Kenali Tanda Anak Fatherless, Lebih Susah Ditangani daripada Ayahnya Meninggal?
- Freepik
Lifestyle –Kehadiran figur ayah dalam kehidupan anak memainkan peran penting dalam perkembangan emosional, sosial, dan psikologis. Namun, istilah "fatherless" merujuk pada anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik karena perceraian, pengabaian, atau ketidakhadiran emosional, meskipun ayah masih hidup.
Berbeda dengan kehilangan ayah akibat kematian, anak fatherless sering menghadapi tantangan psikologis yang kompleks karena adanya perasaan penolakan atau ketidakpastian.
Fatherless mengacu pada kondisi di mana anak tidak memiliki kehadiran ayah secara fisik atau emosional dalam kehidupan sehari-hari. Penyebabnya bisa beragam, seperti perceraian, ayah yang bekerja jauh, atau ayah yang tidak terlibat secara emosional meskipun tinggal serumah.
Penelitian dari American Psychological Association (2020) menunjukkan bahwa anak fatherless cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah perilaku, rendahnya harga diri, dan kesulitan dalam hubungan sosial.
Ketidakhadiran ayah sering kali meninggalkan kekosongan emosional, yang dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mengelola emosi atau membangun kepercayaan diri.
Tanda-Tanda Anak Fatherless
Anak fatherless sering menunjukkan tanda-tanda spesifik yang dapat dikenali oleh orang tua atau pengasuh. Pertama, mereka mungkin menunjukkan perilaku mencari perhatian, seperti bertindak agresif atau berlebihan untuk mendapatkan validasi.
Kedua, anak-anak ini sering mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal, terutama dengan figur otoritas laki-laki, karena kurangnya panutan ayah. Ketiga, mereka mungkin menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau depresi, seperti menarik diri dari lingkungan sosial atau kesulitan berkonsentrasi di sekolah.
Studi dari Journal of Child Psychology (2019) menunjukkan bahwa anak fatherless memiliki risiko 20% lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan anak dengan ayah yang hadir.
Perbandingan dengan Kehilangan Ayah karena Kematian
Kehilangan ayah karena kematian dan fatherless memiliki dampak yang berbeda. Ketika ayah meninggal, anak sering kali mengalami kesedihan yang jelas dan terdefinisi, dengan dukungan sosial yang lebih terstruktur, seperti keluarga atau komunitas yang membantu proses berduka.
Namun, anak fatherless sering menghadapi ambiguitas emosional. Misalnya, jika ayah masih hidup tetapi tidak hadir, anak mungkin merasa ditolak atau tidak diinginkan, yang dapat memicu rasa bersalah atau marah yang berkepanjangan.
Menurut psikolog anak Dr. John McAuley (2021), anak fatherless cenderung lebih sulit menangani emosi mereka karena mereka sering memendam harapan bahwa ayah akan kembali terlibat, yang jarang terjadi.
Tantangan Parenting Anak Fatherless
Mengasuh anak fatherless membutuhkan pendekatan yang sensitif. Orang tua tunggal, biasanya ibu, sering menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan emosional anak sambil mengelola beban ekonomi dan sosial. Anak fatherless mungkin menunjukkan perilaku menantang, seperti pemberontakan atau ketidakpatuhan, sebagai cara untuk mengekspresikan kebingungan emosional.
Penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang stabil, memberikan perhatian penuh, dan mendorong komunikasi terbuka. Melibatkan figur laki-laki positif, seperti paman atau pelatih olahraga, juga dapat membantu mengisi kekosongan panutan.
Cara Mendukung Perkembangan Anak Fatherless
Untuk membantu anak fatherless, orang tua dapat menerapkan beberapa strategi. Pertama, dorong anak untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui percakapan atau aktivitas kreatif seperti menulis atau menggambar. Kedua, pertimbangkan konseling profesional untuk membantu anak memproses emosi mereka.
Ketiga, bangun rutinitas harian yang konsisten untuk memberikan rasa aman. Keempat, libatkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga atau seni, untuk meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial. Penelitian dari Child Development Institute (2022) menunjukkan bahwa anak yang memiliki dukungan emosional dan sosial yang kuat cenderung lebih resilien terhadap dampak fatherless.
Peran Komunitas dan Sekolah
Komunitas dan sekolah juga memainkan peran penting dalam mendukung anak fatherless. Guru dapat membantu dengan memperhatikan tanda-tanda perubahan perilaku dan memberikan dukungan emosional di kelas.
Program mentoring di sekolah, seperti yang diterapkan di beberapa negara, dapat memberikan anak akses ke panutan laki-laki positif. Selain itu, komunitas lokal dapat menawarkan kelompok dukungan untuk orang tua tunggal, membantu mereka berbagi pengalaman dan strategi dalam mengasuh anak fatherless.