Cara Orang Tua Gen Z Mendidik Anak, Fleksibel atau Keblabasan?
- Pixabay
Lifestyle –Di era digital yang berkembang pesat, pola asuh anak atau parenting mengalami banyak transformasi. Generasi Z, yang kini mulai memasuki fase menjadi orang tua, membawa pendekatan yang jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012, orang tua Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan teknologi yang serba cepat.
Maka tak heran jika gaya mengasuh anak yang mereka pilih pun lebih fleksibel, terbuka, dan adaptif. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah fleksibilitas ini justru berpotensi keblabasan?
Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih jauh. Sebab di satu sisi, pendekatan parenting Gen Z dianggap lebih ramah anak, namun di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran soal batasan dan disiplin. Bagaimana sebenarnya karakteristik pengasuhan ala orang tua Gen Z, dan apa dampaknya terhadap perkembangan anak?
Karakteristik Pola Asuh Orang Tua Gen Z
Secara umum, orang tua dari kalangan Gen Z cenderung mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, empati, dan komunikasi dua arah. Mereka lebih memilih menjadi "teman" bagi anak dibandingkan menjadi figur yang otoriter. Hal ini merupakan reaksi dari pengalaman masa kecil mereka yang banyak mengalami pengasuhan dengan pendekatan keras atau konservatif.
Beberapa ciri pola asuh orang tua Gen Z yang menonjol antara lain:
- Anti kekerasan fisik dan verbal. Mereka sangat menghindari metode hukuman fisik, bahkan menganggapnya sebagai bentuk kekerasan yang dapat merusak psikologis anak.
- Fleksibel dan diskursif. Anak-anak diajak berdiskusi sebelum keputusan diambil, bukan sekadar menerima instruksi.
- Melek teknologi dan referensi digital. Mereka lebih mudah mengakses informasi tentang parenting melalui media sosial, forum diskusi, dan video edukatif.
- Menerapkan nilai-nilai progresif. Toleransi, keberagaman, dan kesadaran mental health sering menjadi bagian dari narasi pengasuhan mereka.
Gaya parenting semacam ini tentu memberikan ruang tumbuh yang lebih sehat secara emosional. Anak merasa didengar, dihargai, dan lebih percaya diri. Namun, pola asuh ini juga menghadirkan tantangan baru jika tidak diimbangi dengan struktur yang jelas.
Tantangan Gaya Asuh Terlalu Fleksibel
Meskipun pola asuh fleksibel memiliki banyak kelebihan, pendekatan ini bukan tanpa kelemahan. Salah satu kritik utama terhadap parenting ala Gen Z adalah kecenderungan menghapus batasan yang tegas dalam mendidik anak.
Beberapa risiko yang dapat muncul antara lain:
- Kurangnya disiplin. Jika tidak dibarengi dengan aturan yang konsisten, anak bisa tumbuh tanpa memahami konsekuensi atau tanggung jawab atas tindakannya.
- Ketidakmampuan menghadapi tekanan sosial. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan tanpa tantangan bisa mengalami kesulitan ketika menghadapi dunia luar yang tidak selalu “ramah”.
- Kebingungan peran antara orang tua dan teman. Terlalu akrab tanpa batas dapat menciptakan relasi yang membingungkan, terutama dalam situasi konflik atau saat anak membutuhkan arahan tegas. Oleh karena itu, keseimbangan antara fleksibilitas dan struktur tetap penting dijaga.
Mengapa Fleksibilitas Dibutuhkan di Era Modern?
Di tengah arus informasi yang begitu deras, tantangan pengasuhan di era milenial dan Gen Z tidaklah sama seperti dua dekade lalu. Anak-anak saat ini tumbuh dalam dunia yang jauh lebih kompleks. Mereka menghadapi isu-isu seperti tekanan media sosial, identitas digital, hingga kecemasan yang muncul sejak usia dini.
Orang tua Gen Z, yang juga pernah menjadi “korban” dari pola asuh keras generasi sebelumnya, mencoba menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Mereka ingin membesarkan anak dengan pendekatan yang empatik dan tidak menindas. Fleksibilitas menjadi bagian dari strategi agar anak-anak lebih resilien dan berpikiran terbuka.
Bahkan dalam banyak studi terbaru, seperti riset dari Pew Research Center, ditemukan bahwa orang tua muda lebih banyak melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan di rumah, termasuk dalam hal aturan harian. Hal ini diyakini dapat membentuk pribadi anak yang mandiri dan komunikatif.