5 Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Jika Mau Anak Sukses

Ilustrasi anak berprestasi
Sumber :
  • Freepik

LifestylePendidikan anak tidak hanya bergantung pada lingkungan sekolah atau akses ke sumber belajar, tetapi juga pada cara orang tua berkomunikasi. Kata-kata yang diucapkan orang tua memiliki kekuatan besar dalam membentuk pola pikir, kepercayaan diri, dan motivasi anak. Namun, tanpa disadari, beberapa kalimat yang dianggap sepele justru dapat menghambat potensi anak untuk meraih kesuksesan. 

Penelitian psikologi anak menunjukkan bahwa komunikasi yang mendukung dan positif mendorong perkembangan emosional dan kognitif yang lebih baik. 

Berikut ini adalah lima kalimat yang sebaiknya dihindari orang tua jika ingin anak tumbuh menjadi individu yang sukses, lengkap dengan penjelasan dampaknya dan saran komunikasi yang lebih baik.

1. "Kamu Tidak Bisa Melakukannya"

Mengatakan kepada anak bahwa mereka tidak mampu melakukan sesuatu dapat merusak kepercayaan diri mereka. Kalimat ini, meskipun mungkin dimaksudkan sebagai peringatan atau dorongan untuk berhati-hati, sering kali membuat anak merasa ragu pada kemampuan mereka. 

Menurut psikolog Carol Dweck, pola pikir tetap (fixed mindset) yang dipicu oleh kalimat seperti ini dapat menghambat anak untuk mencoba hal baru. Sebagai ganti, gunakan kalimat seperti, "Ayo kita coba bersama, kamu pasti bisa belajar caranya," untuk mendorong pola pikir berkembang (growth mindset) yang memotivasi anak menghadapi tantangan.

2. "Kenapa Kamu Tidak Seperti Saudara/Temanmu?"

Membandingkan anak dengan orang lain, seperti saudara atau teman sebaya, dapat menimbulkan perasaan rendah diri dan persaingan yang tidak sehat. Penelitian dari Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjukkan bahwa perbandingan semacam ini meningkatkan risiko kecemasan dan depresi pada anak. 

Setiap anak memiliki keunikan dan kecepatan perkembangan yang berbeda. Alih-alih membandingkan, cobalah berkata, "Aku melihat kamu sudah berusaha keras, apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya lebih baik?" untuk fokus pada kemajuan individu anak.

3. "Kamu Selalu Gagal"

Menggeneralisasi kegagalan anak dengan kata "selalu" atau "tidak pernah" dapat membuat mereka merasa tidak berharga. Kalimat ini menekankan kegagalan sebagai bagian dari identitas, bukan sebagai pengalaman belajar. 

Psikolog anak, Dr. Laura Markham, menyarankan orang tua untuk memandang kegagalan sebagai peluang belajar. Sebagai ganti, katakan, "Tidak apa-apa, kali ini belum berhasil, tapi kita bisa mencoba lagi dengan cara yang berbeda," untuk menanamkan ketahanan dan semangat pantang menyerah.

4. "Lakukan Saja, Jangan Banyak Tanya"

Melarang anak bertanya atau mengekspresikan rasa ingin tahu dapat menghambat perkembangan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mereka. 

Menurut studi dari Harvard Graduate School of Education, rasa ingin tahu anak adalah kunci untuk pembelajaran dan inovasi. Kalimat ini dapat membuat anak takut untuk bereksplorasi atau mencari jawaban. Sebaliknya, dorong rasa ingin tahu dengan berkata, "Pertanyaan yang bagus! Mari kita cari tahu jawabannya bersama," untuk memupuk semangat belajar dan keterlibatan aktif.

5. "Ini Bukan Urusanmu"

Mengabaikan keterlibatan anak dalam diskusi keluarga atau topik tertentu dapat membuat mereka merasa tidak dihargai. Kalimat ini sering digunakan untuk menghentikan anak yang mencoba memahami situasi atau memberikan pendapat.

Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa anak yang dilibatkan dalam komunikasi terbuka dengan orang tua cenderung memiliki keterampilan sosial dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Sebagai alternatif, gunakan kalimat seperti, "Aku akan jelaskan nanti ya, supaya kamu lebih paham," untuk menunjukkan bahwa pendapat mereka penting sambil mengatur waktu diskusi yang tepat.

Tips Mengganti Kalimat Negatif dengan Positif

  1. Fokus pada Usaha, Bukan Hasil: Puji anak atas usaha mereka, seperti, "Aku suka melihat kamu berusaha keras," untuk membangun motivasi intrinsik.
  2. Gunakan Bahasa yang Spesifik: Hindari generalisasi negatif; sebutkan perilaku spesifik yang perlu diperbaiki, misalnya, "Coba rapikan mainanmu setelah bermain."
  3. Dengarkan dengan Empati: Berikan perhatian penuh saat anak berbicara untuk membangun kepercayaan dan komunikasi yang sehat.
  4. Berikan Contoh Positif: Tunjukkan sikap optimis dan solutif dalam percakapan sehari-hari agar anak meniru pola komunikasi yang membangun.