7 Langkah Ampuh Mengurangi Kecanduan Gula pada Anak Tanpa Drama

Ilustrasi kue coklat
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle –Konsumsi gula berlebih pada anak dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, mulai dari risiko obesitas, gangguan perilaku, hingga masalah kesehatan gigi. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula harian anak tidak melebihi 10% dari total kalori, namun banyak anak di Indonesia mengonsumsi gula jauh di atas batas tersebut, sering kali melalui minuman manis, permen, atau sereal berpemanis. 

Bagi orang tua, mengelola pola asuh yang mendukung pengurangan asupan gula tanpa memicu konflik dengan anak dapat menjadi tantangan. Artikel ini menyajikan tujuh langkah praktis dalam parenting untuk membantu anak mengurangi ketergantungan pada makanan dan minuman tinggi gula secara bertahap, menyenangkan, dan tanpa drama, sehingga membentuk kebiasaan makan yang lebih sehat untuk masa depan mereka.

Langkah 1: Kenali Sumber Gula dalam Makanan Anak

Langkah pertama dalam mengurangi kecanduan gula adalah memahami sumbernya. Banyak makanan dan minuman anak mengandung gula tersembunyi, seperti sirup jagung, fruktosa, atau maltosa, yang sering ditemukan dalam sereal, minuman kemasan, atau yogurt rasa. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk membaca label nutrisi pada kemasan produk. 

Perhatikan istilah seperti "gula tambahan" atau "total gula" untuk mengidentifikasi kandungan gula. Catat pola makan anak selama beberapa hari untuk mengetahui seberapa banyak gula yang mereka konsumsi. Dengan memahami sumber gula, orang tua dapat merancang strategi pola asuh yang lebih terarah untuk mengurangi asupan gula tanpa menghilangkan makanan favorit anak secara tiba-tiba.

Langkah 2: Ganti Makanan Manis dengan Alternatif Sehat

Mengganti makanan manis dengan alternatif yang lebih sehat adalah cara efektif untuk mengurangi asupan gula. Misalnya, gantikan permen dengan potongan buah segar seperti apel atau stroberi, yang secara alami manis namun kaya serat. Yogurt tanpa pemanis yang dicampur dengan madu alami atau kacang panggang tanpa gula juga bisa menjadi camilan lezat. Penting untuk memperkenalkan alternatif ini secara bertahap agar anak tidak merasa kehilangan. 

Orang tua dapat mencoba resep sederhana seperti smoothie buah tanpa tambahan gula atau popsicle berbahan dasar jus buah alami. Pendekatan ini tidak hanya mendukung kesehatan anak, tetapi juga memperkuat pola asuh yang mengedepankan gizi seimbang.

Langkah 3: Libatkan Anak dalam Memilih dan Menyiapkan Makanan

Melibatkan anak dalam proses pemilihan dan penyediaan makanan dapat meningkatkan minat mereka terhadap pilihan yang lebih sehat. Ajak anak berbelanja di pasar atau supermarket dan biarkan mereka memilih buah atau sayuran favorit. Di rumah, libatkan mereka dalam aktivitas sederhana seperti membuat salad buah atau mencampur bahan untuk camilan sehat. Berikan pilihan terbatas, seperti "Kamu mau pisang atau mangga untuk camilan?" untuk memberi anak rasa kendali tanpa mengorbankan tujuan parenting sehat. 

Aktivitas ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menjadi sarana edukasi tentang pentingnya makanan bergizi, membantu anak memahami nilai pola asuh yang mendukung kesehatan.

Langkah 4: Tetapkan Batasan Konsumsi Gula yang Jelas

Menetapkan aturan yang jelas namun fleksibel adalah kunci untuk mengurangi konsumsi gula tanpa memicu perlawanan dari anak. Misalnya, tetapkan batasan seperti "satu camilan manis per hari" atau "minuman manis hanya di akhir pekan." Hindari larangan total, karena ini dapat membuat anak justru lebih mengidamkan makanan manis. Gunakan pendekatan positif dalam parenting, seperti memuji anak ketika mereka memilih camilan sehat atau minum air putih. Misalnya, katakan, "Hebat sekali, kamu memilih apel! Rasanya manis dan sehat, ya!" 

Batasan yang konsisten dan pujian yang tulus membantu anak menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru tanpa merasa tertekan.

Langkah 5: Jadilah Teladan bagi Anak

Anak cenderung meniru kebiasaan orang tua, sehingga pola asuh yang efektif melibatkan orang tua sebagai teladan. Kurangi konsumsi makanan dan minuman manis di depan anak, dan hindari menyimpan stok permen atau soda di rumah untuk mengurangi godaan. Tunjukkan kebiasaan sehat, seperti memilih air putih atau camilan rendah gula, dan ceritakan pengalaman positif Anda, misalnya, “Ibu merasa lebih bertenaga setelah minum air lemon segar.” Dengan menjadi contoh, orang tua memperkuat nilai-nilai parenting yang mendorong gaya hidup sehat tanpa perlu memaksa anak.

Langkah 6: Ciptakan Rutinitas Makan yang Seimbang

Rutinitas makan yang teratur membantu mencegah anak mencari makanan manis saat lapar. Susun jadwal makan dengan tiga kali makan utama dan dua kali camilan yang kaya protein, serat, dan lemak sehat. Contohnya, sarapan dengan telur dan roti gandum, camilan pagi berupa yogurt tanpa gula, dan makan siang dengan nasi, ayam, dan sayuran. 

Makanan bergizi membuat anak kenyang lebih lama, sehingga mengurangi keinginan untuk ngemil manis. Dalam pola asuh sehat, pastikan porsi dan waktu makan sesuai dengan usia anak untuk mendukung pertumbuhan optimal.

Langkah 7: Gunakan Penghargaan Non-Makanan

Mengganti hadiah berupa makanan manis dengan penghargaan non-makanan adalah strategi parenting yang efektif untuk mengubah kebiasaan anak. Alih-alih memberikan permen sebagai hadiah, tawarkan waktu bermain ekstra, stiker, atau aktivitas favorit seperti pergi ke taman. Misalnya, buat sistem penghargaan sederhana: “Jika kamu makan sayur selama seminggu, kita akan menonton film favorit bersama!” 

Penghargaan ini tidak hanya memotivasi anak untuk memilih makanan sehat, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, sejalan dengan prinsip pola asuh yang positif dan suportif.