Pengaruh Pengasuhan Kakek-Nenek Terhadap Kesehatan Mental Anak, Orang Tua Harus Waspada

Ilustrasi kakek dan cucu
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Dalam dinamika keluarga modern, peran kakek dan nenek dalam mengasuh cucu menjadi semakin dominan. Perubahan struktur sosial, gaya hidup urban, dan tuntutan ekonomi membuat banyak orang tua menyerahkan sebagian atau seluruh tanggung jawab pengasuhan kepada generasi lansia. Meskipun secara umum hal ini dinilai membawa kehangatan dan nilai kekeluargaan yang kuat, namun pengaruhnya terhadap kesehatan mental anak masih menjadi perdebatan. 

Pertanyaan pentingnya adalah: bagaimana sebenarnya pola asuh kakek-nenek berdampak pada kondisi psikologis anak? Dalam konteks parenting dan perkembangan anak, hal ini memerlukan perhatian yang lebih serius.

Alasan Anak Diasuh oleh Kakek-Nenek

Fenomena anak yang diasuh oleh kakek dan nenek bukanlah hal baru, tetapi kini semakin marak di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa faktor penyebabnya antara lain karena orang tua bekerja penuh waktu, merantau, atau hidup dalam kondisi sebagai orang tua tunggal. Dalam banyak kasus, orang tua merasa lebih aman menitipkan anak kepada orang tuanya sendiri dibandingkan ke tempat penitipan anak, terutama jika faktor ekonomi menjadi kendala. Selain itu, dalam keluarga multigenerasi yang tinggal serumah, peran kakek-nenek sering kali terjadi secara alami dan terus berlanjut seiring waktu.

Karakteristik Pola Asuh Kakek-Nenek

Pola asuh kakek-nenek umumnya ditandai oleh pendekatan yang lebih permisif. Mereka cenderung lebih longgar dalam menetapkan aturan, lebih mudah memaafkan perilaku negatif, dan lebih senang memanjakan cucu. Pendekatan ini sering kali berasal dari rasa kasih sayang mendalam serta keinginan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Selain itu, nilai-nilai tradisional dan konservatif juga turut membentuk cara pandang mereka terhadap pengasuhan, yang bisa berbeda jauh dari pola asuh modern yang dijalankan oleh orang tua anak.

Namun, keterbatasan fisik dan informasi dari generasi lansia kerap membuat mereka kurang mengikuti perkembangan ilmu parenting masa kini, seperti pengasuhan berbasis stimulasi, regulasi emosi, atau pendidikan karakter yang terstruktur. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi konsistensi pengasuhan dalam keluarga.

Dampak Positif terhadap Kesehatan Mental Anak

Bukan tanpa alasan banyak anak merasa lebih dekat secara emosional dengan kakek-nenek. Pendekatan yang penuh kasih sayang dan tidak menghakimi menciptakan ikatan emosional yang kuat. Dalam konteks kesehatan mental, kehadiran kakek-nenek dapat memberikan rasa aman, stabilitas, serta sumber kenyamanan emosional yang penting, terutama bagi anak yang hidup dalam rumah tangga dengan konflik atau tekanan tinggi.

Kehangatan relasi lintas generasi ini juga berperan sebagai pelindung psikologis anak terhadap stres. Anak yang merasa dicintai dan diterima tanpa syarat oleh kakek-nenek cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri dan harga diri yang baik. Selain itu, dalam situasi darurat, seperti perceraian orang tua atau kehilangan, peran kakek-nenek bisa menjadi faktor penopang emosional yang sangat penting.

Potensi Dampak Negatif terhadap Kesehatan Mental Anak

Namun, pengasuhan oleh kakek-nenek juga tidak lepas dari potensi dampak negatif terhadap kondisi mental anak, terutama jika tidak disertai dengan koordinasi yang baik dengan orang tua. Pola asuh yang terlalu permisif berisiko menyebabkan anak tumbuh tanpa struktur yang jelas. Hal ini dapat mengganggu proses pembentukan disiplin, batasan diri, dan kemandirian.

Konflik nilai antara orang tua dan kakek-nenek juga bisa membingungkan anak. Ketika kakek-nenek memberikan izin yang bertolak belakang dengan larangan orang tua, anak akan mengalami ketidakpastian dalam memahami aturan. Dalam jangka panjang, inkonsistensi ini berpotensi menimbulkan masalah dalam regulasi emosi, kontrol diri, dan bahkan menurunkan rasa hormat terhadap otoritas.

Tidak hanya itu, pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak zaman sekarang juga dapat berdampak pada kurangnya stimulasi kognitif dan sosial yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal. Beberapa anak yang terlalu dimanjakan oleh kakek-nenek mungkin mengalami keterlambatan dalam mengembangkan tanggung jawab, daya juang, dan kemampuan adaptasi terhadap tantangan sosial.

Perspektif Ahli Psikologi Anak

Para psikolog anak menekankan bahwa pengaruh pengasuhan terhadap kesehatan mental anak sangat bergantung pada kualitas hubungan emosional dan konsistensi dalam pola asuh. Ketika kakek-nenek menjalankan perannya dengan komunikasi terbuka dan menghargai keputusan orang tua, maka dampak yang dihasilkan bisa sangat positif. Namun, jika terjadi dominasi atau benturan nilai tanpa komunikasi yang baik, maka anak berada dalam posisi rawan.

Oleh karena itu, penting bagi kakek-nenek untuk mendapatkan edukasi terkait pengasuhan anak masa kini, agar bisa menyelaraskan pendekatannya dengan kebutuhan perkembangan anak yang semakin kompleks.

Studi dan Data Pendukung

Data dari UNICEF Indonesia mencatat bahwa sekitar 16% anak usia 0–5 tahun di Indonesia mengalami pengasuhan utama oleh kakek-nenek, terutama di daerah-daerah dengan angka migrasi kerja tinggi. Sementara itu, studi psikologi keluarga dari Universitas Gadjah Mada tahun 2022 menunjukkan bahwa anak-anak yang diasuh oleh kakek-nenek secara eksklusif memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kebingungan peran dan keterlambatan dalam pembentukan kontrol diri, dibandingkan dengan anak yang diasuh langsung oleh orang tua dengan pengawasan konsisten.

Hal ini menunjukkan bahwa pengasuhan lintas generasi memerlukan pendekatan yang adaptif, bukan hanya untuk mendukung kesehatan mental anak, tetapi juga demi terciptanya harmoni dalam sistem parenting keluarga Indonesia masa kini.