Denmark Dikenal Punya Gaya Parenting Paling Positif, Begini Penerapannya

Ilustrasi keluarga bahagia
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Gaya pengasuhan anak ala Denmark sering disebut-sebut sebagai salah satu pendekatan terbaik di dunia, yang mampu menghasilkan anak-anak yang bahagia, tangguh, dan berpikiran terbuka. Negara ini secara konsisten menduduki peringkat teratas dalam laporan kebahagiaan dunia, seperti World Happiness Report, dan banyak peneliti mengaitkan kesuksesan ini dengan cara orang tua Denmark mendidik anak-anak mereka. 

Pendekatan ini menekankan keseimbangan antara kebebasan, empati, dan pembentukan karakter yang kuat, yang diterapkan melalui prinsip-prinsip sederhana namun mendalam. Artikel parenting ini akan mengupas enam prinsip utama gaya parenting Denmark yang dikenal sebagai The Danish Way of Parenting, serta bagaimana penerapannya dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.

Prinsip Permainan sebagai Fondasi Pembelajaran

Di Denmark, permainan dianggap sebagai elemen penting dalam perkembangan anak. Orang tua Denmark percaya bahwa anak-anak belajar paling baik melalui aktivitas yang menyenangkan dan tidak terstruktur. Berbeda dengan pendekatan yang terlalu terfokus pada prestasi akademik sejak dini, orang tua di Denmark mendorong anak-anak untuk bermain bebas, baik di alam terbuka maupun di lingkungan rumah. 

Menurut penelitian yang dikutip dalam The Danish Way of Parenting, permainan bebas membantu anak mengembangkan kreativitas, keterampilan sosial, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Misalnya, anak-anak didorong untuk menjelajahi hutan, bermain dengan lumpur, atau menciptakan permainan sendiri tanpa campur tangan orang dewasa. Hal ini memungkinkan anak untuk belajar mengelola risiko dan membangun kepercayaan diri secara alami.

Keaslian dalam Pengasuhan

Prinsip kedua adalah keaslian atau authenticity. Orang tua Denmark berusaha untuk menjadi panutan yang jujur dan terbuka di hadapan anak-anak mereka. Mereka tidak menyembunyikan emosi atau berpura-pura sempurna, melainkan menunjukkan bahwa kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Dengan bersikap autentik, orang tua membantu anak-anak memahami bahwa tidak ada yang sempurna dan bahwa kejujuran adalah nilai penting.