Kalau Ibunya Cerdas, Anak Cenderung Cerdas Juga? Ini Kata Para Peneliti

Ilustrasi ibu dan anak
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Banyak orang bilang, kalau ingin tahu masa depan anak, lihat dulu ibunya. Selain soal kepribadian dan kedekatan emosional, ada satu hal lagi yang sering dikaitkan kepintaran. Tak sedikit yang percaya bahwa anak cerdas biasanya menurun dari ibunya. Tapi benarkah demikian secara ilmiah, atau ini hanya mitos keluarga yang diwariskan turun-temurun?

Ternyata, sejumlah penelitian mendukung ide bahwa kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh genetik dan pola asuh dari ibu. Bahkan para ahli genetika perilaku menyebut bahwa ibu bukan hanya mewariskan sebagian besar gen kognitif, tapi juga menciptakan lingkungan yang sangat krusial dalam perkembangan intelektual anak terutama di tahun-tahun awal kehidupan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas penjelasan dari profesor genetika perilaku dari King’s College London, Dr. Robert Plomin yang selama puluhan tahun meneliti kaitan antara gen, kecerdasan, dan pengaruh lingkungan terhadap tumbuh kembang anak.

Mari kita bahas gen pintar turunan dari ibu terlebih dahulu yang sering menjadi pembahasan umum di masyarakat. Diketahui bahwa anak tentu mewarisi DNA dari kedua orang tua. Namun, gen-gen yang terkait dengan kemampuan berpikir dan fungsi otak sebagian besar terletak pada kromosom X. Sebab perempuan memiliki dua kromosom X (XX), sedangkan laki-laki hanya satu (XY), secara teori ibu menyumbangkan proporsi gen “cerdas” yang lebih besar kepada anak  terutama anak laki-laki.

Dr. Robert Plomin menjelaskan bahwa kecerdasan merupakan salah satu karakteristik manusia yang sangat dipengaruhi genetik, bahkan bisa mencapai 50–80% dari total variasi IQ.

“Variasi dalam kemampuan kognitif sebagian besar ditentukan secara genetik. Dan banyak dari gen ini terdapat di kromosom X,”jelasnya dalam wawancaranya dengan BBC.

Jadi, jika ibumu pintar secara akademis atau memiliki pemikiran logis yang tajam, kemungkinan besar kamu juga akan mewarisi kapasitas serupa. Namun, ini baru satu bagian dari cerita.

Ibu Tak Cuma Wariskan Gen, Tapi Juga Lingkungan Pintar

Faktor genetik bukan satu-satunya yang menentukan kecerdasan anak. Lingkungan juga memainkan peran penting, terutama dalam menstimulasi dan "mengaktifkan" potensi yang dibawa oleh gen.

Dalam hal ini, ibu sering menjadi figur sentral dalam pengasuhan awal anak,  dari membacakan buku, mengajak berbicara, hingga mengenalkan warna, angka, dan suara sejak bayi. Semua bentuk stimulasi ini membantu membentuk jalur sinapsis di otak anak yang mendukung kecerdasan bahasa, logika, dan kemampuan memecahkan masalah.

Dr. Plomin menekankan bahwa gen memberikan potensi, tapi bagaimana potensi itu dimaksimalkan sangat dipengaruhi oleh lingkungan awal anak, termasuk cara ibu berinteraksi dengannya.

“Kecerdasan itu ditentukan secara genetik, tapi hasil akhirnya tergantung seberapa optimal gen itu ‘dinyalakan’ oleh lingkungan  dan ibu punya peran besar dalam proses ini,” kata dia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan ibu yang terlibat aktif dalam aktivitas kognitif  seperti mendampingi belajar, berdiskusi secara terbuka, dan memberikan ruang eksplorasi ide  cenderung memiliki performa akademik lebih tinggi dan IQ lebih stabil seiring waktu.

Tak hanya itu, tingkat pendidikan ibu juga memiliki korelasi yang kuat dengan keberhasilan akademik anak. Semakin tinggi pendidikan sang ibu, semakin besar peluang anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang penuh stimulasi verbal dan logika.

Anak-anak yang memiliki ibu dengan pemikiran terbuka dan aktif membaca, misalnya, cenderung memiliki kosakata lebih luas, kemampuan komunikasi lebih baik, dan logika berpikir lebih matang sejak dini.

Studi juga menunjukkan bahwa kemampuan verbal anak termasuk kapan mereka mulai bicara dan bagaimana struktur kalimat mereka berkembang  sangat dipengaruhi oleh intensitas komunikasi yang diberikan oleh ibu.

Anak yang sering diajak berbicara, didengarkan, dan diberi ruang untuk berekspresi cenderung lebih cepat bicara dan lebih tajam dalam kemampuan kognitif verbalnya. Dan dalam sebagian besar keluarga, ibu menjadi sosok utama dalam komunikasi sehari-hari dengan anak sejak usia dini.

Dr. Plomin menyatakan bahwa kecerdasan verbal adalah salah satu indikator penting kecerdasan umum (IQ), dan ini sangat bisa ditumbuhkan melalui interaksi aktif dengan orang tua, khususnya ibu. 

Peran Ayah Gak Penting? Tentu Penting Juga!

Meski artikel ini menyoroti peran dominan ibu, bukan berarti peran ayah bisa dikesampingkan. Dalam penelitian jangka panjang, ayah tetap memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif dan emosional anak, terutama di masa pertumbuhan setelah usia 3–5 tahun.

Ayah dapat memberikan stimulasi intelektual yang berbeda, seperti mengajak anak berdiskusi logis, memecahkan masalah bersama, hingga menunjukkan pola pikir strategis. Stabilitas lingkungan, keterlibatan emosional, dan dukungan dari ayah juga menjadi penentu penting dalam mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan berpikir anak.

Dr. Plomin menyebut bahwa kunci perkembangan optimal terletak bukan pada “siapa lebih dominan”, tapi bagaimana kedua orang tua menciptakan lingkungan rumah yang kaya akan stimulasi dan kasih sayang.

Apa Saja Faktor Lain yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak?

Selain faktor genetik dan pola pengasuhan ibu, kecerdasan anak juga dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti:

  • Gizi saat kehamilan dan masa bayi
    (Asupan asam folat, DHA, zat besi, dll.)
  • Kualitas tidur anak dan rutinitas harian
    (Tidur cukup membantu pembentukan memori dan konsentrasi)
  • Aktivitas fisik
    (Anak aktif secara fisik cenderung punya fungsi otak lebih baik)
  • Interaksi sosial
    (Bermain bersama anak lain melatih empati dan kemampuan adaptasi)
  • Minimnya paparan stres atau konflik dalam rumah tangga
    (Stres berkepanjangan bisa mengganggu perkembangan otak anak)

Semua faktor ini saling berinteraksi dan dapat memperkuat (atau justru menghambat) potensi genetik yang sudah dimiliki anak.