Gen Z Disebut Jadi Generasi Paling Malas, 6 Jurus Jitu Anti-Mager ala Jepang
- Freepik
Lifestyle – Generasi Z atau Gen Z dicap sebagai generasi paling malas gerak (mager) dibandingkan milenial, generasi X, hingga baby boomers. Filosofi kuno dari Jepang menawarkan cara efektif agar bisa kembali produktif dan bahagia.
Gen Z tumbuh di era digital yang memberikan kemudahan yang dapat diakses hanya dari benda kotak alias gawai pintar. Sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas di dunia maya, bermain game online hingga mendapat hiburan melalui smartphone.
Ketergantungan ini pada benda kotak tersebut dan internet menyebabkan gen Z lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah sambil rebahan. Selain itu, sebagian dari kalangan yang lahir tahun 1997 sampai 2010 ini juga belum menyadari pentingnya aktivitas fisik terhadap kesehatan tubuh.
Filosfi kuno Jepang dapat menjadi cara untuk mengusir rasa mager yang mengajarkan untuk kembali terhubung dengan diri sendiri, alam, dan tujuan hidup yang lebih besar. Berikut enam jurus jitu ala negeri Sakura yang layak untuk dicoba.
1. Ikigai
Ikigai secara harfiah berarti alasan untuk berada atau tujuan hidup. Ini adalah persimpangan antara apa yang Anda sukai, apa yang Anda kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang bisa menghasilkan uang.
Ketika Anda menemukan Ikigai, rasa malas akan perlahan memudar karena Anda tahu persis mengapa harus bangun dan beraktivitas setiap pagi. Menemukan tujuan hidup yang jelas memberikan motivasi internal yang tidak tergantikan sehingga menumbuhkan pemikiran bahwa bekerja tidak hanya untuk uang melainkan untuk sebuah arti.
2. Kaizen
Kaizen adalah filosofi perbaikan berkelanjutan yang berfokus pada langkah-langkah kecil. Alih-alih merasa terbebani oleh tujuan besar, Kaizen mengajarkan untuk memulai dengan langkah yang sangat mudah.
Melalui langkah kecil yang konsisten ini akan mengurangi rasa tertekan yang pada akhirnya mencapai tujuan besar tanpa merasa kelelahan. Ini adalah metode yang sangat ampuh untuk mengatasi kemalasan yang berasal dari ketakutan akan skala tugas yang besar.
3. Hara Hachi Bu
Filosofi dari Okinawa ini mengajarkan untuk makan sampai 80 persen kenyang. Kebiasaan makan berlebihan seringkali menjadi pemicu rasa kantuk dan energi yang terkuras setelah makan.
Dengan mempraktikkan Hara Hachi Bu, Anda melatih tubuh untuk mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa membebani sistem pencernaan. Hasilnya, tubuh akan terasa lebih ringan, energimu stabil, dan bisa kembali beraktivitas dengan fokus yang lebih baik tanpa godaan untuk tidur siang.
4. Shinrin-Yoku
Shinrin-Yoku atau mandi hutan adalah praktik sederhana, yaitu menghabiskan waktu di alam terbuka, seperti hutan atau taman. Ini bukan tentang berolahraga, melainkan tentang terhubung dengan alam melalui semua indera seperti mendengar suara angin, mencium aroma tanah, dan merasakan tekstur pohon.
Praktik ini terbukti secara ilmiah dapat mengurangi hormon stres kortisol, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan suasana hati. Pikiran yang lebih jernih dan tubuh yang lebih rileks adalah kunci untuk melawan kemalasan yang seringkali berakar dari stres dan kelelahan mental.
5. Oubaitori
Oubaitori adalah filosofi yang mengajarkan untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Istilah ini berasal dari nama empat pohon berbeda yang mekar di musim yang berbeda. Setiap orang punya waktu dan jalur pertumbuhannya sendiri.
Sering membandingkan diri dengan pencapaian orang lain akan menimbulkan kecemasan dan demotivasi, yang pada akhirnya memicu kemalasan. Dengan fokus pada perjalanan pribadimu dan merayakan setiap pencapaian kecil, kamu akan terbebas dari tekanan yang tidak perlu dan bisa tumbuh dengan kecepatanmu sendiri.
6. Wabi-Sabi
Wabi-Sabi adalah filosofi yang menemukan keindahan dalam hal-hal yang tidak sempurna, tidak lengkap, dan tidak kekal. Dalam konteks produktivitas, Wabi-Sabi membantu mengatasi perfeksionisme yang seringkali menjadi penyebab utama penundaan.
Wabi-Sabi mendorong untuk memulai saja daripada menunggu kondisi sempurna untuk memulai sesuatu bahkan jika itu belum sempurna. Menerima bahwa kegagalan adalah bagian alami dari proses akan menghilangkan rasa takut untuk mencoba, dan membuka jalan untuk tindakan nyata.
Filosofi-filosofi Jepang ini mengajarkan kemalasan bukanlah kelemahan, melainkan sebuah sinyal tubuh bahwa tekanan yang Anda berikan kepada diri sendiri sudah hampir mencapai batas tertinggi. Praktek ikigai hingga wabi-sabi membantu untuk mengatasi akar masalahnya, menemukan kembali motivasi, dan menjalani hidup yang lebih seimbang, produktif, dan penuh makna.