti Pasar Terapung di Banjarmasin atau Festival Budaya Dayak di Samarinda, untuk mencicipi hidangan lokal sambil memahami nilai-nilai keramahan. 

Dengan menghormati tradisi kapuhunan, wisatawan tidak hanya menghindari potensi “kesialan” dalam pandangan lokal, tetapi juga memperkaya pengalaman perjalanan mereka dengan wawasan budaya yang autentik.