Anak Ingin Jadi Gamer, Dukung atau Larang? Begini Peluang Karier di Dunia Gaming
- Pixabay
Lifestyle –Dunia gaming telah berkembang pesat, bukan lagi sekadar hiburan, tetapi juga industri global dengan peluang karier yang menjanjikan. Di Indonesia, minat anak-anak terhadap video game semakin meningkat, didorong oleh akses mudah ke perangkat seperti smartphone dan konsol game.
Namun, ketika seorang anak menyatakan keinginannya untuk menjadi gamer profesional, orang tua sering kali dihadapkan pada dilema: apakah mendukung impian tersebut atau melarangnya karena khawatir akan dampak negatif, seperti kecanduan atau penurunan prestasi akademik?
Peluang Karier di Dunia Gaming
Industri gaming global diperkirakan bernilai lebih dari 200 miliar dolar AS pada tahun 2023, dengan pertumbuhan yang terus meningkat.
Di Indonesia, esports telah menjadi fenomena, dengan turnamen seperti Piala Presiden Esports dan Indonesia Esports League menarik ribuan peserta dan penonton. Karier di dunia gaming tidak hanya terbatas pada menjadi pemain profesional (atlet esports), tetapi juga mencakup berbagai profesi lain, seperti:
- Atlet Esports: Pemain profesional bersaing dalam turnamen dengan hadiah besar, seperti Fortnite World Cup yang menawarkan puluhan miliar rupiah. Atlet esports Indonesia, seperti tim EVOS dan RRQ, telah meraih prestasi internasional, membuktikan potensi karier ini.
- Content Creator dan Streamer: Banyak gamer sukses, seperti Jess No Limit atau MiawAug, menghasilkan pendapatan melalui platform seperti YouTube dan Twitch dengan membuat konten gaming atau streaming langsung.
- Pengembang Game: Profesi ini mencakup desainer game, programmer, dan seniman grafis yang menciptakan game baru, dengan peluang kerja di studio lokal seperti Agate atau Toge Productions.
- Manajer Tim dan Pelatih Esports: Setiap tim esports membutuhkan pelatih dan manajer untuk strategi dan manajemen, membuka peluang bagi mereka yang memahami dinamika permainan.
- Kreator Konten Terkait Gaming: Penulis, jurnalis esports, dan spesialis pemasaran digital juga memiliki peran penting dalam industri ini.
Peluang ini menunjukkan bahwa dunia gaming bukan hanya tentang bermain, tetapi juga tentang kreativitas, strategi, dan profesionalisme. Namun, kesuksesan dalam karier ini memerlukan dedikasi, keterampilan, dan disiplin tinggi, serupa dengan profesi lain.
Risiko Kecanduan dan Dampak Negatif
Meskipun peluang karier menarik, orang tua perlu mewaspadai risiko kecanduan game online, yang dikenal sebagai Internet Gaming Disorder (IGD). IGD ditandai dengan ketergantungan berlebihan pada game, sehingga anak mengabaikan kewajiban seperti belajar, berinteraksi sosial, atau menjaga kesehatan fisik.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan berencana memasukkan kecanduan game sebagai gangguan jiwa di bawah kategori “Gangguan Perilaku Adiktif.”
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kecanduan game dapat menurunkan motivasi belajar anak, terutama pada usia 10-12 tahun. Selain itu, anak yang kecanduan cenderung menunjukkan perilaku asosial, seperti menarik diri dari interaksi sosial di dunia nyata, yang dapat memengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Kasus ekstrem bahkan melaporkan anak-anak yang dirawat di rumah sakit jiwa karena kecanduan game, menunjukkan perlunya pengawasan orang tua.
Strategi Parenting yang Bijak
Orang tua dapat mendukung minat anak di dunia gaming sambil meminimalkan risiko dengan pendekatan yang seimbang:
- Tetapkan Batasan Waktu Bermain: Atur durasi bermain game, misalnya 1-2 jam per hari, setelah anak menyelesaikan tugas sekolah atau kewajiban lain. Sistem reward, seperti waktu bermain tambahan untuk prestasi akademik, dapat memotivasi anak.
- Pilih Game yang Sesuai Usia: Pastikan game yang dimainkan sesuai dengan usia anak dan bebas dari konten berbahaya. Orang tua dapat menggunakan software pengawasan untuk memantau aktivitas online anak.
- Dorong Aktivitas Seimbang: Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan fisik, seperti olahraga, atau hobi lain untuk menjaga keseimbangan antara dunia maya dan nyata.
- Komunikasi Terbuka: Diskusikan tujuan karier anak di dunia gaming. Jika anak ingin menjadi gamer profesional, bantu mereka menetapkan rencana realistis, seperti mengikuti turnamen lokal atau kursus pengembangan game.
- Jadilah Contoh: Orang tua perlu menunjukkan penggunaan teknologi yang bijak, karena anak cenderung meniru kebiasaan orang tua.
Dukung dengan Pengawasan dan Pendidikan
Mendukung anak yang ingin menjadi gamer bukan berarti memberikan kebebasan tanpa batas. Orang tua perlu memahami bahwa kesuksesan di dunia gaming memerlukan keterampilan seperti strategi, kerja tim, dan manajemen waktu, yang juga dapat diterapkan di bidang lain.
Sekolah-sekolah di Indonesia mulai mengintegrasikan pendidikan tentang penggunaan teknologi yang sehat, seperti melalui layanan bimbingan konseling untuk mengurangi kecanduan game.
Selain itu, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi aspek teknis gaming, seperti pemrograman atau desain, yang dapat menjadi bekal karier jangka panjang.
Kursus online atau komunitas lokal, seperti Indonesia Game Developer Exchange (IGDX), dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan keterampilan ini.