Anak Picky Eater? Gaya Parenting yang Salah Bisa Jadi Penyebabnya

Ilustrasi anak sedang makan
Sumber :
  • Pexels

Lifestyle –Masalah anak yang sulit makan atau dikenal sebagai picky eater sering kali membuat orang tua khawatir. Anak yang selektif terhadap makanan dapat memengaruhi asupan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan preferensi rasa, tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh atau parenting yang diterapkan di rumah. 

Artikel ini akan mengulas secara mendalam hubungan antara gaya parenting dan kebiasaan makan anak, faktor-faktor penyebab picky eating, serta strategi efektif untuk membantu anak menjalani hidup sehat dengan pola makan yang baik. Dengan pendekatan yang informatif, artikel ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi orang tua dalam menciptakan kebiasaan makan sehat bagi anak.

Apa Itu Picky Eater?

Picky eater adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak yang sangat selektif terhadap makanan. Anak-anak ini cenderung menolak makanan tertentu, seperti sayuran, buah-buahan, atau makanan dengan tekstur yang tidak disukai. Ciri-ciri anak picky eater meliputi hanya mau makan jenis makanan tertentu, menghindari makanan baru (neophobia), atau menunjukkan reaksi negatif saat disajikan makanan yang tidak familiar. 

Kebiasaan ini dapat menyebabkan dampak jangka pendek, seperti kekurangan energi atau sulit berkonsentrasi, serta dampak jangka panjang, seperti risiko kekurangan gizi atau gangguan pertumbuhan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami akar masalah ini dan menerapkan pola asuh yang mendukung pola makan sehat.

Hubungan Gaya Parenting dengan Kebiasaan Picky Eater

Gaya parenting memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan makan anak. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang berbeda dapat memengaruhi sikap anak terhadap makanan. Berikut adalah beberapa gaya parenting yang sering dikaitkan dengan kebiasaan picky eating:

1. Pola Asuh Otoriter

Orang tua dengan gaya otoriter cenderung memaksa anak untuk menghabiskan makanan atau mencoba makanan baru tanpa mempertimbangkan preferensi anak. Tekanan ini dapat memicu kecemasan terhadap makanan, membuat anak semakin menolak dan memperburuk kebiasaan picky eating. Misalnya, perintah seperti “Habiskan sayuranmu!” sering kali justru membuat anak menghindari sayuran.

2. Pola Asuh Permisif

Sebaliknya, orang tua dengan pola asuh permisif sering kali tidak menetapkan aturan makan yang jelas. Anak dibiarkan memilih makanan sesuka hati, yang sering kali berupa makanan tinggi gula atau lemak, seperti camilan atau makanan cepat saji. Akibatnya, anak kurang terpapar pada makanan bergizi, sehingga kebiasaan makan sehat sulit terbentuk.

3. Pola Asuh Responsif

Gaya parenting ini dianggap paling ideal untuk mendukung hidup sehat. Orang tua responsif memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih makanan, tetapi tetap menetapkan batasan yang sehat. Mereka juga melibatkan anak dalam proses memilih atau menyiapkan makanan, sehingga anak merasa memiliki kendali dan lebih terbuka untuk mencoba makanan baru.

Contoh nyata dari pengaruh pola asuh ini dapat dilihat pada kasus seorang anak yang selalu menolak sayuran karena merasa dipaksa oleh orang tua. Ketika orang tua beralih ke pendekatan responsif, seperti mengajak anak memilih sayuran di pasar atau menyajikan makanan dengan bentuk menarik, anak mulai menunjukkan minat terhadap makanan bergizi.

Faktor Lain yang Mempengaruhi Picky Eating

Selain gaya parenting, beberapa faktor lain juga berkontribusi terhadap kebiasaan picky eating:

1. Faktor Psikologis

Kecemasan atau pengalaman negatif terkait makanan, seperti tersedak, dapat membuat anak menghindari makanan tertentu. Anak yang sensitif terhadap tekstur atau rasa juga cenderung lebih selektif.

2. Faktor Lingkungan

Kebiasaan makan keluarga atau pengaruh teman sebaya dapat memengaruhi sikap anak terhadap makanan. Misalnya, jika orang tua jarang mengonsumsi sayuran, anak cenderung meniru kebiasaan tersebut.

3. Faktor Biologis

Beberapa anak memiliki sensitivitas tinggi terhadap rasa pahit atau tekstur tertentu karena faktor genetik. Kondisi ini membuat mereka lebih sulit menerima makanan seperti brokoli atau bayam.

Memahami faktor-faktor ini penting untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam mengatasi picky eating. Orang tua perlu mengamati pola perilaku anak dan mencari tahu penyebab spesifik dari kebiasaan tersebut.

Solusi untuk Mengatasi Anak Picky Eater

Mengatasi anak picky eater memerlukan kesabaran dan strategi yang konsisten. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mendukung pola makan sehat:

1. Terapkan Pola Asuh Responsif

Libatkan anak dalam proses memilih atau menyiapkan makanan. Misalnya, ajak anak memilih sayuran di supermarket atau membantu mengatur piring makan. Pendekatan ini meningkatkan rasa percaya diri anak dan membuat mereka lebih terbuka terhadap makanan baru.

2. Ciptakan Suasana Makan yang Positif

Hindari memaksa anak untuk makan atau menghukum mereka karena menolak makanan. Sebaliknya, ciptakan pengalaman makan yang menyenangkan dengan mengobrol ringan atau menyajikan makanan dengan cara kreatif, seperti membentuk wajah di piring.

3. Perkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap

Penelitian menunjukkan bahwa anak mungkin perlu mencoba makanan baru hingga 10-15 kali sebelum menerimanya. Sajikan makanan baru dalam porsi kecil bersama makanan favorit anak untuk mengurangi resistensi.

4. Konsultasi dengan Ahli

Jika kebiasaan picky eating berlangsung lama atau menyebabkan kekurangan nutrisi, konsultasikan dengan dokter anak atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan panduan khusus berdasarkan kebutuhan anak.

Dengan menerapkan strategi ini, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan sehat yang mendukung hidup sehat dalam jangka panjang.